MODEL PENDEKATAN Kajian Penyusunan Instrumen Evaluasi Pembangunan Perdesaan 2016

- 24 - BAB - III METODOLOGI

3.1. MODEL

Pada prinsipnya model yang akan digunakan dalam kajian penyusunan instrumen evaluasi pembangunan perdesaan lingkup desa ini, tidaklah jauh berbeda dengan model atau pendekatan yang digunakan dalam menyusun Indeks Pembangunan Desa IPD tahun 2015. Hal ini dikarenakan IPD merupakan baseline titik awal status desa yang akan menjadi object evaluasi, sehingga jika modelnya terlalu berbeda dengan model IPD dikhawatirkan akan sulit untuk mengukur tingkat perkembangan pembangunan desa dari tahun ke tahunnya. Hanya saja dalam penyusunan instrumen evaluasi pembangunan perdesaan lingkup desa ini, lebih menitikberatkan pada upaya penyempurnaan kuesioner instrumen Podes yang beberapa datanya dirasa masih belum memadai untuk menggambarkan kondisi desa yang sebenarnya, dan dari hasil penyempurnaan kuesioner tersebut akan dilakukan uji coba ke beberapa daerah. Selanjutnya kuesioner instrumen ini akan menjadi bahan masukan bagi Badan Pusat Statistik BPS dalam melaksanakan survey Podes di tahun 2018.

3.2. PENDEKATAN

Pendekatan analisis yang dipergunakan dalam menyusun instrumen evaluasi pembangunan perdesaan lingkup desa ini, adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sumber data utama yang dianalisis ada kuesioner Potensi Desa Podes tahun 2014 dan juga beberapa dokumenreferensi terkait lainnya. Adapun keluaran hasil analisis tersebut berupa kuesioner baru yang sudah disempurnakan atau disebut sebagai instrumen evaluasi pembangunan perdesaan. - 25 - Selanjutnya kuesioner tersebut akan dilakukan uji coba pada pada beberapa desa yang menjadi lokasi sampling. Metode sampling yang digunakan adalah area sampling. Area sampling didefinisikan secara umum sebagai kumpulan prosedur dimana wilayah geografis dipilih sebagai unit antara untuk memilih unit sampel yang lebih rendah yang menjadi target suatu survei. Area sampling dipilih sebagai metode sampling dalam kajian ini dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 01. Adanya pertimbangan efisiensi biaya pendataan lapangan listing dan survei. 02. Adanya pertimbangan pemikiran bahwa unit-unit analisis yang tersebar secara spasial pada kawasan geografis yang sama cenderung memiliki karakteristik yang serupa. 03. Metode sampling yang digunakan dalam kajian ini diupayakan sampling probabilitas probability sampling. Area Sampling merupakan salah satu varian metode sampling multi tahap multi-stages random sampling. 04. Unit sampling yang menjadi target ultimate sampling unit adalah Desa. Pemilihan sampel dalam kajian ini mengikuti struktur hierarki wilayah administrasi pemerintahan sebagai berikut: 1 Primary Sampling Units PSU merupakan wilayah geografis yang secara kolektif merepresentasikan seluruh cakupan wilayah survei. Wilayah geografis yang ditetapkan menjadi PSU adalah kabupatenkota. Setiap kabupatenkota memuat desa-desa yang telah terstratifikasi berdasarkan tingkat kemajuan desa sebagai desa mandiri, desa berkembang, dan desa tertinggal; dan 2 Ultimate Sampling Units USU merupakan unit analisis yang menjadi tujuan survei yaitu desa. Desa-desa yang menjadi target sampel pada setiap strata kemajuan desa di kabupatenkota terpilih sebagai PSU kemudian dipilih dengan skenario alokasi sampel secara sistematik. Adapun pemilihan sampel kabupatenkota dan desa dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1 total sampel desa yang menjadi target sampel secara nasional sebanyak 4.763 tersebar di 405 kabupatenkota; 2 PSU sebanyak 40 kabupatenkota 10 persen dari kabupatenkota target sampel. Pemilihan kabupatenkota sebagai PSU didasarkan pada pendekatan Probability Proportional to Size PPS. Variabel yang dipertimbangkan sebagai dasar penentuan size adalah - 26 - total desa yang menjadi target sampel di setiap kabupatenkota. Suatu kabupatenkota akan memiliki peluang terpilih sebagai PSU sangat bergantung pada muatantotal desa target sampel di wilayahnya; dan 3 USU berupa desa terpilih sampel sebanyak 10 persen dari total desa target sampel pada setiap strata kemajuan desa di kabupatenkota terpilih sebagai PSU. Pada suatu kabupatenkota terpilih sebagai sampel akan dipilih sebanyak 10 persen desa berkembang dan 10 persen desa tertinggal. Pemilihan Desa sebagai USU didasarkan pada pendekatan self-weighting, setiap desa mengalami skenario pemilihan sampel yang sama sehingga sekaligus memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai desa sampel. Pemilihan sampel desa menggunakan skenario pemilihan sampel sistematik yang diberlakukan pada setiap strata kemajuan desa di wilayah kabupatenkota PSU. - 27 - BAB - IV ANALISIS PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA LINGKUP DESA

4.1. PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN