2.1.5.7. Pencegahan Preeklampsia
Menurut Manuaba 2010, untuk mencegah kejadian preeklampsia dapat diberikan nasehat sebagai berikut :
1. Diet-makanan. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak, kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema,
makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna, untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup sesuai pertambahan usia kehamilan berarti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan, lebih banyak duduk atau
berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal hamil. Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan
perhatian yaitu: a. Uji kemungkinan preeklampsia
1 Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 2 Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
3 Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 4 Pemeriksaan protein dalam urine
5 Jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
Universitas Sumatera Utara
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim 1 pemantauan tinggi fundus uteri.
2 Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban.
3 Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi. Kusmiyati 2009 mengatakan bahwa strategi untuk mencegah preeklampsia
dan eklampsia adalah sebagai berikut: 1. Asuhan antenatal dan mengenali hipertensi
2. Identifikasi dan perawatan preeklampsia oleh penolong yang terampil. 3. Kelahiran tepat waktu.
4. Penggunaan magnesium sulfat.
2.1.5.8. Penatalaksanaan Preeklampsia
Bila tekanan darah meningkat, ibu hamil perlu istirahat sampai tekanan darah turun kembali. Hentikan makanan yang mengandung garam, makanan kemasan atau
yang diawetkan. Istirahat dan lakukan relaksasi secukupnya, karena relaksasi dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Awasi tanda-tanda komplikasi kehamilan. Periksa
teratur tekanan darah ibu hamil. Anjuran diet khusus dapat dilakukan bagi wanita hamil beresiko tinggi. Kurangi makanan tinggi sodium dan perbanyak minum
Indiarti, 2009. Menurut himpunan Kedokteran Feomaternal HKFM tahun 2010 bahwa
penatalaksanaan preeklampsia dapat secara rawat jalan dan rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
Penatalaksanaan secara rawat jalan ambulatoir adalah sebagai berikut: 1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di
Indonesia tirah baring masih diperlukan. 2. Diet regular: tidak perlu diet khusus.
3. Vitamin prenatal 4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam
5. Tidak perlu pemberian diuretik, anithipertensi, dan sedativum. 6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu
Penatalaksanaan secara rawat inap hospitalisasi yaitu : 1. Indikasi preeklampsia dirawat inap hospitalisasi
a. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu. b. Proteinuria menetap selama 2 minggu
c. Hasil tes laboratorium yang abnormal d. Adanya gejala au tanda 1 satu atau lebih preeklamisa berat
2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu a. Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen. c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan setiap hari. d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklamsi dengan impending eklampsia:
1 Nyeri kepala frontal atau oksipital 2 Gangguan visus
3 Nyeri kuadran kanan atas perut 4 Nyeri epigastrum
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan laboratorium a. Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang-kurangnya diikuti 2
hari setelahnya. b. Hematokrit dan trombosit: 2 x seminggu.
c. Tes fungsi hepar : 2 x seminggu d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN.
e. Pengukuran produksi urine setiap 3 jam tidak perlu dengan kateter tetap 4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari b. NST 2 x seminggu
c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif. d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu.
e. Ultrasound Doppler arteri umbilikus, arteri uterine. Terapi medika mentosa adalah sebagai berikut :
1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatory. 2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan umur kehamilan
≥ 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.
Penatalaksanaan obstetrik tergantung usia kehamilan. Bila umur kehamilan 37 minggu dan tanda gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan
sampai aterm. Bila umur kehamilan ≥37 minggu: 1kehamilan dipertahankan sampai
timbul onset partu, 2Bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori
Notoatmodjo 2007 mengatakan meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun
dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
stimulus yang berbeda tersebut disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Menurut Widianingrum 1999 perilaku seseorang dipengaruhi oleh
karakteristik, yang mana karakteristik tersebut terdiri dari: pengetahuan, sikap, budaya, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Green dalam Notoatmodjo 2007
mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviour
causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour causes. Salah satu faktor perilaku adalah faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor predisposisi ini merupakan determinan atau faktor internal yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara