masyarakat dan pembangunan ekonomi berkelanjutan Departemen Dalam Negeri 2000 dalam Muntasib 2005.
Ekowisata atau ecotourism yaitu wisata yang dilakukan pada kawasan yang relatif masih alami, dilakukan dengan bertanggung jawab, untuk menikmati dan
menghargai alam termasuk budayanya, mendukung konservasi, memiliki dampak rendah dan keterlibatan aktif sosio-ekonomi masyarakat setempat
Muntasib 2005.
c. Rekreasi
Douglas 1970 menyatakan bahwa setiap kegiatan individu manusia yang dapat menyegarkan sikap mentalnya disebut rekreasi. Seseorang melakukan
rekreasi tergantung pada umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan masing-masing. Faktor-faktor tadi mempengaruhi bentuk rekreasi yang dikerjakan.
Darusman 1987 menyebutkan bahwa rekreasi merupakan salah satu manfaat intangible dari sumberdaya hutan, secara ekonomi tidak berbeda dengan
komoditi kayu atau hasil intangible lainnya, dimana permasalahan baru muncul karena adanya kelangkaan. Kesulitan yang menantang dalam ekonomi wisata
alam adalah dalam hal penilaian dari biaya dan manfaatnya. Seperti halnya dengan hasil hutan lainnya, pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga
kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Pengalaman empiris tentang peranan ekonomi wisata alam di Indonesia masih sangat kurang, terutama yang tercatat
dan bersifat kuantitatif. Pengalaman negara-negara yang telah maju menunjukkan bahwa wisata alam dapat menjadi tulang punggung perekonomiannya, dalam arti
perangsangan dampak gandanya. Rekreasi alam dapat berperan dalam mempercepat laju ekonomi suatu negara, mempengaruhi perekonomian setempat
dan secara nyata dapat turut meningkatkan kesejahteraan.
2.2. Wana Wisata
Wana wisata adalah objek wisata alam yang lokasinya berada di hutan lindung atau hutan produksi, yang termasuk di dalam kawasan hutan yang
dikelola Perum Perhutani Perum Perhutani 1994. Wana wisata berdasarkan surat Direksi Perum Perhutani No. 043.7DIR tanggal 5 November 1980, tentang
pedoman pengembangan wana wisata didefinisikan sebagai objek-objek wisata
alam yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan hutan produksi dan lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokok.
Wana wisata merupakan suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun keunikan alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam dan olah raga tanpa mengubah fungsi kawasan tersebut Perum Perhutani 1994.
Wana wisata dibedakan sebagai wana wisata harian, wana wisata bermalam yang dilengkapi sarana penginapan berupa pondok wisata atau pesanggrahan dan
bumi perkemahan Nadiar 1994. Perum Perhutani 1994, menyatakan bahwa wana wisata yang dikembangkan oleh Perum Perhutani pada dasarnya dapat
dibagi dalam 2 macam yaitu : 1. Wana wisata bermalam yaitu dalam hal ini berupa bumi perkemahan
2. Wana wisata tak bermalam day recreation yaitu lapangan terbuka dengan sekedar fasilitas antara lain bangku piknik.
Perum Perhutani 1994, mengatakan bahwa untuk memperlancar terselenggaranya wisata alam dengan baik dan efektif maka harus ada penunjang
yang berupa hal-hal sebagai berikut : 1. Adanya perencanaan dan perancangan yang seksama
2. Tersedianya prasarana dan fasilitas yang memadai 3. Sistem pengelolaan yang baik dan efektif
4. Terciptanya suasana sekitar yang dapat membangkitkan kesadaran lingkungan pada pengunjung, sehingga kelestarian tempathutan tersebut terjaga.
5. Adanya relevansi dengan tata lingkungan sekitar dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Pola pengembangan wana wisata yang dianut oleh Perum Perhutani adalah : 1. Pembangunan objek rekreasi hendaknya sesederhana mungkin dan diusahakan
selalu dapat mempertahankan bentuk dan keadaan alaminya. 2. Jenis rekreasi yang dibangun dapat memenuhi berbagai motivasi dan dapat
dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah 3. Objek rekreasi itu mengandung segi-segi rekreasi, edukasi pembinaan cinta
alam dan olahraga.
2.3. Pengusahaan Wisata Alam