KOMPLEKSITAS FUNGSI RUANG Potensi Peternakan Ikan pada Rumah Susun Kampung Hamdan

39

BAB 4 KOMPLEKSITAS FUNGSI RUANG

Rumah susun pada kawasan Kampung Hamdan dengan tema “urban fish farming ” ini menggunakan pendekatan urban farming. Urban farming sebagai pendekatan tema pada bangunan ini diharapkan dapat menciptakan sebuah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen masyarakat sekitar termasuk masyarakat kota. Metode yang digunakan yaitu metode peternakan ikan dalam bangunan. Bangunan ini nantinya diharapkan akan menjadi satu-satunya bangunan yang menggunakan konsep peternakan ikan pada rumah susun yang ada di Medan. Konsep ini sendiri diangkat dari salah satu kebiasaan masyarakat Kampung Hamdan yang suka memancing di area Sungai Deli. Seperti yang diketahui bahwa sungai ini terletak di pusat Kota Medan dan merupakan salah satu sungai yang membelah Kota Medan. Dengan kenyataan di atas harusnya pemerintah dapat memanfaatkan potensi tersebut, salah satunya dengan cara membuat area pemancingan di tengah kota. Potensi ini sangat menguntungkan bila dapat dikembangkan lagi. Masyarakat kota yang jenuh akan rutinitas sehari-hari yang membosankan seperti bekerja di kantor, sekolah, dan lain-lain pasti menginginkan suatu pengalaman yang berbeda, khususnya bagi masyarakat yang suka memancing, mereka tidak perlu jauh-jauh ke area kolam pemancingan yang cukup jauh dari kota. Selain itu juga akan disediakan beberapa jenis makanan jajanan yang akan menemani orang yang sedang memancing, agar masyarakat dapat menikmati sungai sebagai area berkumpul walaupun tidak melakukan aktivitas memancing. Universitas Sumatera Utara Rumah susun dan peternakan ikan ini akan disatukan walaupun memiliki fungsi yang cukup berbeda. Rumah susun yaitu rumah tinggal yang bersifat vertikal yang hanya dibatasi dinding antar tetangga tapi memiliki fasilitas yang lengkap layaknya kondominium ataupun apartemen tapi untuk kalangan menengah ke bawah. Rumah masyarakat yang awalnya hanya terdiri dari susunan rumah padat secara horizontal kini diubah bentuk menjadi susunan rumah yang tersusun secara vertikal ke atas. Proses perubahan gubahan massa dari tema urban fish farming ini juga cukup bertahap namun tetap mengambil konsep terasering atau tangga bertingkat. Gambar 4.1. Gambar skematik gubahan massa awal Sumber. Penulis 2014 Gambar 4.1. merupakan gambar ide skematik gubahan massa awal dari bangunan rumah susun Kampung Hamdan. Tangga bertingkat ataupun terasering menjadi konsep dari massa bangunan tersebut yang terdiri dari beberapa massa yang digabung menjadi satu. Namun dengan bentukan massa yang juga diambil dari setengah lingkaran menjadi masalah dalam mendesain bangunan tersebut. Masalah struktur ataupun material bangunan menjadi masalah utama dari bentukan massa tersebut. Bangunan yang memiliki struktur melengkung akan memakan biaya yang cukup mahal. Selain itu, juga akan Universitas Sumatera Utara banyak terdapat ruang-ruang negatif yang tidak memiliki fungsi akibat dari sisa-sisa ruang yang berada di sudut bangunan, karena lengkungan sudut yang tercipta dari bangunan massa tersebut. Gambar 4.2. Gambar skematik gubahan massa kedua Sumber. Penulis 2014 Setelah itu, gubahan massa selanjutnya yaitu tetap mengambil dari konsep tangga bertingkat ataupun terasering. Konsep ini dapat dilihat pada Gambar 4.2. Konsep bangunan persegi panjang yang disusun bertingkat ke atas yang bertumpu pada ujung dari setiap persegi. Keuntungan dari massa ini yaitu seluruh bangunan mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang baik karena letaknya yang bertingkat-tingkat. Namun dengan konsep tersebut juga bermasalah dengan struktur bangunan dan juga pandangan warga di sekitar tapak, karena letak massa yang berada di depan tapak yang berbatasan langsung dengan jalan. Dengan massa yang seperti itu, setiap massanya harus bertumpu pada core bangunan, berarti bangunan dengan massa ini memiliki material-material bahan bangunan yang cukup mahal. Jadi konsep massa ini pun tidak digunakan oleh penulis. