Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara.

(1)

viii   

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik (korelasi Kendall’s Tau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).

 


(2)

ix   

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University

2012

The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.

This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).

The results of this research show that: (1) there isn’t any relationship between students’ learning environment and students’ learning achievement (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) there is a relationship between students’ learning independence and students’ learning achievement (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05); (3) there is a relationship between students’ learning quantity and students’ learning achievement (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05). 


(3)

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Jl. Sunan Mantingan, Demaan Jepara

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

AGNES KARTIKA VIDYANTI NIM: 051334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

  KEMA JU HUBUNG ANDIRIAN DE Studi Ka Sek Diaj M PROGR URUSAN P FAKULTA U GAN ANTA BELAJAR ENGAN PRE

asus: Siswa K kolah Menen ajukan untuk Memperoleh Program Stu Agne RAM STUD ENDIDIKA AS KEGUR UNIVERSIT YOARA LINGK R DAN JUM

ESTASI BE

Kelas IX Tah ngah Pertam

SKRIPSI

k Memenuhi h Gelar Sarja

udi Pendidik

Oleh: s Kartika V

051334013

DI PENDID AN ILMU P RUAN DAN TAS SANAT OGYAKAR 2012 KUNGAN B MLAH JAM ELAJAR SI

hun Ajaran 2 a Negeri 3 J

I

Salah Satu S ana Pendidik kan Akuntan Vidyanti 3 IKAN AKU PENGETAH N ILMU PEN

TA DHARM RTA BELAJAR, M BELAJAR SWA 2011/ 2012 Jepara Syarat kan nsi UNTANSI HUAN SOSI NDIDIKAN MA R SISWA IAL N


(5)

ii   


(6)

iii   


(7)

iv   

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk:

Jesus Kristus Raja Surgawi, sumber kekuatan dan kedamaianku.

Bunda Maria, Bunda yang penuh cinta

Bapak Ibu ku tercinta Bapak Purwidayanto dan Ibu Agustina Warni Sundari,

slalu sabar dan mengasihiku dengan doa,

Adikku tercinta Fajar Kartika Tya Gita, doa dan kasih sayangmu sungguh berarti

Alm Bu dhe Theresia Subiyar Rahayu, selalu mengasihiku dalam doa


(8)

v   

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan

biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. (1 kor 10:13)

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22)

Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia


(9)

vi   


(10)

vii   


(11)

viii   

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR,

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN JUMLAH JAM BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus: Siswa Kelas IX Tahun Ajaran 2011/ 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (2) ada hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa; (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jepara. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas IX tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 201 siswa. Teknik penarikan

sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner. Teknik analisis data menggunakan pengujian statistik non parametrik

(korelasi Kendall’s Tau).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan lingkungan

belajar siswa dengan prestasi bnelajar siswa (Sig. 2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) ada

hubungan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa (Sig. 2-tailed =

0,028 < α = 0,05); (3) ada hubungan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar

siswa (Sig. 2-tailed = 0,019 < α = 0,05).  


(12)

ix   

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, STUDENTS’ LEARNING QUANTITY AND

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Case Study: The 9th Grade Students of 2011/2012 Batch. 3 State Junior High School, Jepara

Agnes Kartika Vidyanti Sanata Dharma University

2012

The purposes of this research are to know the relationship between: (1) students’ learning enviroment and students’ learning achievement; (2) students’ learning independence and students’ learning achievement; (3) students’ learning quantity and students’ learning achievement.

This research is a case study on the 9th grade students’ of 3 State Junior High School, Jepara 20011/2012 batch and all at once, they become the population of this research. The samples of this research are 201 students. The technique of drawing samples is purposive sampling. The technique of gathering the data is questionnaire. The data analysis technique is statistic testing non parametric (the correlation of Kendall’s Tau).

The results of this research show that: (1) there isn’t any relationship between students’ learning environment and students’ learning achievement (Sig.

2-tailed = 0,062 > α = 0,05); (2) there is a relationship between students’ learning

independence and students’ learning achievement (Sig. 2-tailed = 0,028 < α = 0,05);

(3) there is a relationship between students’ learning quantity and students’ learning


(13)

x   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang selalu setia mendampingi perjalan hidupku dan atas segala berkat, rahmat dan karunia-NYA, sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini, yang ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Akuntansi. Penulis menyusun skripsi dengan judul: “Hubungan Antara

Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar Dan Jumlah Jam Belajar Siswa

Dengan Prestasi Belajar”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan da n

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan I l m u

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang telah

sabar memberikan bimbingan, pengarahan, serta saran yang membangun hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(14)

xi   

5. Bapak Drs. FX Muhadi, M.Pd dan Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si, selaku

dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik yang dapat membangun dalam penyelesaian skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh selama proses perkuliahan.

