Hubungan Kepercayaan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Hubungan Kreativitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di

Hasil ini berbeda dengan penelitian Murray 2004 mengenai kebutuhan spiritual pada pasien dying yang menderita kanker paru dan gagal jantung yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif pada 149 responden menemukan bahwa pasien mengungkapkan kebutuhan akan dicintai dan kehidupan yang berhubungan dengan transcendence, baik itu pada pasien yang menyatakan akan adanya Tuhan ataupun tidak. Hal ini ditandai dengan kedekatan secara fisik antara caregiver dengan pasien. Dalam hal ini caregiver memberikan tindakan keperawatan di luar tindakan medis dan secara sengaja memberikan perhatian secara penuh terhadap pasien yang berhubungan dengan kebutuhan emosional, sosial dan spiritual. Pasien juga membutuhkan kedekatan dengan anggota keluarganya untuk membangkitkan semangatnya.

5.8. Hubungan Kepercayaan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker

di RSUP. H. Adam Malik Medan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan dengan tingkat kecemasan pasien kanker. Untuk nilai PR=0,45 95 CI= 0,25-0,81 artinya responden yang mempunyai kepercayaan baik perkiraan peluangnya 0,45 kali mempunyai tingkat kecemasan berat dibandingkan responden yang mempunyai kepercayaan cukup, dimana kepercayaan baik merupakan faktor protektif untuk timbulnya tingkat kecemasan berat. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji multiple correlation ternyata kepercayaan mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pada Universitas Sumatera Utara pasien kanker karena nilai p0,05. Hal ini kemungkinan karena kepercayaan merupakan paling dominan ada pada diri pasien daripada tingkat kecemasan sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi penyakit pasien. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa sebanyak 68 orang 70,8 sangat setuju percaya terhadap Tuhan dapat meningkatkan keimanan saya, 59 orang 61,5 sangat setuju merasa frustasi ketika tidak dapat beribadah dan sebanyak 68 orang 70,8. Hal ini sesuai dengan penelitian Taylor 2006 mengenai prevalensi dan faktor kebutuhan spiritual pada pasien kanker dan family care giver menemukan bahwa kepercayaan merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran logis. Kepercayaan memberikan kekuatan pada individu dalam menjalani kehidupan ketika individu mengalami kesulitan atau penyakit.

