STRUKTUR BERKESINAMBUNGAN YANG TAHAN GEMPA

54

BAB 5 STRUKTUR BERKESINAMBUNGAN YANG TAHAN GEMPA

Bangunan rumah susun dengan tema “urban fish farming” ini memiliki struktur dan material yang tidak terlalu mahal, karena latar belakang dari pendapatan masyarakatnya yang kebanyakan merupakan masyarakat berpenghasilan rendah dan juga menengah. Rata-rata pendapatan masyarakatnya hanya mencapai Rp 1.200.000 – Rp 1.500.000 per bulannya dengan jenis pekerjaan yang beragam, antara lain, sebagai buruh bangunan, tukang becak, tukang jahit, pedagang makanan dan jajanan, tukang bakso, tukang bengkel, dan lain-lain. Jadi itulah beberapa alasan yang menyebabkan bangunan rumah susun ini nantinya diharapkan memiliki struktur ataupun material yang murah dan tahan lama, serta yang mudah untuk perawatan bangunan kedepannya agar tidak mengeluarkan uang yang cukup banyak. Gambar 5.1. Gambar material bangunan awal pada tapak Sumber. Penulis 2014 Mengenai masalah struktur bangunan di pemukiman sebelum didesain, gambarannya yaitu pemukiman warga banyak menggunakan material seng, kayu, dan beton, dapat dilihat pada Gambar 5.1. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan dan kesehatan pada warga karena rumah yang menggunakan material seng Universitas Sumatera Utara untuk dinding dan atapnya akan terasa panas di siang hari dan akan terasa sangat dingin pada malam hari, serta akan cepat mengalami pelapukan bagi rumah yang bermaterialkan kayu karena terkena banjir. Gambar 5.2. Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir dan tengah tapak Sumber. Penulis 2014 Gambaran kondisi pemukiman warga dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah pemukiman yang terletak di pinggiran jalan dan tengah tapak, serta pemukiman yang berada di pinggiran sungai. Pada pemukiman warga yang berada di daerah pinggiran jalan dan tengah tapak, rata-rata rumah warga sudah menggunakan bata sebagai material bangunannya, atap terbuat dari seng dan genteng, lantai sudah berupa keramik, dan menggunakan pondasi batu kali. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.3. Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai Sumber. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Rumah yang berada di daerah pinggiran sungai, kebanyakan rumah warga masih menggunakan kayu dan seng sebagai material dindingnya, atap terbuat dari seng, lantai masih berupa perkerasan atau semen, dan menggunakan pondasi batu kali, walaupun terdapat juga rumah dengan konstruksi rumah panggung karena berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 5.3. Selain itu, kebanyakan jenis rumah yang ada di Kampung Hamdan, yaitu tipe rumah deret, rumah couple, dan rumah tunggal. Tipe bangunan yang berada di tapak ini tidak sesuai dengan standar rumah yang baik, karena perbandingan jumlah anggota keluarga dengan luas rumah tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni. Pembangunan rumah susun dan area komersial ini akan dimulai dengan penggusuran para penghuni liar di area tepi sungai. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan lahan dan perbaikan sungai. Perbedaan struktur rumah masyarakat yang awalnya hanya terdiri dari susunan rumah padat secara horizontal kini diubah bentuk menjadi susunan rumah yang tersusun secara vertikal ke atas. Selain itu, konstruksi rumah masyarakat yang hanya bertumpu pada dinding dan pondasi, kini sebagai rumah susun yang berarti menggunakan struktur bangunan tinggi konstruksinya pasti membutuhkan grid yang merupakan kolom menerus dari bawah ke atas sebagai tumpuan bangunan. Rumah susun ini juga memiliki podium di area bawah dengan fungsi lain seperti pasar, area kantin atau fasilitas lain bagi pengguna maupun pengunjung rumah susun untuk mendukung tema kelompok yaitu sosial ekonomi. Jadi, grid tersebut nantinya harus menyatu dengan tower rumah susun