Kerangka Pendanaan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan

- 32 - - Memastikan distribusi Dana Desa dan Alokasi Dana Desa berjalan secara efektif, berjenjang, dan bertahap; - Mempersiapkan Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota dalam mengoperasionalisasi pengakuan hak-hak masyarakat adat untuk dapat ditetapkan menjadi desa adat.

4.1.4. Kerangka Pendanaan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan

Kerangka pendanaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan memiliki kaitan yang sangat erat dengan diterbitkannya UU No. 62014 tentang Desa. Dalam UU tersebut, asas rekognisi pengakuan terhadap hak asal usul dan subsidiaritas penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa, menjadikan Desa memiliki kewenangan lebih besar dalam kesatuan kewenangan, perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan pembangunan. Kerangka pendanaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kemandirian Desa meliputi percepatan pemenuhan kebutuhan pelayanan umum dan pelayanan dasar, penyelenggaraan pemerintahan, peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan ekonomi di perdesaan sesuai dengan kearifan lokal. Pada periode pembangunan tahun 2015-2019, arahan kerangka pendanaan pembangunan desa dan kawasan perdesaan memanfaatkan sumber pendanaan dalam negeri, meliputi pembiayaan dari pemerintah APBN, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota APBD serta masyarakat maupun sektor swasta. UU No. 62014 tentang Desa mengamanatkan dialokasikannya anggaran untuk desa dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Dalam UU tersebut, pendapatan Desa bersumber dari: - 33 - 1. Hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan desa; 2. Alokasi APBN; 3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah KabupatenKota; 4. Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima KabupatenKota; 5. Bantuan keuangan dari ABPD Provinsi dan APBD KabupatenKota; 6. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat; 7. Lain-lain pendapatan desa yang sah. Gambar 4.1 Skema Pendanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa Program Pemerintah danatau Pemerintah Daerah yang berskala lokal Desa dikoordinasikan danatau didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa. Program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa. Berdasarkan hal tersebut, maka arah kebijakan pengelolaan keuangan Desa adalah: - 34 - 1. Melaksanakan pengelolaan Dana Desa secara tertib taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, transparan, akuntabel, efisien, efektif, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan aspek keadilan dan kepatutan; 2. Meningkatkan sinkronisasi dengan kegiatan pembangunan di tingkat nasional. provinsi, kabupatenkota; 3. Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas pemanfaatan APB Desa sesuai dengan ketentuan berlaku; 4. Mewujudkan sinergi antara perencanaan dan penganggaran di desa dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong royong dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Untuk itu, pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa. Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Selain itu, pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa danatau kerja sama antarDesa. - 35 - 4.2. DIMENSI PEMBANGUNAN DESA Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan pembangunan desa dalam kerangka UU Desa adalah terciptanya kondisi kehidupan desa yang mandiri dan sejahtera secara berkelanjutan. Sayangnya, konsep desa yang mandiri dan sejahtera secara berkelanjutan tersebut tidak disertai dengan ukuran yang jelas. Akibatnya, hingga saat ini muncul berbagai penafsiran yang beragam terkait kriteria desa yang ideal tersebut. Berbagai penafsiran indikator tersebut pada dasarnya dapat diterima selama indikator yang disusun memang mampu menggambarkan sedekat mungkin dengan gambaran konseptual desa ideal yang ingin diwujudkan oleh desa dalam semangat dan amanat UU Desa. Berikut ini merupakan gambaran umum kondisi desa mandiri yang mungkin dapat digunakan yaitu: 1. Adanya kemampuan desa untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat desa dengan kekuatan yang dimilikinya; 2. Adanya pemerintahan desa yang memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola pembangunan desa yang didukung oleh kemandirian dalam perencanaan dan penganggaran seluruh program dan kegiatan pembangunan desa dan dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan; 3. Adanya pemerintahan desa yang menjunjung tinggi aspirasi dan partisipasi masyarakat secara adil dan merata tanpa diskriminasi terhadap penduduk miskin, perempuan, dan penduduk yang termarginalkan; 4. Adanya sumber daya pembangunan desa yang dikelola secara optimal transparan dan akuntabel untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kesejahteraan seluruh masyarakat Desa. - 36 - Indeks Pembangunan Desa IPD 2014 yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2015 pada dasarnya telah merujuk UU Desa khususnya pasal 74 dan pasal 78 dalam menentukan indikator sebagai pilar perhitungannya. UU Desa pasal 74 disebutkan bahwa paling tidak ada empat kebutuhan masyarakat desa yang perlu dipenuhi dalam pembangunan desa yaitu: 1 kebutuhan dasarprimer; 2 pelayanan dasar; 3 lingkungan; dan 4 kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Pada bagian penjelasan dalam UU Desa, kebutuhan dasar didefinisikan sebagai kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Pelayanan dasar yang dimaksud meliputi pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Sedangkan dalam pasal 78 disebutkan tujuan pembangunan desa untuk meningkatkan: 1 kesejahteraan masyarakat desa; 2 kualitas hidup manusia; dan 3 penanggulangan kemiskinan. Tujuan pembangunan desa tersebut diwujudkan melalui: 1 pemenuhan kebutuhan dasar; 2 pembangunan sarana desa; 3 pembangunan prasarana desa; 4 pengembangan potensi ekonomi lokal; dan 5 pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Karena adanya keterbatasan data, maka hal-hal yang termaktub dalam pasal 74 dan pasal 78 tersebut pada akhirnya disintesiskan menjadi lima indikatror utama dalam IPD yaitu pelayanan dasar; kondisi infrastruktur; aksesibilitastransportasi; pelayanan umum; dan penyelenggaraan pemerintahan.

4.2.1 Pelayanan Dasar