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3. Gambar bentukan massa bangunan akhir dari rumah susun Sumber. Penulis 2014 Lalu akhirnya terbentuklah massa yang sederhana dengan berdasarkan dari analisa matahari yang terdiri dari dua kotak persegi panjang sebagai hunian yang disatukan dengan jembatan yang memiliki fungsi utama sebagai area kolam peternakan ikan dan area berkumpul warga, dapat kita lihat pada Gambar 4.3. Konsep massa bangunan ini tidak bermasalah dengan struktur yang mahal karena massa bangunan yang cukup sederhana. Konsep bertingkat ataupun terasering yang digunakan pada massa bangunan awal tetap digunakan, namun terletak pada jembatan bangunan, itu dikarenakan agar cahaya matahari dan udara dapat menembus ke seluruh kolam tersebut. Denah setiap hunian berbentuk kotak agar orientasi bangunan lebih jelas, struktur bangunan juga lebih mudah dan akan lebih menghemat ekonomi bangunan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Gambar arah angin dan cahaya pada denah bangunan Sumber. Penulis 2014 Setiap massa bangunan diharapkan mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, karena memiliki void terbuka sebesar enam meter antar kelompok denah, dapat dilihat pada Gambar 4.4. Rumah susun ini memiliki delapan lapisan lantai tower yang berfungsi sebagai hunian dan dua lantai podium yang berfungsi sebagai fasilitas yang mendukung dari tema yang akan diangkat serta fasilitas umum yang mendukung kegiatan bersama bagi penghuni rumah susun. Karena “urban fish farming” menjadi tema dari rumah susun ini, podium pada lantai bawah sebagai zona publik akan difungsikan sebagai pasar ikan dan area jajanan khas ikan yang dikelola sendiri oleh penghuni rumah susun tersebut, jadi rumah susun ini dapat menciptakan lapangan kerja untuk penghuninya. Ikan yang dijual pada pasar ikan dan area jajanan ikan ini berasal dari kolam-kolam yang diternak oleh warga yang didistribusikan melalui tangga dan lift yang terletak di area jembatan penyatu bangunan yang difungsikan sebagai kolam. Rumah susun ini ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, jadi mulai dari material bangunan, fasilitas yang disediakan, serta Universitas Sumatera Utara penggunaan lahan harus bisa dinikmati oleh semua kalangan, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Setelah itu, podium pada lantai kedua berfungsi sebagai zona semi publik, karena pada lantai ini, fasilitas-fasilitas yang ada diperuntukkan bagi penghuni rumah susun, seperti ruang bersama, musholla, poliklinik, perpustakaan, ruang seni bagi remaja, dan lain-lain. Setelah dua lantai podium, terdapat delapan lantai yang berfungsi sebagai hunian rumah susun. Semua unit hunian memiliki area jemur. Fasade bangunan menggunakan batako sebagai material yang berongga agar bangunan tidak terlalu mengalami pemanasan pada saat matahari terik-teriknya. Pada bagian bangunan yang menghadap sungai dibentuk orientasi yang lebih lebar. Agar posisi bangunan yang menghadap ke sungai tidak sia-sia. Serta berorientasi pada arah matahari terbit dan terbenam, yang difungsikan untuk area kolam ikan terbuka yang terpat di jembatan, agar tidak mengalami pencemaran udara bagi penghuni rumah susun. Gambar 4.5. Zoning berdasarkan analisa matahari Sumber. