Kekuatan Desa dilihat dari Dimensi Sosial, Politik dan Budaya, serta Fisik dan Ekonomi Model Intervensi Pembangunan Desa

- 65 -

4.4.3 Kekuatan Desa dilihat dari Dimensi Sosial, Politik dan Budaya, serta Fisik dan Ekonomi

Berdasarkan uraian terhadap faktor-faktor yang terkait dengan dimensi sosial, politik dan budaya serta dimensi fisik dan ekonomi sebagaimana tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desa-desa yang tergolong memiliki tingkat kemandirian yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dimensi Sosial, Politik dan Budaya Memiliki adat menghargai karya manusia, memiliki n-Ach need of achievement = kebutuhan untuk maju yang tinggi, memiliki integrasi masyarakat yang tinggi, memiliki pola kekuasaan dominan rasional atau legal, memiliki struktur politik lokal demokratis, memiliki sejarah lingkup lembaga terpenting sampai ke luar dari lingkup desa, serta memiliki fasilitas pendidikan. 2. Dimensi Faktor Fisik dan Ekonomi Memiliki fasilitas listrik, memiliki kualitas rumah mayoritas permanen, memiliki organisasi kesehatan, memiliki permukaan jalan terluas dari aspal, con blok, beton, atau yang diperkeras, memiliki fasilitas angkutan umum utama kendaraan bermotor, memiliki fasilitas telepon, memiliki fasilitas jasa pos, memiliki fasilitas TV, memiliki fasilitas koranmajalah, mengalami industrialisasi, memiliki pola pemilikan lahan mayoritas individualpribadi, memiliki pasar, memiliki lembaga permodalan, ekonomi penduduk secara umum sangat kaya, kaya, atau sedang, penghasilan mayoritas rumah tangga dari luar pertanian, sumber penghasilan mayoritas penduduk dari luar pertanian, tidak memiliki pemukim kumuh yang dominan, serta tidak memiliki lahan pertanian yang dominan.

4.4.4 Model Intervensi Pembangunan Desa

Bagi desa-desa yang memiliki kecenderungan kekuatannya pada dimensi sosial, politik dan budaya, maka intervensi pembangunan dapat dilakukan melalui - 66 - lembaga sosial, politik, dengan tetap menggunakan pendekatan budaya lokal. Bagi desa-desa yang memiliki kecenderungan kekuatannya pada faktor fisik dan ekonomi, maka intervensi pembangunan dapat dilakukan melalui lembaga ekonomi. Selain itu pembangunan dapat juga difokuskan kepada lembaga sosial dan politik, dengan tetap menggunakan pendekatan budaya lokal. Sementara itu, bagi desa-desa yang memiliki kekuatan pada kedua dimensi tersebut, maka intervensi pembangunan dapat dilakukan dari semua lembaga, dengan fokus pada peningkatan kualitas hasil-hasil pembangunan yang telah ada sebelumnya. - 67 - BAB – V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Pembangunan desa merupakan konsep pembangunan multidimensional yang sifatnya kompleks. Kemajuan dan keberhasilan pembangunan desa perlu diukur dengan seksama. Pengukuran tingkat kemajuan pembangunan desa diharapkan tetap mengacu pada kompleksitas konsep tersebut meskipun perlu diupayakan adanya penyederhanaan dalam hal instrumen dan teknis pengukurannya. Dimensi, variabel, dan indikator yang digunakan sebagai alat ukur konsep pembangunan desa perlu disusun secara teliti sehingga secara komposit akan mampu menggambarkan tingkat kemajuan dan perkembangan pembangunan desa. Dalam rangka mengukur tingkat kemajuan pembangunan desa sebagaimana yang telah diuraikan tersebut di atas, Kementerian Perencanaan Pembangunan NasionalBadan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian PPN Bappenas, akan mengembangkan dan menyusun instrumen evaluasi pembangunan perdesaan lingkup desa. Hal ini sejalan dengan fungsi Kementerian PPNBappenas, sebagaimana yang diamanatkan melalui Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, pada Pasal 3 Point a., yaitu pengkajian, pengoordinasian, dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah, kerangka ekonomi makro nasional dan regional, analisis investasi proyek infrastruktur, kerangka regulasi, kelembagaan, dan pendanaan, serta pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan nasional.