2.2. Landasan Teori
Notoatmodjo 2007 mengatakan meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun
dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
stimulus yang berbeda tersebut disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Menurut Widianingrum 1999 perilaku seseorang dipengaruhi oleh
karakteristik, yang mana karakteristik tersebut terdiri dari: pengetahuan, sikap, budaya, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Green dalam Notoatmodjo 2007
mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviour
causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes. Salah satu faktor perilaku adalah faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor predisposisi ini merupakan determinan atau faktor internal yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
lingkungan. Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk
ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,
seperti pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan niat. Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang
menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah
faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya Notoatmodjo, 2007.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan, oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan
preeklampsia, atau setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat mengurangi kejadian kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak memberikan
gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan setiap minggu ke
klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melakukan tes proteinuri, dan mengukur tekanan darah. Setelah diketahui diagnosa dini
perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk ke dalam eklampsia.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku pemanfaatan ANC untuk deteksi dini preeklampsia merupakan resultan dari karakteristik ibu faktor internal atau yang disebut Green sebagai faktor
predisposisi predisposing factors yang meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi ibu hamil.
Bagan 2.2. Determinan Perilaku Manusia
2.3. Kerangka Konsep