yang berada di atasnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4. Gambar detail kolom bangunan Sumber. Penulis 2014 Kolom bangunan menggunakan struktur beton bertulang untuk bangunan tinggi yang terdiri dari besi ulir yang diikat dengan cincin. Detail kolom pada bangunan dapat dilihat pada Gambar 5.4. Rumah susun ini merupakan rumah susun dengan sistem bangunan tinggi yang memiliki struktur tinggi dengan area komersial yaitu fungsi pasar dan area jajanan. Gambar 5.5. Gambar konsep letak sirkulasi area kolam Sumber. Penulis 2014 Bangunan ini menggunakan fasilitas lift dan tangga sebagai sirkulasi vertikalnya. Lift yang digunakan pun ada dua jenis, yaitu lift dengan menggunakan sistem dinding geser dan lift kolam yang digunakan untuk area peternakan ikan dengan struktur yang Universitas Sumatera Utara mengekspos rangka lift. Konsep zona sirkulasi vertikal pada area kolam peternakan dapat dilihat pada Gambar 5.5. Ketinggian bangunan ini memiliki rata-rata setiap tingkatannya yaitu empat meter, jadi apabila bangunan ini memiliki delapan lantai maka bangunan ini memiliki tinggi tiga puluh dua meter. Jadi bangunan ini bisa dikatakan bangunan tinggi. Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan ini yaitu beton, besi, batako, dan batubata. Gambar 5.6. Gambar detail kolam pada bangunan Sumber. Penulis 2014 Struktur kolam menggunakan struktur kolom yang lantai kolamnya menggunakan struktur gantung yang bertumpu pada kolom yang berada di sepanjang selasar yang menghubungkan satu massa bangunan dengan massa disebelahnya yang berfungsi sebagai area hunian. Kolam menggunakan material fiber dengan lantai yang dilapis oleh baja dan kawat. Detail struktur pada kolam peternakan ikan dapat dilihat pada Gambar 5.6. Sistem air untuk kolam pada peternakan rumah susun ini yaitu air dari sungai dialirkan ke ruang pompa yang berada di lantai dasar, lalu di pompa ke tangki air yang berada di atap, dan akhirnya dialirkan ke setiap lantai kolam. Universitas Sumatera Utara Atap yang digunakan pada bangunan rumah susun ini mulanya menggunakan yaitu menggunakan atap perisai. Gambar 5.7. Gambar tampak atap pada bangunan Sumber. Penulis 2014 Gambar 5.7. di atas merupakan desain struktur atap awal dari bangunan rumah susun ini. Namun karena bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bertingkat tinggi, jadi struktur atap ini tidak bisa untuk digunakan. Ini dikarenakan bangunan tinggi sangat rentan terhadap struktur yang cukup berat berada di atasnya seperti material genting apabila kita menggunakan struktur atap perisai. Selain itu juga, dilihat dari bentuk massa bangunan, akan lebih baik apabila bangunan rumah susun ini menggunakan material atap aspal yang menggunakan rangka baja ringan. Gambar 5.8. Gambar 3D bangunan rumah susun Sumber. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Material aspal dengan rangka baja ringan inilah akhirnya menjadi pilihan untuk digunakan sebagai struktur atap dari bangunan rumah susun ini, dapat dilihat pada Gambar 5.8. Selain itu, bahannya juga cukup murah dibandingkan dengan genting. Plafond yang digunakan pada bangunan ini ada dua jenis, yaitu plafond yang mengekspos pembalokannya langsung yang berada di dua lantai podium, lalu plafond gypsum pada area hunian. Gambar 5.9. Gambar letak bangunan ME yang terpisah dari bangunan utama Sumber. Penulis 2014 Setelah itu pusat kontrol mekanikal dan elektrikal berada pada massa yang berbeda dengan massa utama, dapat dilihat pada Gambar 5.9. Ruang-ruang ini diletakkan terpisah agar apabila terjadi getaran khususnya pada ruang genset, tidak akan menganggu struktur bangunan utama, jadi tetap aman. Alasan lain yaitu agar lebih mudah dalam sirkulasi servis seperti dalam pengisian tanki BBM dan lain-lain. Shaft plumbing berada pada setiap hunian yang terletak di depan area koridor, ini