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan zonasi dalam kawasan, area terbuka berada mengelilingi bangunan utama dari kawasan tersebut. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.5. Area publik terdapat pada area selatan tapak, yaitu area yang berbatasan langsung dengan jalan utama dan pedestrian. Area tersebut difungsikan sebagai area jajanan yaitu warung nasi ataupun retail-retail, yang merupakan fungsi awal dari kawasan tersebut. Area parkir untuk kendaraan pribadi bagi pengunjung juga telah disediakan di dalam kawasan. Di pinggiran sungai terdapat beberapa fungsi, yaitu area memancing dan jajanan khas kaki lima yang dijajakan dengan menggunakan gerobak, area tempat makan tepi sungai yang berupa area berkumpul masyarakat dengan meja, kursi dan tenda-tenda untuk menikmati tampak Sungai Deli, area olahraga, serta taman bermain anak. Tapi pada tepi sungai terdapat railing pembatas sungai setinggi satu meter agar lebih aman, namun tetap dapat menikmati sungai dari dekat. Gambar 4.6. Zoning kawasan tapak Sumber. Penulis 2014 Pada fasilitas area memancing, memiliki konsep tangga tersusun yang digunakan sebagai tempat untuk duduk memancing ataupun menikmati sungai dengan jajanan gerobak kaki lima. Selain itu, di pinggiran sungai terdapat beberapa lubang biopori, karena mengingat area pinggiran Sungai Deli yang identik dengan banjir. Serta terdapat Universitas Sumatera Utara area hijau sebagai area resapan air sungai. Terakhir yaitu di area belakang, terdapat area parkir bagi penghuni rumah susun serta pengelola bangunan. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar gapura jalur masuk dan jalur keluar kawasan Sumber. Penulis 2014 Jalur sirkulasi dari kawasan ini terdapat dua jalur, yaitu jalur masuk kendaraan yang berada di Jalan Samanhudi dan keluar kendaraan yang berada di Jalan Multatuli yang ditandai dengan gapura kawasan, dapat dilihat pada Gambar 4.7. Jalur sirkulasi kendaraan publik dan penghuni tidak dibedakan agar orang tidak mengalami kebingungan apabila masuk kawasan ini. Konsep peternakan ikan pada rumah susun yang menggunakan pendekatan urban farming inilah yang menjadi konsep utama dari bangunan tersebut. Konsep ini juga tidak terlepas dari tema besar mata kuliah ini yaitu “area muka sungai” juga tema kelompok yaitu “sosial ekonomi”. Rumah susun dengan peternakan ikan ini memiliki konsep penggunaan lahan yang sistematis secara fisik dan fungsional. Bangunan utama diletakkan di tengah tapak, yang berbentuk seperti persegi panjang yang tegak lurus terhadap jalan Juanda, lalu membelok sedikit ke arah barat laut tepatnya 45 derajat. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8. Gambar perspektif massa bangunan Sumber. Penulis 2014 Bangunan ini terdiri dari dua massa yang berfungsi sebagai hunian dan fungsi tambahan sebagai area komersial yang dikelola sendiri oleh penghuni rumah susun, dapat dilihat pada Gambar 4.8. Antara dua massa bangunan ini terdapat kolam peternakan ikan yang berada di tengah-tengah bangunan sebagai penyatu antara kedua bangunan tersebut serta memiliki struktur dan atap yang sama sehingga apabila terlihat dari atas, bangunan ini terlihat hanya satu massa saja. Gambar 4.9. Kondisi tepi sungai di dalam kawasan perancangan Sumber. Penulis 2014 Bangunan utama ini diletakkan di tengah agar lebih mudah diakses, baik oleh pejalan kaki, pengendara kendaraan pribadi, maupun pengguna kendaraan umum. Alasan lainnya yaitu karena bangunan ini menghadap ke arah sungai, diharapkan bangunan ini Universitas Sumatera Utara dapat menjadikan area sungai sebagai area utama dari pusat kegiatan yang ada di area ini. Kondisi ini dapat