7. Tenaga Administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi, yang telah

membantu demi kelancaran prose belajar selama ini.

8. Ibu Sri Martuti, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Jepara yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Purwidayanto, S. Ag selaku guru pembimbing yang diminta oleh sekolah

untuk mendampingi penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Seluruh guru-guru SMP Negeri 3 Jepara yang telah bersedia menyediakan

waktu untuk dipakai penulis menyebarkan kuesioner.

11. Para siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 3 Jepara, yang telah menyediakan

waktu dan tenaga untuk menjadi responden.

12. Bapak dan ibu ku tercinta, yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa

untuk penulis dalam penyusunan skripsi secara moral dan materiil, cinta, kesabaran, kasih sayang serta atas doa dan harapan yang tiada henti.

13. Tya ade’ku tercinta, Mas Probo dan Mas Erwin terima kasih untuk dukungan,


(15)

xii   

14. Kekasihku Ardhi, terima kasih atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta

kesabaran dalam mendampingi selama ini.

15. Seluruh teman-teman Mami Ratna, Dwi Kristanto, dan Ninung

(PAK’05), Yosafat (PAK’06), Nila dan Cosmas (PAK’07), Puspa (PAK’09), Faras (UIN’09), Mas Arif (PE’07), Ino (PFIS’08), Lana (PMAT’08),dan teman-teman Pendidikan Akuntansi seluruh angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan kita selama ini dan dukungan kalian semua.

16. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 30 April 2012 Penulis


(16)

xiii   

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PEERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Lingkungan Belajar ... 9

B. Kemandirian Belajar ... 18

C. Jumlah Jam Belajar ... 23

D. Prestasi Belajar ... 26

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 32

F. Kerangka Berpikir ... 33

G. Rumusan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Operasionalisasi Variabel ... 39

1. Lingkungan Belajar ... 40

2. Kemandirian Belajar ... 42

3. Jumlah Jam Belajar ... 43

4. Prestasi Belajar ... 44

E. Populasi dan Sampel ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45


(17)

xiv   

1. Pengujian Validitas ... 46

2. Pengujian Reliabilitas ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Deskriptif ... 52

2. Analisis Data ... 52

BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Data Kelembagaan Sekolah ... 56

B. Sejarah SMP Negeri 3 Jepara ... 56

C. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 3 Jepara ... 57

D. Sistem Pendidikan SMP Negeri 3 Jepara ... 59

E. Kurikulum SMP Negeri 3 Jepara ... 61

F. Organisasi SMP Negeri 3 Jepara ... 66

G. Sumber Daya Manusia SMP Negeri 3 Jepara ... 78

H. Siswa SMP Negeri 3 Jepara ... 78

I. Kondisi Fisik Lingkungan Sekolah ... 79

J. Fasilitas Pendidikan ... 80

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 82

B. Analisis Data ... 85

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Keterbatasan ... 96

C. Saran ... 96


(18)

xv   

DAFTAR GAMBAR

A.Hubungan Antar Variabel ... 37


(19)

xvi   

DAFTAR TABEL

A.Tabel 3.1 Pengembangan Variabel Lingkungan Belajar Kedalaman

Indikator ... 41

B.Tabel 3.2 Skor Item-item Kuesioner ... 41

C.Tabel 3.3 Pengembangan Variabel kemandirian Belajar Kedalaman Indikator ... 42

D.Tabel 3.4 Skor Item-item Kuesioner ... 43

E. Tabel 3.5 Pengembangan Variabel Jumlah Jam Belajar Kedalaman Indikator ... 43

F. Tabel 3.6 Skor Item-item Kuesioner ... 43

G.Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Lingkungan Belajar ... 47

H.Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Kemandirian Belajar ... 49

I. Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Jumlah Jam Belajar ... 50

J. Tabel 3.10 Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 51

K.Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 52

L. Tabel 4.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 63

M.Tabel 4.2 Data Siswa Sekolah Menengah Pertama 3 Jepara ... 78

N.Tabel 4.3 Jumlah Kelas ... 79

O.Tabel 4.4 Kondisi fisik Sekolah ... 79

P. Tabel 5.1 Interprestasi Penilaian Lingkungan Belajar ... 82

Q.Tabel 5.2 Interprestasi Penilaian Kemandirian Belajar ... 83

R.Tabel 5.3 Interprestasi Penilaian Jumlah Jam Belajar ... 84

S. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 85

T. Tabel 5.5 Uji Normalitas ... 87

U.Tabel 5.5 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 88

V.Tabel 5.6 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 89


(20)

xvii   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 100

Lampiran II Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106

Lampiran III PAP Tipe II dan Kriteria Penilaian Raport ... 109

Lampiran IV Perhitungan Mean, Median dan Modus ... 114

Lampiran V Uji Normalitas ... 115

Lampiran VI Uji Korelasi ... 116

Lampiran VII Data Induk Penelitian ... 118

Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian ... 146


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran kuantitatif tersebut umumnya didekati dengan pencapaian prestasi dalam belajar. Sementara, prestasi belajar dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi belajarnya

Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan

belajarnya. Syah (2003:133) mengatakan bahwa pendekatan belajar (approach

to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor-faktor yang menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa. Sering ditemukan dalam pratek bahwa seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) lebih tinggi daripada teman-temannya puncak prestasinya kurang memuaskan, tetapi sebaliknya, seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan. Perbedaan kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam hal usaha belajar, metode atau cara belajar dan strategi dalam belajar. Seberapa besar kemampuan siswa dalam mencapai prestasi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa,


(22)

misalnya lingkungan sekolah, keadaan cuaca, jumlah jam belajar. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, kemandirian siswa, bakat siswa.

Faktor lingkungan memegang peran penting dalam kehidupan siswa. Siswa tidak bisa lepas dari lingkungan tersebut karena siswa selalu berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tingkat kemandirian belajar dan waktu belajar biasanya dipengaruhi oleh lingkungan di mana siswa tersebut tinggal. Hubungan antara lingkungan, kemandirian belajar, dan waktu belajar itu yang akan menjadi penentu hasil/prestasi siswa. Muhibbin (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

Siswa yang rata-rata bertempat tinggal di daerah kumuh, banyak pengangguran, lingkungan yang kurang berpendidikan, tidak tersedia sarana dan prasarana untuk belajar, daerah yang ramai dan kotor tidak akan dapat mendukung siswa dalam belajar, karena keadaan tersebut menganggu konsentrasi siswa dalam belajar yang mengakibatkan hasil/prestasi yang mereka dapat menjadi tidak maksimal. Sebaliknya, siswa yang bertempat tinggal di daerah yang bersih, tenang, tidak banyak penganguran, tersedia sarana dan prasarana untuk belajar, serta dibimbing oleh orang tua, maka mereka akan dapat belajar dengan baik dan dapat berkonsentrasi sehingga akan memperoleh hasil belajar yang lebah baik.


(23)

3

Keberhasilan usaha dalam belajar siswa juga didukung oleh kemandirian siswa. Siswa yang memiliki kemandiran dalam belajar akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu:

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dipelajari. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain lain yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan mencari sumber belajar yang dibutuhkan, mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

Dalam masalah waktu belajar, siswa sering mengeluh kehabisan waktu/ kekurangan waktu untuk belajar. Dalam hal ini alasan kehabisan waktu tidaklah benar, karena waktu bukanlah semacam barang konsumsi yang akan habis kalau dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu adalah waktu tidak pernah berhenti melainkan terus-menerus akan berlalu dari hadapan setiap orang. (Gie,1995:168).


(24)

Seberapa banyak jumlah jam yang dipergunakan siswa untuk belajar akan berpengaruh terhadap prestasi/ hasil belajar. Semakin banyak jumlah jam yang digunakan untuk belajar, maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya siswa yang mempergunakan jumlah jam yang lebih sedikit maka prestasi belajarnya akan rendah.

Lingkungan belajar dan kemandiriaan belajar memberikan dampak atau pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Ini dapat terlihat dari prestasi yang mereka dapatkan. Dengan dimilikinya kemandirian di dalam belajar, banyaknya jumlah waktu yang dihabiskan untuk kegiatan belajar siswa dapat membantu siswa dalam memperoleh prestasi yang lebih baik apalagi jika lingkungan di sekitar siswa juga memberikan dukungan di dalam proses belajar mengajar sehingga dapat berjalan dengan efektif.

