PETERNAKAN IKAN VERTIKAL SEBAGAI POTENSI TAPAK

33

BAB 3 PETERNAKAN IKAN VERTIKAL SEBAGAI POTENSI TAPAK

Menghasilkan tema yang sesuai dengan permasalahan dan potensi yang terdapat pada kawasan Kampung Hamdan ini merupakan masalah penting yang harus diselesaikan oleh perancang yang nantinya akan diaplikasikan pada konsep rancangan kawasan. Dalam proses menentukan tema yang akan diangkat pada kawasan tersebut, penulis melakukan beberapa studi banding melalui berbagai media. Mulai dari jurnal-jurnal arsitektur sampai kepada pencarian di internet. Dalam rangka proses pencarian sebuah tema suatu rancangan arsitektur ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang perancang atau arsitek. Begitu juga kasus ini, dalam mewujudkan model penataan kawasan permukiman tepi sungai, perancang harus melalui beberapa tahap perancangan dengan pergantian beberapa tema. Transformative urban space merupakan tema awal yang ingin diangkat oleh penulis. Transformasi ini sendiri berarti perubahan suatu bentuk menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi The New Grolier Webster International Dictionary of English Language. Tujuan dipilihnya tema tersebut adalah agar terjadi perubahan rupa bentuk, sifat, fungsi ruang yang baik bagi masyarakat terutama pada sistem ekonomi dan sosial di kawasan perkotaan tepi sungai yang berlokasi di Kampung Hamdan ini. Transformasi ini dilakukan dengan menerjemahkan pola dan karakteristik perkampungan yang telah ada sebelumnya ke dalam sebuah pola baru ataupun fungsi baru khususnya dalam bidang Universitas Sumatera Utara sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Kampung Hamdan yang akan dirancang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tema transformative urban space ini dirasa tidak cukup menarik bagi kawasan tersebut. Ini dikarenakan tidak adanya kekhasan yang muncul dari desain yang akan dibangun. Tema ini menekankan kepada perubahan yang terjadi pada bentuk fisik maupun non fisik dari kawasan, sedangkan menurut penulis semua desain dari setiap tema pasti akan berubah karena kawasan pemukiman warga ini memang akan berubah bentuk fisiknya dari pemukiman padat penduduk secara horizontal menjadi pemukiman padat penduduk sevara vertikal atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumah susun. Setelah itu, recycle architecture district menjadi tema selanjutnya yang ingin diangkat oleh penulis, yang berarti kawasan dari artapakktur daur ulang. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Latar belakang dipilihnya tema ini berasal dari kawasan Kampung Hamdan ini yang memiliki banyak sampah yang cukup berserakan di mana- mana di sekitar kawasan dan pinggiran sungai. Sampah ini merupakan masalah pokok di berbagai kota di Indonesia tidak terkecuali di kampung Hamdan. Banyaknya sampah konsumtif, plastik, alam, dll yang dibuang tidak pada tempatnya dan Tempat Pembuangan Akhir TPA dari limbah dan sampah yang dibuang begitu saja di tepi sungai merupakan salah satu masalah yang menyebabkan pencemaran lingkungan di kawasan ini. Universitas Sumatera Utara Konsepnya yaitu kawasan ini diharapkan akan menjadi sebuah kawasan daur ulang, baik dari segi struktur bangunan yang berupa campuran bahan material bangunan rumah susun, hasil kerajinan daur ulang yang dijual di pasar daur ulang sebagai kegiatan sosial ekonomi warga dan dalam lingkup lingkungan binaan, seperti menggunakan sculpture tapak yang berasal dari hasil olahan sampah dan menggunakan konsep biopori yang berasal dari kompos sampah rumah tangga. Agregat kasar dari rumah susun berasal dari bahan daur ulang sampah atau material bangunan yang tidak terpakai di sekitar kawasan, atau berasal dari serpihan rumah penduduk. Dari segi sosial ekonomi, akan dibuat sebuah pasar daur ulang yang rencananya akan menjadi pusat pasar daur ulang di Kota Medan, di mana pasar ini menjual barang- barang yang berasal dari bahan daur ulang, seperti tas, baju, sepatu, vas bunga, payung, buku, dan lain-lain. Dengan adanya pasar ini, akan menciptakan interaksi sosial warga dan dapat meningkatkan pendapatan penduduk karena ini merupakan usaha warga Kampung Hamdan sendiri. Seperti aspal yang berasal dari campuran plastik dan beton yang berasal dari kertas bekas. Bukan hanya itu, Sampah organik seperti sisa-sisa makanan dan sayuran juga akan diproses untuk dijadikan kompos. Lalu kompos ini akan dijual kembali oleh masyarakat kampung di pasar daur ulang. Selain didaur ulang, kompos juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan biopori. Namun lagi-lagi tema ini dianggap kurang bisa menyelesaikan masalah dari kawasan tersebut, khususnya masalah sosial ekonomi sebagai tema kelompok penulis. Masalah sampah merupakan masalah yang memang cukup pelik di