Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
19
Pelaksanaan kegiatan pengembangan ubijalar tahun 2016 yang dialokasikan di daerah maupun dukungan kegiatan yang
dialokasikan di pusat sebagai berikut:
1. Pengembangan Ubijalar
Pengembangan budidaya ubijalar tahun 2016 dilaksanakan melalui dua pendekatan yaitu 1 pendekatan perbaikan
teknologi budidaya dan 2 dalam rangka mendukung pengembangan
diversifikasi pangan.
Pelaksanaan pengembangan ubijalar dilaksanakan di 4 provinsi 28
kabupaten wilayah timur seluas 2.700 hektar dari dana APBN dan di 4 provinsi 9 kabupaten seluas 500 hektar dari dana CF-
SKR. Sasaran pelaksanaan pengembangan ubijalar melalui percontohan pengembangan seluas 2.700 hektar dana APBN
dan 500 hektar dana CF-SKR. Satu unit areal percontohan ubijalar seluas antara 25 hektar.
Fasilitasi yang diberikan pemerintah kepada kelompok taniGabungan Kelompok tani adalah paket sarana produksi
berupa pupuk Urea, SP-36, NPK dan organik dan diutamakan menggunakan pupuk bersubsidi. Dana yang disediakan untuk
bantuan saprodi pengembangan ubijalar perhektar maksimal
sebesar Rp. 3.689.000,-yang berasal dari APBN Tugas Pembantuan Tanaman Pangan Tahun 2016 dan Rp.
3.086.000,-yang berasal dari dana CF-SKR.
Komponen sarana produksi dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi sesuai peraturan dan rekomendasi
yang berlaku yang telah ditetapkan oleh masing-masing daerah. Apabila dana saprodi tidak tercukupi dapat dipenuhi
melalui APBD atau sumber lainnya, tetapi apabila dana bantuan saprodi berlebihan, agar disetor kembali ke Kas
Negara. Sedangkan untuk penyediaan bibit benih dipenuhi oleh swadaya masyarakat dengan syarat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
20
menggunakan benihbibit yang berasal dari benihbibit unggul Nasional atau unggul lokal yang berproduksi tinggi dan sudah
berkembang secara luas di daerah tersebut.
2. Pembinaan Peningkatan Produktivitas Areal Tanam Ubijalar Swadaya
Hamparan lahan yang biasa ditanami ubijalar saat ini yang tidak mendapat bantuan diharapkan dapat dikelola secara
swadaya. Dalam areal swadaya ini dilakukan pengawalan dan pendampingan oleh petugas lapangan PPLPOPTPetugas
Dinas Pertanian
KabupatenKota. Luas
areal tanam
pengembangan ubijalar secara swadaya yang direncakan dilakukan pengawalan dan pendampingan seluas 164.485
hektar. Dukungan pemerintah yang disediakan berupa pupuk bersubsidi, pembiayaan kredit dan sumber permodalan
lainnya.
3. Pengembangan Ubijalar Melalui Kemitraan
Pengembangan ubijalar melalui kemitraanpromosi investasi direncanakan seluas 10.000 hektar. Dalam pelaksanaannya
diharapkan ada kerjasama dengan Kementerian Kehutanan, BUMN, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, maupun
dukungan sumber pembiayaan lainnya
4. Pengembangan Ubijalar Melalui Pemanfaatan Lahan
Pengembangan ubijalar
melalui pemanfaatan
lahan direncanakan seluas 7.251 hektar. Dalam pelaksanaannya
diharapkan ada kerjasama dengan Kementerian Kehutanan, BUMN dan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
21
5. Penyiapan Kebijakan dan Regulasi, Penyusunan Pedoman, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Sosialisasi,
Pengelolaan Data dan Informasi. Kegiatan penyiapan kebijakan yang mendorong peningkatan
produksi ubijalar, dilaksanakan melalui : a. Pertemuan dan koordinasi dengan instansi terkait;
Sosialisasi perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan, serta Pengelolaan Data dan Informasi
dilakukan secara berjenjang oleh Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Dinas
Pertanian Provinsi,
KabupatenKota, Kecamatan, dan tingkat lapangan. b. Penyusunan Pedoman Umum ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri
Pertanian, selaku
Pengguna Anggaran PA
c. Petunjuk teknis ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku penaggung Jawab Program,
d. Petunjuk Teknis ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran KPA ditingkat Pusat, Dinas Pertanian
Provinsi, maupun Dinas Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan di tingkat KabupatenKota.
6. Sarana Penunjang Kelancaran Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengadaan sarana penunjang kelancaran tugas kantor berupa peralatan, bahan maupun honor yang
dialokasikan dipusat maupun di daerah, agar dilaksanakan secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.