BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga
Setelah perang dunia II Belanda datang ke Susteran Santo Yosef yang tinggal di Daendlesstrat sekarang Jalan Hayam Wuruk II Medan. Tentara itu
membawa dan menyerahkan seorang purti penyandang cacat tunanetra. Bernama Martha Pomken dan sudah berumur 13 tahun. Tentara belanda ini berpesan agar putri
ini diberi pendidikan yang baik. Sr. Hdefonsa Van de Waring yang berhati emas kepada penderita menerima anak itu dengan senag hati.
Namun setelah anak itu tinggal beberapa waktu di Susteran, muncul satu masalah dan pertanyaan yang sebelumnya kurang dipikirkan lebih dalam. Pendidikan
atau pengajaran apa dan bagaimana yang tepat diberikan kepada anak ini. Pertanyaan ini seolah-olah mendapat jawaban ketika Sr. Hdefonsa berkeinginn
berkunjung dan belajar bagaimana mendidik dan mengajar para tunanetra disalah satu institusi yang bernama “ De Winjnberg” di Grve. Sr. Hdefonsa berungkali ke
tempat ini untuk belajar dan sekaligus bagaimana memahami orang- orang cacat khususnya anak tunanetra.
Pada suatu hari dalam kunjungannya ke Grave tempat institusi anak tunanetra itu, Sr. Hdefonsa bertemu dengan seorang gadis tunanetra bernama Tress
Kim Lan Bong, yang sudah dididik selama 13 tahun di institusi De Wijnberg. Tress Kim Lan Bong berasal dari Pulau Bangka Indonesia. Dalam pertemuannya itu Tress
menyatakan keinginan dan kerinduaanya untuk kembali ke Indonesia dan mau mebantu teman-temannya yang tunenetra di Indonesia. Dapat kita bayangkan betapa
Universitas Sumatera Utara
bahagia dan gembiranya hati Sr, Hdefonsa mendengar ungkapan Tress. Itu bererti usaha Sr. Hdefonsa sangat berhasil.
Pada tanggal 15 Juli 1950 berangkatlah Sr. Hdefonsa bersama tress menuju Indonesia, dan tiba pada tanggal 15 Agustus 1950 di Jalan Hayam Wuruk Medan.
Tress Bong menjadi guru yang pertama yang dapat mengajar anak tunanetra yang pernah dibawa tentara Belanda itu ke Susteran di Jalan Hayam Wuruk. Tidak lama
lagi sesudah Tress mengajar Martha Ponikem, datang lagi seorang putri Ambon yang tunanetra bernama Agustus Hallatu.
Demikianlah anak tunanetra semakin tahun semakin bertambah dan mereka diasramakan. Pada tahun 1953 sekolah tunanetra ini dikukuhkan menjadi bentuk
lembaga yang bernama “Snit Oda Stiching”. Sint Oda Stiching bukan hanya mengasuh dan mendidik anak tunanetra, tetapi ikut juga mendidik anak tunarungu
bisu-tuli. Karena pada tahun 1964 Snit Oda Stiching berubah nama menjadi Yayasan Karya Murni, dan Panti Asuhannya juga bernama Panti Asuhan Karya
Murni. Kompleks Jalan Hayam Wuruk dirasa terlalu sempit untuk berbagai kegiatan,
maka pada tahun 972 pendidikan dan asrama untuk anak tunarungu dipindah ke Pasar Merah Medan, sedangkan anak tunanetra pendidikan dan asramanya
dipindahkan ke Jalan Karya Wisata Medan pada tahun 1980. Pada tahun 1985 Yayasan Karya Murni Mengembangkan sayapnya sampai ke Ruteng-Flores. Jumlah
anak di Ruteng-Flores sekitar 120 orang.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Visi, Misi Dan Motto Sekolah Luar BiasaA SLBA Karya Murni