32
3. Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Hasil test belajar siswa tertera pada nilai rapor yang
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu sebagai indikasi sejauhmana siswa
telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam
periode tertentu.
E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Paulina 2011:93-94, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar, Persepsi Belajar Tentang Kompetensi Guru dan Aktivitas
Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Jurusan Akuntansi” menunjukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi
belajar, kompetensi guru dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi dan aktivitas tinggi dalam belajar serta didukung
dengan kompetensi guru yang memadai maka memiliki prestasi belajar yang tinggi
33
Ewaldina 2000:19, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar
Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar di keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar siswa,
karena adanya dukungan orang tua dan dan penyediaan fasilitas belajar. Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di sekolah juga
berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan fasilitas belajar sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan.
Suciningrum 2011:32, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Lingkungan Belajar
dengan Prtestasi Belajar Akuntansi Siswa” menyatakan bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses belajar siswa.
Lingkungan belajar yang mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa tinggi, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang mendukung akan
menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.
F. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki maknapengaruh tertentu kepada individu Hamalik, 2003: 195. Sedangkan
menurut Dimyati 1979:126 lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor
lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar siswa, karena
34
siswa hidup dalam masyarakat tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hubungan baik antara siswa dengan orang-
orang yang ada di lingkungannya akan menguntungkan bagi siswa itu sendiri, dalam arti dapat mendukung situasi belajar siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi kesimpulannya, lingkungan belajar mendukung akan menjadikan siswa untuk memeroleh prestasi
belajar yang tinggi, dan sebaliknya lingkungan belajar yang tidak mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.
2. Hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa
. Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar
siswa ini tidak lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian. Kemandirian kematangn pribadi dapat didefinisikan sebagai keadaan
kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi. Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang
akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tidak berantakan. Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas
belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar Dimyati, 1998:51.
Pengertian kemandirian menurut Samana, dalam Susmeini, 1998:37, adalah: sikap seseorang dalam kemandirian belajar dalam mengatur dan
mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan bekal
untuk siswa dalam meraih prestasi yang baik. Kemandirian belajar siswa
35
terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam memenuhimengatasi masalah- masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa yang kurangtidak mandiri
akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah. Jadi kesimpulannya kemandirian belajar dalam diri siswa sangat diperlukan didalam meraih
prestasi yang baik. 3.
Hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa .
Jumlah jam belajar mempunyai arti banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan dalam belajar siswa behubungan dengan prestasi belajar
yang dicapai siswa. Hubungan antara pengalokasian atau penyediaan waktu dengan prestasi belajar siswa adalah positif. Menurut Shaw, dalam Gie,
1995:167: belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan keuntungan-
keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat
merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup. Setiap siswa harus memiliki keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi
dan perlu dikembangkan serta diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar siswa hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam
sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar yang dicapai optimal.
Seorang siswa dituntut untuk selalu belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Banyaknya waktu
atau jumlah jam yang digunakan siswa dalam belajar mempengaruhi
36
prestasi belajarnya. Winkel 1991:39, menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses
belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Dengan demikian
prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar
sesuai dengan tingkat pemanfaatan jumlah jam untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah jam belajar
yang digunakan untuk belajar yang digunakan untuk belajar siswa maka prestasi belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin sedikit
jumlah jam belajar yang di gunakan siswa, maka prestasi belajarnya juga akan semakin rendah.
Dijelaskan dalam kerangka teoritik ini bahwa terdapat hubungan antara variable lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam
belajar. Dijelaskan pula bahwa ketiga variable tersebut, yaitu lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh pada proses belajar siswa yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada hasil belajar yang dicapaiprestasi belajarnya.
Pengaruh langsung maupun tidak langsung lingkungan belajar, kemandirian belajar, dan jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada
gambar paradigma penelitian sebagai berikut:
37
Gambar I Hubungan Antar Variabel
Keterangan
1 a
H
= Lingkungan Belajar
2 a
H
= Kemandirian Belajar
3 a
H
= Jumlah Jam Belajar
G. Rumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
2. Ada hubungan positif kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.
3. Ada hubungan positif jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa.
Lingkungan Belajar
Jumlah Jam Belajar
Kemandirian Belajar
Prestasi Belajar
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-
faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin 2003:152-153
mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan
rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa
secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar. Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman
di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat menjalin