Lingkungan Belajar KAJIAN PUSTAKA

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor- faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin 2003:152-153 mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu: 1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar. Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat menjalin 10 hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah 1982:162, anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah 1982:163 mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan kegiatan belajar bersamabelajar kelompok. Belajar bersama ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalahkesulitan-kesulitan di dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas. Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan terkadang membuat siswa lupa 11 akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi. Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa. Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu menunjang keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu siswa yang sedang mengalamimenjalani proses belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Menurut Roestiyah 1982:159, faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu: a. Cara mendidik Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut. b. Suasana keluarga Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang 12 semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak. c. Pengertian orang tua Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya. d. Keadaan sosial ekonomi keluarga Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang. e. Latar belakang Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan- kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel 1989:109, keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah 13 tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatisdengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajarmenghambatnya. Dengan keadaan yang demikian akan berpengaruh dalam perkembangan pendidikan. Dari uraian keadaan keluarga diatas yang terpenting ialah bagaimana sikap anak dalam menanggapi lingkungannya yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Sikap, ciata-cita, minat, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh keadaan. Dengan usaha yang dimiliki dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya. Anak yang berada dalam keluarga yang sosial lebih tinggi dapat menguntungkan bagi kegiatan belajar karena kebutuhan akan kesehatan maupun perlengkapan alat-alat sekolah dapat terpenuhi sehingga meningkatkan sikap dan minat siswa dalam belajar. Namun, dengan keadaaan tersebut ada kemungkinan anak menjadi tidak rajin belajar karena 14 menganggap bahwa semua kebutuhan mereka telah terpenuhi dan jaminan ekonomi untuk masa depan sudah ada. Mungkin berbeda dengan anak yang berada dalam keluarga yang memiliki ekonomi lemah yang mengalami kekurangan dalam pemenuhan alat-alat belajar, sehingga mereka akan mengambil sikap lebih rajin. Hal ini dikarenakan siswa berkeinginan untuk lebih maju. Jadi, dalam hal pendidikan anak keadaan sosial ekonomi orang tua dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan sikap belajar. 2. Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah menurut Roestiyah 1982:159-161, yaitu: a. Interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. b. Cara penyajian. Guru yang sudah lama mengajar biasa mengajar dengan metode ceramah. Sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 15 c. Hubungan antara murid. Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana, membuat siswa segan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga menghambat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru yang hubungannya dengan siswa baik dan akrab akan memberikan nilai positif yaitu dapat memberikan motivasi dalam belajar. d. Standar pelajaran di atas ukuran. Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan segan kepada guru. Mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Dalam memberikan materi seharusnya guru memberikan sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. e. Media pendidikan. Banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, sekolah memerlukan alat- alat dalam jumlah besar sehingga dapat membantu kelancaran dalam belajar anak, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Tetapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang masih kurang dalam memiliki media,sehingga kualitas yang dapat menunjang belajarpun kurang. 16 f. Kurikulum. Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian. g. Keadaan Gedung. Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas. h. Waktu sekolah. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. i. Pelaksanaan disiplin. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat. 17 j. Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah, sehingga perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif, belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. k. Tugas rumah. Belajar adalah tugas seorang pelajar, tetapi anak juga memiliki kegiatan lain yang perlu diberi sedikit ruang waktu yang tidak mengganggu jadwal belajarnya. Dengan demikian tugas sekolah dan tugas rumah dapat berjalan secara selaras Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar. 18

B. Kemandirian Belajar