4. information informasi 5. promotion promosi
Soemarwoto 1985 mengatakan pariwisata menyajikan manfaat yang besar, tetapi juga mengandung resiko yang tidak kecil. Semua manfaat ada biayanya.
Tak ada yang gratis. Manfaat dan resiko itu harus dikelola dengan baik, agar dapat kita usahakan untuk mendapatkan manfaat bersih yang sebesar-besarnya. Manfaat
pariwisata dalam pembangunan menurut Dinas Pariwisata Daerah Propinsi DT I Jatim 1992 adalah sebagai berikut
1. Memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat 2. Menciptakan lapangan kerja baru
3. Meningkatkan penghasilan masyarakat dan pemerintah 4. Memelihara kelestarian budaya bangsa
5. Memelihara lingkungan hidup 6. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
7. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Ekowisata
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam.
Tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat Walhi 1995 dalam Muntasib 2005.
Ekowisata adalah pariwisata alam yang memenuhi kriteria standar melestarikan lingkungan, secara ekonomis menguntungkan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat setempat Direktorat Jenderal PKA beserta JICA dan RAKTA 2000 dalam Muntasib 2005.
Ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah yang dikelola secara kaidah alam
dimana tujuannya untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan
peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Dalam ekowisata selalu terkait dengan berbagai dukungan upaya konservasi sumberdaya alam, pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan ekonomi berkelanjutan Departemen Dalam Negeri 2000 dalam Muntasib 2005.
Ekowisata atau ecotourism yaitu wisata yang dilakukan pada kawasan yang relatif masih alami, dilakukan dengan bertanggung jawab, untuk menikmati dan
menghargai alam termasuk budayanya, mendukung konservasi, memiliki dampak rendah dan keterlibatan aktif sosio-ekonomi masyarakat setempat
Muntasib 2005.
c. Rekreasi
Douglas 1970 menyatakan bahwa setiap kegiatan individu manusia yang dapat menyegarkan sikap mentalnya disebut rekreasi. Seseorang melakukan
rekreasi tergantung pada umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan masing-masing. Faktor-faktor tadi mempengaruhi bentuk rekreasi yang dikerjakan.
Darusman 1987 menyebutkan bahwa rekreasi merupakan salah satu manfaat intangible dari sumberdaya hutan, secara ekonomi tidak berbeda dengan
komoditi kayu atau hasil intangible lainnya, dimana permasalahan baru muncul karena adanya kelangkaan. Kesulitan yang menantang dalam ekonomi wisata
alam adalah dalam hal penilaian dari biaya dan manfaatnya. Seperti halnya dengan hasil hutan lainnya, pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga
kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Pengalaman empiris tentang peranan ekonomi wisata alam di Indonesia masih sangat kurang, terutama yang tercatat
dan bersifat kuantitatif. Pengalaman negara-negara yang telah maju menunjukkan bahwa wisata alam dapat menjadi tulang punggung perekonomiannya, dalam arti
perangsangan dampak gandanya. Rekreasi alam dapat berperan dalam mempercepat laju ekonomi suatu negara, mempengaruhi perekonomian setempat
dan secara nyata dapat turut meningkatkan kesejahteraan.
2.2. Wana Wisata