5.9. Hubungan Kreativitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di

RSUP. H. Adam Malik Medan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kreativitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kreativitas yang baik pada pasien tidak dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa sebanyak 10 orang 10,4 merasa ragu-ragu bahwa emosi dapat menurun ketika saya mendekatkan diri kepada Tuhan. Universitas Sumatera Utara Hasil ini berbeda dengan penelitian Highfield dan Cason 1983 dalam McSherry 2006 mengenai kebutuhan spiritual pada pasien kanker menemukan bahwa kemampuan untuk menemukan makna, ekspresi dan nilai dalam aspek kehidupan seperti sastra, seni, musik dan kegiatan lainnya yang berasal dari sifat kreatif individu, menyediakan ekspresi dan makna serta sarana komunikasi. Kreativitas dapat berbentuk inspirasi yang dapat mengangkat emosi seseorang. 5.10. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas yang Diberikan Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker. Setelah dilakukan analisa multivariat dengan multiple correlation ternyata pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pasien kanker, dimana nilai p0,05. Menurut peneliti, hal ini kemungkinan disebabkan karena pemenuhan kebutuhan spiritualitas yang diberikan perawat baik tidak dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien kanker. Tingkat kecemasan lebih dominan ada pada pasien. Dari beberapa perawat menyatakan bahwa mereka kurang percaya diri ketika memberikan pelayanan spiritual kepada pasien kanker karena kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan pribadi seseorang. Ini dapat dilihat Universitas Sumatera Utara dari jawab responden yang menyatakan bahwa sebanyak 12 orang 12,5 perawat jarang mengajak pasien untuk berdoa bersama untuk memohon kesembuhan, sebanyak 18 orang 18,8 perawat jarang membantu pasien yang terbatas pergerakannya dalam melakukan rutinitas peribadatan pasien dan sebanyak 11 orang 13,5 perawat jarang memberitahu kepada pasien dan keluarga pasien mengenai pelayanan kerohanian yang tersedia di RSUP. H. Adam Malik Medan Hasil ini sesuai dengan penelitian Taylor 2006 mengenai prevalensi dan faktor kebutuhan spiritual pada pasien kanker dan family care giver menemukan Hasil ini berbeda dengan penelitian Nixon et al 2013 mengenai k bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitias penting untuk memberikan pikiran positif, mengasihi orang lain, menemukan arti dan tujuan dan dapat berhubungan dengan Tuhan, meminta bantuan perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan mempersiapkan pasien menjelang kematian. Pada penelitian ini perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritualitas klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritualitas. Hal tersebut terjadi karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualitas, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritualitas dalam keperawatan dan merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas klien bukan merupakan tugasnya tetapi tanggung jawab pemuka agama. ebutuhan spiritual pada pasien neuro onkologi dan perspektif perawat menemukan bahwa pasien kanker memiliki kebutuhan spiritual dan perawat yang Universitas Sumatera Utara memberikan kebutuhan spiritual. Pemberian pemenuhan kebutuhan spiritualitas kepada pasien yaitu dengan memberikan dukungan emosional, membantu dan mengajarkan doa, memotivasi dan mengingatkan waktu ibadah sholat, mengajarkan relaksasi dengan berzikir ketika sedang kesakitan, berdiri di dekat klien, memberikan sentuhan selama perawatan. Pasien sangat mungkin memiliki masalah psikososial atau keadaan yang mengancam status kesehatannya seperti cemas terhadap kondisi penyakitnya atau hubungan yang kurang mendukung dengan kerabat. Untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan pasien, perawat sebaiknya memperhatikan semua aspek yang ada dalam diri pasien. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting selama periode sakit. Ketika sakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi seseorang, energi orang tersebut menipis, dan spirit orang tersebut akan terpengaruhi. Hasil ini berbeda dengan penelitian Narayanasamy 2010 mengenai kebutuhan spiritual pada pasien kanker menemukan bahwa pasien membutuhkan perawat sebagai petugas profesional untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Kebutuhan spiritual tersebut adalah dukungan keluarga, dukungan emosional, dukungan menjalankan kegiatan ibadah, kebutuhan untuk berbicara kepada seseorang tentang kecemasan yang dialaminya, perasaan penolakan terhadap penyakit dan memfasilitasi sarana untuk melakukan kegiatan ibadah. Tiga dari enam partisipan mengungkapkan harapan terhadap pemenuhan kebutuhan akan didengar dan mendengarkan. Perawat memberikan nasehat-nasehat yang baik demi kesembuhan pasien sehingga tetap semangat, menemani pasien saat dibutuhkan serta mendengarkan keluhan yang dirasakan. Universitas Sumatera Utara 5.11. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai p= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pasien kanker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Untuk nilai PR= 0,50 95 CI =0,27-0,89 artinya responden yang mempunyai pemenuhan kebutuhan spiritualitas baik perkiraan peluangnya 0,50 kali mempunyai tingkat kecemasan berat dibandingkan responden yang mempunyai pemenuhan kebutuhan spiritual cukup, dimana pemenuhan kebutuhan spiritualitas baik merupakan sebagai faktor protektif untuk timbulnya tingkat kecemasan berat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hanson et al 2008 mengenai perawatan spiritual selama sakit menemukan bahwa sekitar 41-94 pasien menginginkan tenaga kesehatan menanyakan tentang kebutuhan spiritual mereka. Hasil suatu studi wawancara menunjukkan bahwa spiritual yang kuat dan koping religius mempunyai hubungan dengan support social yang baik, sedikitnya beban psikologis, mempunyai kesehatan fisik yang baik dan kualitas hidup yang lebih baik pula. Pasien sangat mungkin memiliki masalah psikososial atau keadaan yang mengancam status kesehatannya seperti cemas atau hubungan yang kurang mendukung dengan kerabat. Untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan pasien, perawat sebaiknya memperhatikan semua aspek yang ada dalam diri pasien. Pendekatan holisitik memberikan perhatian pada fungsi spiritual pasien yang akan mempengaruhi keadaan pasien. Universitas Sumatera Utara Hasil ini sesuai dengan penelitian Noguchi et al 2004 mengenai kebutuhan spiritual pasien kanker dan pelayanan spiritual menemukan bahwa pasien kanker memiliki perasaan bahwa penyakit nya dekat dengan kematian dan akan mengalami kondisi stres, cemas dan depresi sehingga pasien menyadari arti dari kehidupan. Pasien kanker lebih dekat terhadap Tuhan nya dan merasakan adanya kebutuhan spiritual yang sangat tinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rachmawati 2007 mengenai hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pasien penderita penyakit kronis Rasa cemas yang dirasakan antara pasien satu dengan lainnya berbeda-beda, yang membedakannya salah satunya adalah tingkat religiusitas individu. Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan merasa lebih ikhlas, tawakal dan menerima keadaannya. Selain melakukan pengobatan secara fisik, individu yang mempunyai religiusitas tinggi akan lebih mendekatkan diri lagi pada Tuhan, karena mereka sadar bahwa hidup dan mati itu ada di tangan Tuhan. Individu yang memiliki religiusitas rendah akan selalu menyalahkan nasib, merasa rendah diri, menutup diri, ingin marah dan takut mati. Mereka akan merasa bahwa hidup itu tidak adil. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan pasien penderita penyakit kronis, dimana semakin tinggi religiusitas maka kecemasan pasien penderita penyakit kronis semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah religiusitas pasien maka kecemasannya akan semakin tinggi. Sementara sumbangan efektif religiusitas terhadap kecemasan pasien penderita penyakit kronis adalah sebesar 40,2 . Universitas Sumatera Utara Hasil ini sesuai dengan penelitian Tofthagen 2006 mengenai hubungan antara kecemasan dan spiritualitas dalam menjalani kemoterapi pada pasien kanker menemukan bahwa tidak ada hubungan kebutuhan spiritualitas dengan kecemasan. Hal ini disebabkan karena perawat yang memiliki keahlian, setiap masukan mereka harus dihargai oleh anggota lain dari tim perawatan kesehatan yang mungkin tidak memahami kebutuhan kompleks pasien ini termasuk kebutuhan untuk dipahami dan memiliki perasaan dan pengalaman mereka. Tingkat kecemasan yang lebih tinggi di antara orang-orang dengan derajat lebih rendah dari makhluk spiritual. Mereka yang terlibat dalam organisasi keagamaan memiliki tingkat kesejahteraan rohani dan menurunkan kadar kecemasan.

5.12. Keterbatasan Penelitian