dimaksudkan agar petugas dapat memperbaiki dengan cepat apabila terjadi masalah pada shaft tersebut. Shaft sampah pada bangunan ini terpencar,di setiap massanya, yaitu satu shaft sampah pada setiap lantai yang langsung ditampung di bak penampungan sampah yang berada di lantai dasar bangunan. Universitas Sumatera Utara Rumah susun yang memiliki tema urban fish farming ini memiliki konsep penghawaan dan pencahayaan matahari yang cukup bagus, dapat dilihat dari salah satu denah tipikal huniannya yaitu: Gambar 5.10. Gambar denah tipikal rumah susun Sumber. Penulis 2014 Dari gambar 5.10. di atas dapat dilihat bahwa di setiap lantai bangunan hunian rumah susunnya misalkan pada lantai tiga, terdapat beberapa kelompok denah, yang ditandai dengan warna kuning Gambar 5.10 memiliki pencahayaan dan penghawaan yang langsung ke luar bangunan. Baik yang langsung bertemu dengan udara luar ataupun yang bertemu dengan void pada denah yang terletak di tengah bangunan. Pengertian void adalah berupa ruang menerus dan kosong yg menghubungkan lantai di bawah dan lantai di atasnya. Akan lebih bagus lagi bila bagian atas dari void tersebut diberi lobang, yang langsung menembus ke atap ataupun langsung menembus langit. Dengan begitu, udara panas dari dalam rumah dapat mengalir ke arah atas, dengan void tersebut, untuk lalu dikeluarkan. Jika sirkulasi udaranya lancar, makan ruangan di dalam rumah pun akan lebih terasa sejuk. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, Bab III mengenai Persyaratan Teknis dan Administratif Pembangunan Rumah Susun, Bagian Kedua Persyaratan Teknis, Paragraf 1 tentang Ruang, pada Pasal 11 bahwa : “Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari- Universitas Sumatera Utara hari di rumah susun harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Dalam hal hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak mencukupi atau tidak memungkinkan, harus diusahakan adanya pertukaran udara dan pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus menerus selama ruangan tersebut digunakan, sesuai dengan persyaratan yang berlaku. ” Gambar 5.11. Gambar arah angin dan cahaya pada denah bangunan Sumber. Penulis 2014 Jadi setiap ruangan di setiap denah rumah susun ini nantinya diharapkan dapat memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik agar dapat menciptakan rasa kenyamanan bagi penghuni yang tinggal di bangunan tersebut. Keadaan aliran angin dan udara pada bangunan dapat dilihat pada Gambar 5.11. Manfaat lainnya juga bisa digunakan sebagai area jemur karena langsung mendapatkan cahaya matahari, walaupun diberi sekat-sekat agar menyamarkan fungsi jemuran di area depan bangunan. Bangunan rumah susun yang akan dirancang ini memiliki struktur yang diperkirakan tahan terhadap beban mati seperti berat kolom, balok, lantai, atap, dinding dan lain sebagainya. Beban mati adalah bagian struktur yang bersifat tetap, termasuk Universitas Sumatera Utara dalam hal ini berat sendiri struktur. Kolom pada rumah susun ini memiliki ukuran 30 cm x 70 cm dengan bentangan 6 m x 3 m x 6 m dan 6 m x 6m x 6 m dengan pembalokan 20 cm x 60 cm, dengan material beton bertulang. Gambar 5.12. Gambar detail dinding bangunan Sumber. Penulis 2014 Dinding pada bangunan rumah susun ini menggunakan material batako. Detail dari dinding bangunan ini dapat dilihat pada Gambar 5.12. Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland dan air dengan perbandingan satu semen banding tujuh pasir. Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan non struktural. Bentuk dari batakobatu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang hollow block dan batu cetak yang tidak berlubang solid block serta mempunyai ukuran yang bervariasi. Batako lebih hemat dari bata merah dari segi waktu pemasangan, jumlah pemakaian adukan, dan harga per meter persegi. Batako juga bisa menampilkan tekstur dinding yang lebih rapi apabila bila tidak diberi plester atau ekspos. Pembuatan bangunan menggunakan batako bisa selesai dalam waktu lebih cepat. Jika Anda membangun dinding menggunakan batako, hanya dibutuhkan sepuluh hingga lima belas buah batako untuk menyusun dinding seukuran satu meter persegi. Memang tidak Universitas Sumatera Utara secepat pemasangan dinding papan semen atau gypsum, tetapi jelas lebih cepat dari aplikasi bata merah. Keuntungan yang bisa diperoleh melalui penggunaan batako tidak hanya berhenti di sana, melainkan juga menghemat plesteran serta mengurangi beban dinding sehingga konstruksi bangunan menjadi lebih ringan. Untuk menjawab kritik bahwa batako kurang kokoh, bisa diatasi dengan mencampur material dasar batako dengan abu ampas tebu yang merupakan limbah industri yang bisa dimanfaatkan kembali. Abu ampas tebu terbukti memberi hasil yang lebih kuat, ringan, dan tahan lebih lama dari kondisi agresif. Harganya pun murah. Gambar 5.13. Gambar penyusunan batako pada dinding rumah susun Sumber. Google 2014 Gambar 5.13 tersebut merupakan contoh pemasangan pada batako yang digunakan pada bangunan rumah susun ini nantinya. Batako yang tidak berongga adalah pilihan jenis batako yang digunakan sebagai material dinding bangunan. Universitas Sumatera Utara Selain penjelasan mengenai beban mati pada bangunan, juga terdapat beban hidup atau bergerak saperti lantai rumah susun, tangga atau bordes, plat atap, serta beban manusia yang bergerak di dalam bangunan. Beban hidup atau bergerak yaitu semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban gempa, dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu, pemasangan, penurunan pondasi, susutnya bangunan, dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Gambar 5.14. Gambar detail lantai rumah susun Sumber. Penulis 2014 Pada bangunan rumah susun ini nantinya akan bermaterialkan lantai keramik dengan pelat serta tangga utama bagi penghuni dengan material beton solid. Detail lantai hunian pada rumah susun dapat dilihat pada Gambar 5.14. Pernyataan-pernyataan di atas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun , Bab III mengenai Persyaratan Teknis dan Administratif Pembangunan Rumah Susun, Bagian Kedua Persyaratan Teknis, Paragraf 2 tentang Struktur, Komponen, dan Bahan Bangunan, Pasal 12 bahwa “Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku. ” Pasal 13 bahwa “Struktur, komponen, dan penggunaan bahan Universitas Sumatera Utara bangunan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap:  Beban mati;  Beban bergerak;  Gempa, hujan, angin, banjir;  Kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha pengamanan dan penyelamatan;  Daya dukung tanah;  Kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun horizontal; Struktur dari bangunan rumah susun ini diharapkan dapat memenuhi standar dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun di atas seperti tahan dan kuat terhadap beban mati, beban bergerak, berbagai kejadian alam, kebakaran dengan memiliki tangga kebakaran dan kotak hydrant yang tersebar di beberapa titik setiap lantai, serta kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun horizontal. Gambar 5.15. Gambar 3D struktur bangunan Sumber. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Sistem struktur utama rangka beton prefab dengan grid 6 x 3 x 6 dan 6 x 6 x 6. Menggunakan sistem dilatasi pada dua sudut pertemuan antara hunian dengan kolam peternakan ikan, dapat dilihat pada Gambar 5.15. Sistem batu beronjong digunakan pada area tepi sungai sebagai penahan abrasi dan juga sebagai tanggul dari luapan air sungai. Pembalokan yang digunakan merupakan pembalokan two ways dan pada jaur sirkulasi utama yaitu menggunakan pembalokan one way. Universitas Sumatera Utara 68

BAB 6 KEISTIMEWAAN UTILITAS BANGUNAN