setiap kawasan di Indonesia. Tapi setiap kawasan yang akan direvitalisasi dengan tema apapun, pasti akan mengorganisir ataupun mendesain masalah sampah ini dengan baik. Mulai dari sampah rumah tangga sampai kepada letak Tempat Pembuangan Akhir TPA dari sampah Universitas Sumatera Utara tersebut. Jadi, tema kembali tidak akan digunakan oleh penulis dalam mendesain kawasan tersebut karena kurang bisa menyelesaikan masalah dari kawasan Kampung Hamdan ini. Terakhir yaitu berdasarkan kepada kebiasaan dari sebahagian besar masyarakat Kampung Hamdan yang salah satunya yaitu suka berinteraksi di area pinggiran sungai Deli. Kegiatannya antara lain mandi di sungai, buang air, mencuci, dan juga memancing. Sebahagian besar masyarakat yang memancing di area Kampung Hamdan ini yaitu pria dewasa ataupun remaja lelaki yang melakukan kegiatan ini sebagai hobi ataupun untuk dikonsumsi bersama. Sifat masyarakat yang suka memancing inilah yang akan diangkat menjadi potensi dari kawasan tersebut. Berangkat dari pembahasan di atas, “Urban fish farming” atau “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan” akan menjadi tema dari perancangan rumah susun ini yang menggunakan konsep dari tema “Urban farming”. Maksud dari “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan” sendiri yaitu rumah susun yang memiliki kolam peternakan ikan sendiri di setiap huniannya yang berada di kawasan perkotaan dan diharapkankan dapat berfungsi ganda yaitu sebagai rumah susun dan dapat mendukung beberapa kegiatan sosial ekonomi sebagai tema besar kelompok. Kegiatan sosial ekonomi yang akan diangkat seperti pasar. Tapi pasar disini bukan merupakan pasar tradisional seperti biasanya, melainkan pasar ikan yang dilengkapi dengan beberapa toko yang mendukung makanan khas dari ikan tersebut, seperti toko bumbu makanan dan sayuran, sesuai dengan tema yang penulis angkat yaitu “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan”. Konsep ini diharapkan dapat mengubah sebidang tanah di tengah kota menjadi lahan peternakan ikan vertikal yang berkelanjutan. Hal ini juga menjadi solusi bagi permalasahan di kota-kota besar dimana lahannya cenderung lebih sulit untuk dijadikan lahan peternakan. “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan” juga adalah suatu rancangan penataan rumah susun perkotaan yang menggunakan budidaya ikan sebagai Universitas Sumatera Utara subsektor, sehingga menghasilkan sebuah proyek rumah susun yang memiliki kegiatan sosial ekonomi yang berhubungan langsung dengan ikan. Urban farming menurut Balkey M 1987 adalah sebuah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan yang dilakukan menggunakan metoda dan penggunaan kembali sumber daya alam yang ada serta pemanfaatan limbah perkotaan. Selain itu metode ini juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, urban farming menggambarkan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Urban farming biasanya dilakukan untuk meningkatkan aktivitas memproduksi sebuah bahan pangan untuk dikonsumsi oleh keluarga, dan di beberapa tempat juga dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi alam. Kesadaran mengenai pencemaran lingkungan di dalam perkotaan akibat relokasi sumber daya untuk melayani populasi perkotaan telah menjadikan insiprasi untuk berbagai skema pertanian urban di negara maju dan negara berkembang dan mendatangkan berbagai bentuk pertanian perkotaan. Selain menguntungkan dalam hal ekonomi, kualitas dari proyek ini diharapkan juga bersifat mendidik bagi penghuni rumah susun, dengan adanya peternakan ikan di setiap rumah susun warga. Selain itu, proyek ini juga ramah lingkungan karena limbah dari satu sistem berfungsi sebagai makanan bagi makhluk hidup yang ada pada sistem yang lainnya. Bangunan ini juga memiliki area pasar yang didominasi oleh penjualan ikan serta dilengkapi dengan penjualan bumbu serta sayuran sebagai pelengkap dari ikan tersebut apabila disantap, serta rumah makan, tempat makan, ataupun kantin yang menjual jajanan khas ikan, misalnya sate belut, ikan gurami, lele penyet, dan lain-lain dimana pengunjung juga dapat memilih sendiri ikan yang ingin disantapnya dan bermain bersama ikan Universitas Sumatera Utara tersebut sebelum kemudian menyantapnya. Di sini juga terdapat area memancing yaitu area tepian sungai yang digunakan untuk memancing dan juga area berinteraksi warga dengan aktivitas makan seperti wisata kuliner di tepi sungai, karena disana juga diberikan ruang untuk jajanan kaki lima yang dijajakan menggunakan gerobak dorong. Jadi masyarakat sekitar maupun masyarakat Kota Medan tetap dapat menikmati sungai dengan memancing ataupun menyantap hidangan yang disediakan di area tersebut. Universitas Sumatera Utara 39

BAB 4 KOMPLEKSITAS FUNGSI RUANG