17
e. Pulmotoksisitas : fibrosis kronis paru atau pneumonitis interstisial f.
Efek toksik lokal : tromboflebitis, nekrosis jaringan bila terjadi ekstravasasi obat keluar vena
g. Lainnya : kardiotoksik, neurotoksik, reaksi alergi, alopesia, melanosia, eritroderma palmar-plantar
sindrom tangan-kaki 2.
Efek Toksik Jangka Panjang a. Karsinogenik
Penggunaan beberapa agen kemoterapi, beberapa bulan atau tahun setelah digunakan dapat meningkatkan peluang atau resiko terjadinya
tumor primer kedua b. Infertilitas
D. Penggunaan Antibiotika Selama Kemoterapi
Pasien kanker memiliki resiko yang tinggi terjadinya morbiditas dan mortalitas yang dikarenakan adanya komplikasi infeksi sekunder karena penyakit
yang dideritanya atau karena treatment yang dijalaninya yang menginduksi terjadinya penurunan imunitas. Kerusakan imunitas tersebut terkait dengan
keganasan yang terdapat pada sel hematologik dan jaringan limfoid. Alasan iatrogenik dari kerusakan imunitas termasuk akibat dari kemoterapi dan
radioterapi yang berulang. Treatment yang berhubungan dengan neutropenia akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Kemungkinan terjadinya morbiditas dan
mortalitas akibat infeksi akan meningkat sejalan dengan durasi peningkatan neutropeni. Nilai dari absolute neutrophil count ANC yang kurang dari 500
18
cellsL, akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Pada kenyataanya, seorang pasien dikatakan beresiko tinggi neutropenik high-risk neutropenics ketika nilai
ANC-nya kurang dari 500 cellsL selama 7 hari American Pharmacists Association
a
, 2009. =
ℎ +
ℎ 100
Infeksi dapat terjadi akibat adanya kontak langsung dengan penderita infeksi ataupun akibat infeksi bakteri dari lingkungan, termasuk pula dari bahan
makanan yang dikonsumsi. Selain itu, infeksi yang timbul juga dapat disebabkan karena Candida albicans yang secara normal terdapat di membran mukosa pada
saluran pencernaan gastrointestinal dan saluran kemih dan kelamin urogenital American Pharmacists Association
a
, 2009. Bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada aliran darah sehingga mengakibatkan terjadinya
neutropenia tertera pada tabel berikut : Tabel II.Bakteri yang secara Umum Menyebabkan Infeksi pada Pasien Neutropeni
dan Antibiotika yang dapat digunakanFreifeld, dkk., 2010
Jenis Bakteri Antibiotika
Gram Positif
- Coagulase-negative staphylococci
Ciprofloxacin + amoxicilin-clavulanat -
Staphylococcus aureus , including
methicillin-resistant strains Piperacilin-tazobactam + gentamicin +
vancomycin -
Enterococcus species, including vancomycin-resistant strains
Penicilin + gentamicin -
Viridans group streptococci -
Streptococcus pneumoniae Ceftriaxone Chloramphenicol
- Streptococcus pyogenes
Gram Negatif
- Escherichia coli
- Piperacilin-tazobactam + gentamicin + vancomycin
- Piperacilin-tazobactam atau Carbapenem atau anti-pseudomonal
cephalosporin + metronidazole - -lactam Carbapenem +
amynoglicosida Fluoroquinolon -
Klebsiella species -
Enterobacter species -
Pseudomonas aeruginosa -
Citrobacter species -
Acinetobacter species -
Stenotrophomonas maltophilia
19
Selain antibiotika tersebut, untuk mengatasi infeksi akibat bakteri tersebut, dapat pula digunakan antibiotika sebagai berikut :
- Ciprofloxacin + amoxicilin-clavulanat : antibiotika empiris untuk febril
neutropenia kategori low risk -
Fluoroquinolon profilaksis : gram negatif atau gram positif DalamClinical Practice Guidelinefor the Use of Antimicrobial Agents in
Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010 pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi dikatakan membutuhkan terapi antibiotika apabila : 1. Hasil pemeriksaan fisik, suhu tubuh pasien 38,3
o
C, atau 2. Hasil pemeriksaan hematologi pasien menunjukkan adanya penurunan atau
peningkatan jumlah leukosit danatau neutrofil dari jumlah normal, atau 3. Terjadi infeksi pada bagian kulit atau jaringan, atau
4. Hasil tes urin menjukkan jumlah bakteri 100uL atau uji kultur menunjukkan hasil positif terdapat bakteri
Pemberian antibiotika dalam menangani pasien yang mengalami neutropenia dibedakan berdasarkan tingkat resiko neutropenia dari pasien tesebut.
Tingkat resiko tersebut dibedakan berdasarkan jumlah ANC dan periode terjadinya neutropeni. Penetapan tingkat resiko dapat menentukan
jenis antibiotika empiris, cara pemberian oral atau intravena, cara pengobatan rawat
inap atau rawat jalan, dan durasi terapi antibiotika. Pasien dengan high-risk apabila jumlah ANC kurang dari 500 selmm
3
selama 7 hari. Pasien dengan high-risk neutrophenic
diharuskan di rawat inap di Rumah Sakit untuk terapi empiris. Sedangkan pasien dengan low-risk apabila periode terjadinya neutropeni
20
kurang dari 7 hari atau dengan nilai komorbiditas rendah, cukup dengan pemberian antibiotika empiris secara oral. Penanganan neutropeni dapat dilakukan
berdasarkan tingkat resiko, gambaran penanganan tersebut secara ringkas tertera pada gambar I, gambar II dan gambar III.