diliat pada Gambar 4.9. Karena terdapat berbagai macam kegiatan di area sungai tersebut, mulai dari taman bermain dan olahraga, area memancing, serta tempat makan dan area jajanan yang berada langsung di tepian Sungai Deli ini. Gambar 4.10. Gambar suasana pada tepian Jalan Juanda Sumber. Penulis 2014 Area pinggir kawasan ini terdapat beberapa warung nasi yang merupakan fungsi lama yang tetap dipertahankan agar tetap menarik pengunjung di kawasan ini. Kondisi ini dapat diliat pada Gambar 4.10. Tapi area ini juga sebagai area penarik perhatian bagi pedestrian, karena direncanakan di sepanjang jalan di kawasan ini tidak akan dipagari oleh pagar pembatas kawasan namun tetap terbuka, jadi pedestrian tetap bisa melihat- lihat ke dalam kawasan tersebut tanpa adanya batasan pandangan, walaupun hanya sebagai area yang dilalui untuk ke kawasan lain. Bagi pengunjung warung nasi di tepian jalan ini yang memiliki kendaraan, apabila ingin berkunjung juga telah disediakan tempat parkir di kawasan ini yang tidak terlalu jauh dari area warung nasi. Jadi tidak menimbulkan kemacetan lagi di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda seperti yang terjadi selama ini. Area parkir pada kawasan ini terdapat pada tiga zona, yaitu zona publik, zona pengelola, dan zona penghuni rumah susun. Tempat parkir pada zona publik terletak di Universitas Sumatera Utara area depan dari bangunan utama, kendaraannya meliputi, kendaraan roda dua dan roda empat. Zona parkir publik ini diletakkan di depan alasannya agar bisa dimanfaatkan juga oleh area warung nasi yang berada di pinggiran kawasan, jadi tidak menimbulkan kemacetan karena parkir di sepanjang jalan seperti sebelumnya. Alasan lainnya, agar lebih bisa dipantau oleh pemilik kendaraan, baik yang melakukan aktivitas di dalam bangunan utama, seperti berbelanja ikan ataupun makan di tempat makan ikan, serta memancing di area memancing. Setelah itu parkiran pada zona pengelola terletak di belakang tapak dan parkiran bagi penghuni rumah susun terletak di basement dari bangunan. Parkir pengelola dan penghuni didesain agar tidak berada di zona umum agar lebih mudah dipantau dan menjaga zona privat bagi penghuni. Gambar 4.11. Gambar salah satu area hijau pada tapak Sumber. Penulis 2014 Area hijau di kawasan ini hanya terdapat di kawasan lapangan olahraga, taman bermain anak, pembatas jalan pedestrian, pembatas kawasan, pembatas sungai, serta pembatas parkir, dapat dilihat pada Gambar 4.11. Setiap area parkiran memiliki meterial grass block, jadi tetap dapat menyerap air apabila terjadi genangan air ataupun banjir. Di sepanjang sungai juga terdapat sistem biopori, jadi air tetap dapat diserap agar tidak terjadi genangan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12. Gambar potongan pada peternakan ikan di rumah susun Sumber. Penulis 2014 Bentuk massa bangunan yang berbentuk persegi panjang berfungsi sebagai hunian yang disatukan dengan jembatan yang memiliki fungsi utama sebagai area kolam peternakan ikan dan area berkumpul warga. Jembatan di sini memiliki konsep bertingkat dapat dilihat pada Gambar 4.12, dengan demikian cahaya matahari dan udara dapat menembus ke seluruh kolam tersebut. Ini berfungsi agar tidak mengalami pencemaran udara bagi penghuni rumah susun dan pengunjung. Gambar 4.13. Gambar denah tipikal rumah susun Sumber. Penulis 2014 Denah setiap hunian berbentuk kotak agar orientasi bangunan lebih jelas, struktur bangunan juga lebih mudah dan akan lebih menghemat ekonomi bangunan, dapat dilihat pada Gambar 4.13. Selain itu, setiap massa bangunan diharapkan mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, karena memiliki void terbuka sebesar 6m antar kelompok denah. Universitas Sumatera Utara Rumah susun ini nantinya akan terdiri dari dua lantai yang berfungsi sebagai fasilitas pendukung dan delapan lantai yang berfungsi sebagai hunian, jadi total lantai yaitu 10 lantai dengan 2 lantai basement. Karena “urban fish farming” menjadi tema dari rumah susun ini, podium pada lantai bawah sebagai zona publik akan difungsikan sebagai pasar ikan dan area jajanan khas ikan yang dikelola sendiri oleh penghuni rumah susun tersebut, jadi rumah susun ini dapat menciptakan lapangan kerja untuk penghuninya. Ikan yang dijual pada pasar ikan dan area jajanan ikan ini berasal dari kolam-kolam yang diternak oleh warga yang didistribusikan melalui tangga atau lift untuk kolam yang terletak di area jembatan penyatu bangunan yang difungsikan sebagai kolam. Konsep kolam pada bangunan rumah susun dengan tema urban fish farming ini yaitu “dari hulu ke hilir” maksudnya dari pembibitan, pemeliharaan, sampai mendapatkan hasil dari ikan tersebut. Kolam ini sendiri dikelola oleh penghuni rumah susun, yang ditujukan khusus kepada istri dan anak dari setiap keluarga, jadi kepala rumah tangga tetap pada pekerjaan awalnya apabila diinginkan, dan bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan memiliki peran sebagai pemberi arahan bagi penghuni rumah susun yang memiliki kolam ikan bagaimana cara merawat ikan dengan baik dan benar. Jenis ikan yang dibudidaya merupakan ikan-ikan air tawar, seperti ikan lele, mujair, nila, patin, bawal, belut, mas, dan gabus. Jenis kolam yang digunakan setiap jenis ikannya yaitu tiga jenis kolam, antara lain kolam pemeliharaan induk, kolam pemeliharaan benih, dan kolam pembesaran. Beberapa kendala yang timbul dengan adanya kolam ikan pada rumah susun ini antara lain masalah bau yang berasal dari pasar dan kolam ikan selain itu masalah waktu untuk panen dari beberapa jenis ikan yang tidak semuanya memiliki waktu panen yang Universitas Sumatera Utara sama. Namun dengan seiring berjalannya waktu masalah bau tersebut dapat diatasi dengan beberapa sistem yang digunakan seperti tidak adanya atap pada kolam ikan bertingkat tersebut agar sirkulasi udara dan cahaya jadi lebih baik, penggunaan tanaman daun jeruk nipis pada sekitar kolam, penggunaan unsur nitrobacter, serta sirkulasi air yang menggunakan arang dalam sistem aquaponik. Mengenai masalah panen ikan yang tidak bisa bersamaan, bisa diatasi dengan pembibitan yang tidak bersamaan. Jadi penghuni tetap dapat berjualan dan mendapatkan penghasilan. Bangunan ini ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, jadi mulai dari material bangunan, fasilitas yang disediakan, serta penggunaan lahan harus bisa dinikmati oleh semua kalangan, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Setelah itu, Podium pada lantai kedua berfungsi sebagai zona semi publik, karena pada lantai ini, fasilitas- fasilitas yang ada diperuntukkan bagi penghuni rumah susun, seperti ruang bersama, musholla, poliklinik, perpustakaan, ruang seni bagi remaja, dan lain-lain. Gambar 4.14. Gambar konsep tampak bangunan Sumber. Penulis 2014 Konsep tampak bangunan berasal dari tema yang diangkat pada kawasan ini yaitu “urban fish farming”. Fasade bangunan nantinya akan didesain dengan tema ikan ataupun air. Seperti tampak bangunan setiap hunian yang terdapat lengkungan seperti ikan yang disebut stream line. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.14. Selain itu pewarnaan Universitas Sumatera Utara pada bangunan yang didominasi oleh warna biru berasal dari tema air yang berwarna biru. Universitas Sumatera Utara 54

BAB 5 STRUKTUR BERKESINAMBUNGAN YANG TAHAN GEMPA