Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di

penderita kanker serviks paliatif di poliklinik penyakit kandungan RSUP. dr. Sardjito Yogyakarta menemukan bahwa 15 responden 50 mengalami tingkat kecemasan sedang. Hasil peneltian ini menjelaskan bahwa pada orang tua atau dewasa yang berhadapan dengan penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan ternyata ditemukan adanya pengalaman kecemasan, depresi dan masalah emosional lainnya. Pasien yang terdiagnosis penyakit kanker serviks menghadapi banyak keputusan yang sulit untuk menerima kenyataan hidup yang terdiagnosa penyakit kanker sehingga menimbulkan perasaan cemas. Pada penderita kanker serviks sering dijumpai penderita dikuasai perasaan tidak berguna, malu, serta kekhawatiran karena merasa menjadi beban orang lain sehingga menimbulkan perasaan cemas. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kuraesin 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien kanker dalam tindakan kemoterapi di RS. Dr. Moewardi menemukan bahwa mayoritas pasien kanker mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 33 orang 68,8. Hal ini disebabkan adanya respon cemas seseorang seperti sering bangun pada malam hari, gemetar, merasa takut tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, mekanisme koping yang digunakan dan mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan secara sadar.

5.3. Hubungan Harapan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di

RSUP. H. Adam Malik Medan Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara harapan dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Untuk nilai PR=0,46 95 CI= 0,26-0,83 artinya responden yang mempunyai harapan baik perkiraan peluangnya 0,46 kali mempunyai tingkat kecemasan berat dibandingkan responden yang mempunyai harapan cukup, dimana harapan baik merupakan sebagai faktor protektif untuk timbulnya tingkat kecemasan berat. Hal ini sesuai dengan penelitian Yong et al 2008 mengenai pengembangan skala validasi penilaian kebutuhan spiritual pada pasien kanker di Korea menemukan Hal ini sesuai dengan penelitian Nureini 2010 mengenai pengalaman perempuan pada awal di diagnosa kanker menemukan bahwa masalah-masalah fisik dan psikologis muncul ketika pasien di diagnosa kanker. Harapan sebagai suatu proses antisipasi yang melibatkan interaksi pemikiran, tindakan, perasaan dan relasi yang mengarahkan pada masa datang untuk pemenuhan akan kepribadian yang penuh makna. Jika tidak mempunyai harapan dan tidak ada yang memberikan harapan tersebut, maka pasien kehilangan semangat, sakit yang dialami dan dirasakan seperti berkembang memburuk lebih cepat. Kebutuhan bahwa kebutuhan harapan untuk kesembuhan, memiliki ketenangan dengan diri dan kehidupan serta merasakan kedamaian telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk mengatasi penyakit. Kekuatan harapan dan rasa syukur dapat memupuk dan memberi semangat pasien. Meskipun harapan itu dikonseptualisasikan dalam berbagai cara. Peneliti menekankan kapasitas harapan dapat berhubungan dengan kemungkinan dan realita dari luar diri. Universitas Sumatera Utara spiritual sangat dibutuhkan oleh setiap manusia apalagi bila dalam keadaan sakit, biasanya hubungannya dengan Tuhan semakin dekat. Setelah dilakukan analisa multivariat dengan multiple correlation, ternyata harapan mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker, dimana nilai p0,05. Hal ini kemungkinan karena harapan dominan ada pada pasien daripada tingkat kecemasan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber kekuatan dalam mempercepat kesembuhan serta selalu berfikir positif terhadap kondisi penyakitnya. Ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa sebanyak 58 orang 60,4 sangat setuju harapan sebagai sumber kekuatan dalam mempercepat kesembuhan penyakitnya, 57 orang 59,4 sangat setuju harapan dapat menjadikan kekuatan bagi pasien agar selalu hidup harmonis dengan orang lain, 58 orang 60,4 sangat setuju menghadapi penyakitnya dengan berfikir positif terhadap Tuhan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Marvien et al 2011 mengenai spirituality, agama dan spiritual pada pasien kanker menemukan bahwa hampir semua pasien setuju bahwa spiritualitas merupakan sumber kekuatan dan membantu mereka dalam mengatasi penyakit dan memberikan kenyamanan bagi pasien. Pada pasien kanker yang menderita suatu penyakit, spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu. Spiritualitas membuat individu memiliki keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih berarti. Universitas Sumatera Utara

5.4. Hubungan Arti dan Tujuan dengan Tingkat Kecemasan Pasien