Gambar I. Manajemen Awal dari Demam dan Neutropenia Freifeld, A.G., dkk., 2010
Oral Ciprofloxacin + Amoxicilin Clavuanat
Jika respon membaik dan memungkinkan
untuk rawat jalan Demam 38,3
o
C dan Neutropenia 500 x 10
6
uL
High Risk
Neutropenia 7 hari
Kondisi tidak stabil
Hasil pemeriksaan medis banyak yang tidak
normal Low Risk
Neutropenia 7 hari
Kondisi stabil
Hasil pemeriksaan
medis normal
Rawat Jalan
Pemberian secara oral
Menungkinkan untuk
Caregiver Rawat Inap
Pemberian secara i.v
Piperacilintazobacta m atau
Carbapenem atau Ceftazidime atau
Cefepime
Intoleransi pada
pencernaan Rawat Inap
Pemberian antibiotika empiris monoterapi, meliputi
:
Piperacilintazobactam atau
Carbapenem atau
Ceftazidime atau
Cefepime
Amati kondisi pasien 4-24 jam untuk memastikan
bahwa antibiotika empiris yang diberikan dapat
ditoleransi dan kondisi pasien stabil sebelum
meberikan terapi rawat jalan Sesuaikan antibiotika berdasarkan
kondisi klinis yang spesifik, radiograf, danatau hasil kultur.
Seperti :
Vancomycin atau linezolid untuk selulit atau pneumonia
Tambahkan aminoglikosida
dan bergantian dengan Carbapenem untuk
pneumonia atau bakteriemia akibat gram negatif
Metronidazole untuk gejala
abdominal atau dicurigai infeksi C. difficile
2-4 hari Ket :
Dapat dilihat pada gambar II
21
Gambar II.Peninjauan ulang setelah 2-4 hari terapi antibiotika empiris Freifeld, A.G., dkk., 2010
Demam
mereda
Hasil kultur negatif
Lanjutkan antibiotika 7- 14 hari berdasarkan
infeksi yang jelas atau lebih lama. Hingga ANC
500 x 10
6
uL
Periksa ulang untuk tempat infeksi yang baru
Kulturbiopsidrain letak
infeksi yang memburuk: diperkirakan karena
bakteri, virus dan fungi
Tinjau antibiotika untuk
kecukupan dosis dan spektrum
Pertimbangkan untuk
memberikan terapi antifungal empiris
Perlebar
coverage antibiotika
untuk intabilitas hemodinamik
Demam berulang
selama neutropenia
yang berkepanjangan
Ganti antibiotika berdasarkan
hasil kultur danatau tempat
infksi 2 – 4 Hari Setelah Terapi Antibiotika Empiris
Low Risk High Risk
Infeksi Jelas Demam
Demam 4 hari
Kondisi klinis
tidak stabil
Rawat Inap untuk pemberian
antibiotika spektrum
luassecara i.v Lanjutkan terapi
antibiotika oral atau i.v sampai
ANC 500 x 10
6
uL Ganti
antibiotika berdasarkan
hasil kultur danatau
tempat infeksi
Jangan ganti antibiotika
empiris
Perkirakan dari tempat
infeksi Lanjutkan
antibiotika sampai ANC
500 x 10
6
uL Demam
Demam 4
hari
Kondisi klinis stabil
Demam
mereda
Hasil kultur negatif
Responding Not Responding
22
Gambar III.High-risk Patient dengan Demam setelah 4 hari Terapi Antibiotika empiris Freifeld, A.G., dkk., 2010
High Risk Patient dengan Demam Panjang 4 hari
Tes harian dan riwayat
Tes kultur darah – diulang dalam basis terbatas
Uji kultur untuk daerah yang dicurigai mengalami infeksi
Demam
Stabil secara klinis
Peningkatan ANC : Myeloid recovery not
imminent
CT Scan sinus dan paru-paru
dipertimbangkan Demam
Stabil secara
klinis
Peningkatan ANC : Myeloid
recovery imminent
Infeksi terdokumentasi
Tidak stabil secara klinis
Gejala dan tanda
infeksi memburuk
Hasil pengamatan : Tidak ada
perubahan antibiotika kecuali
secara data klinis, mikrobiologik atau
radiografik menunjukkan
adanya infeksi baru Mendapatkan
fluconazole profilaxis
Menerima anti-mold
profilaxis
Tes ulang dan re-image CT, MRI untuk tempat
infeksi baru atau memburuk
Uji kulturbiopsidrain
pada tempat infeksi yang memburuk:
diperkirakan karena bakteri, virus dan fungi
Tinjau hasil antibiotika
untuk kecukupan dosis dan spektrum
Pertimbangan
menambahkan terapi antifungi empiris
Memperluas
Pre-emptive approach :
mulai terapi antifungi
berdasarkan hasil :
CT scan dadasinus
Serangkaian uji
serum galactomannan
Terapi antifungi empiris dengan
anti-mold coverage
:
Echinocandin
Voriconazole
Preparasi Amphoterin
B Terapi antifungi
empiris:
Pertimbangan bergantian
dengan antifungi lain
dengan aktif mold atau
jenis yang berbeda
23
E. Evaluasi Penggunaan Obat