Menurut keterangan dari salah seorang guru yang mengajar di sekolah tersebut mengatakan bahwa rata-rata siswa yang bersekolah di SMP Negeri 3 Jepara adalah mereka yang orangtuanya bekerja sebagai nelayan dan pengrajin kayu. Rata-rata mereka hidup di lingkungan yang ramai, kumuh, kotor dan kurang tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajarnya. Kesadaran atau kemandirian didalam pemenuhan untuk menunjang efektifitas proses belajar mengajar masih belum terlihat. Contohnya seperti di dalam kelas terdapat beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar ini terlihat dengan masih adanya siswa yang sibuk bermain atau mengobrol, bercanda dengan teman sebangku atau didepan maupun dibelakangnya, kurang partisipasi dan keaktifan siswa dalam bertanya yang


(25)

5

berkenaan dengan materi yang telah dijelaskan. Selain itu masih jarang terlihat siswa yang memanfaatkan fasilitas sekolah untuk dapat menunjang kegiatan belajarnya seperti membaca-baca buku di perpustakaan pada waktu senggang, sehingga di dalam pemanfaatan jam belajarpun relative kurang karena tidak dimanfaatkan dengan sepenuhnya.

Dari beberapa pendapat siswa, masih banyak siswa yang belum mampu mengatur atau mengarahkan diri mereka untuk terlibat aktif di dalam proses belajar mengajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa masih menjadi sebuah tuntutan bukan dari kesadaran diri. Kecenderungan ini yang membuat mereka tidak punya inisiatif, tidak bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri. Mereka masih lebih suka diberi daripada berusaha mencari sendiri. Namun ada yang berpendapat bahwa beberapa diantara mereka telah melakukan usaha yang optimal dalam proses kegiatan belajar mereka

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk meneliti prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Jepara karena peneliti melihat terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX dalam Ujian Nasional tahun ini dengan mencoba menghubungkan faktor lingkungan belajar, kemandirian belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian

selanjutnya diberi judul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan

Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa” dengan studi


(26)

B.Identifikasi Masalah

Banyak faktor yang menjadi penentu prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa, kemandirian. Sedangkan contoh dari faktor eksternal: lingkungan sosial, keadaan cuaca, alat-alat belajar dan lain-lain. Penelitian ini memfokuskan pada faktor lingkungan belajar, kemandirian belajar, dan jumlah jam yang dipergunakan dalam kegiatan belajar.

C.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

2. Apakah ada hubungan positif kemandirian belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

3. Apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar

siswa?

D.Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif lingkungan belajar terhadap


(27)

7

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kemandirian belajar

terhadap prestasi belajar siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif jumlah jam belajar terhadap

prestasi belajar siswa.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa untuk memperhatikan lingkungan belajarnya, sehingga dapat mengusahakan dan menjadikan lingkungan tersebut untuk dapat mendukung proses belajar dan menumbuhkan kemandirian belajar siswa serta meningkatkan jumlah jam belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mendidik siswa agar siswa lebih mandiri dalam belajar dan memperhatikan lingkungan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua dalam pendidikan putra putri mereka, agar lebih diperhatikan dalam belajar khususnya melatih kemandirian belajar, menggunakan jam belajar dan memperhatikan lingkungan belajar di dalam keluarga maupun di


(28)

masyarakat agar tetap dapat mendukung belajar sehingga prestasi belajar putra putri mereka dapat meningkat.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan sebagai latihan dalam menganalisis suatu masalah.


(29)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153) mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar. Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat menjalin


(30)

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.

Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan terkadang membuat siswa lupa


(31)

11

akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa. Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu menunjang keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang


(32)

semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah


(33)

13

tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis/dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar/menghambatnya. Dengan keadaan yang demikian akan berpengaruh dalam perkembangan pendidikan.

Dari uraian keadaan keluarga diatas yang terpenting ialah bagaimana sikap anak dalam menanggapi lingkungannya yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Sikap, ciata-cita, minat, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh keadaan. Dengan usaha yang dimiliki dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.

Anak yang berada dalam keluarga yang sosial lebih tinggi dapat menguntungkan bagi kegiatan belajar karena kebutuhan akan kesehatan maupun perlengkapan alat-alat sekolah dapat terpenuhi sehingga meningkatkan sikap dan minat siswa dalam belajar. Namun, dengan keadaaan tersebut ada kemungkinan anak menjadi tidak rajin belajar karena


(34)

menganggap bahwa semua kebutuhan mereka telah terpenuhi dan jaminan ekonomi untuk masa depan sudah ada. Mungkin berbeda dengan anak yang berada dalam keluarga yang memiliki ekonomi lemah yang mengalami kekurangan dalam pemenuhan alat-alat belajar, sehingga mereka akan mengambil sikap lebih rajin. Hal ini dikarenakan siswa berkeinginan untuk lebih maju. Jadi, dalam hal pendidikan anak keadaan sosial ekonomi orang tua dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan sikap belajar.

2. Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah menurut Roestiyah (1982:159-161), yaitu:

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang sudah lama mengajar biasa mengajar dengan metode ceramah. Sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.


(35)

15

c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana, membuat siswa segan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga menghambat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru yang hubungannya dengan siswa baik dan akrab akan memberikan nilai positif yaitu dapat memberikan motivasi dalam belajar.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan segan kepada guru. Mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Dalam memberikan materi seharusnya guru memberikan sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, sekolah memerlukan alat-alat dalam jumlah besar sehingga dapat membantu kelancaran dalam belajar anak, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Tetapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang masih kurang dalam memiliki media,sehingga kualitas yang dapat menunjang belajarpun kurang.


(36)

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.


(37)

17

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah, sehingga perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif, belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Belajar adalah tugas seorang pelajar, tetapi anak juga memiliki kegiatan lain yang perlu diberi sedikit ruang waktu yang tidak mengganggu jadwal belajarnya. Dengan demikian tugas sekolah dan tugas rumah dapat berjalan secara selaras

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.


(38)

B.Kemandirian Belajar

Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya. Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).

Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu:

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Sedangkan pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37), adalah:

Kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri.

Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca/dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Siswa yang mandiri akan mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.


(39)

19

Dari beberapa pengertian kemandirian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan belajarnya, atas dasar sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif, aktif, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. kemandirian yang ada di dalam diri siswa biasanya ditunjukan dalam tingkah laku sebagai berikut:

1. Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Adanya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut dapat mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan kemampuan temannya. Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam upaya memahami materi yang dipelajari dengan memperbanyak sumber literatur dari berbagai media (misalnya perpustakaan, internet, dan lain-lain) serta mempunyai waktu khusus untuk mempelajari materi tersebut di luar jam sekolah sehingga siswa dapat mencapai prestasi dalam belajar.

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi.

Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak menunggu orang lain untuk melakukan sesuatu. Kemampuan mengambil keputusan dan inisiatif


(40)

dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan terjadi di sekitar untuk dijadikan bahan kajian belajar.

Aplikasi pada siswa adalah mempunyai inisiatif untuk mempelajari dahulu materi sebelum diajarkan oleh guru serta berinisiatif mengerjakan soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang diterimanya disekolah dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, termasuk dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Siswa yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh apa yang dilakukan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri, yaitu selalu bersikap tenang dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru dengan memanfaatkan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta tidak mencontek.

4. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggungjawab seorang siswa adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain itu siswa yang bertanggung jawab adalah yang mampu mempertanggungjawabkan proses belajar berupa nilai dan perubahan tingkah laku.


(41)

21

Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut Masrun (1986:85) komponen-komponen utama kemandirian, yaitu:

1. Bebas

Faktor ini ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.

2. Progresif dan ulet

Ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

3. Inisiatif

Komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.

4. Pengendalian diri dari dalam

Komponen ini meliputi perasaan mampu mengatasi masalah, kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

5. Kemantapan diri

Kemantapan diri mencakup aspek percaya terhadap kemampuan diri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:38), ciri-ciri kemandirian belajar adalah

Kemandirian belajar nampak dalam usaha seseorang untuk menyadari, serta memiliki tujuan belajar, keteraturan serta kesungguhan mendalami bahan, kritis, taksis dalam memilih dan menggunakan metode serta sarana, berdisiplin dalam aturan dan perencanaan, berinisiatif dan berani menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan


(42)

efisiensi belajar, percaya diri dan optimis terhadap hasil yang dicapainya dan bersikap realistis serta bertanggung jawab.

Gibss (dalam Mulyasa 2003:106) mengemukakan bahwa peserta didik akan lebih kreatif jika guru :

1. Mengembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan mengurangi rasa

takut.

2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi

ilmiah secara bebas dan terarah.

3. Melibatkan peserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan evaluasinya.

4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran

secara keseluruhan.

Kemandirian belajar yang dipunyai siswa dalam mengatur kegiatan belajar secara bebas, progresif, penuh inisiatif, maupun tanggung jawab tersebut akan menentukan hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu, kemandirian merupakan unsur penting dalam kegiatan belajar dan jelas dapat memperbaiki mutu karena menyangkut inisiatif siswa (Holstein, 1986:186).


(43)

23

C.Jumlah Jam Belajar

Seorang siswa tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan salah satu faktor penting sehingga perlu diperhatikan. Seperti berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar, berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari perlu mendapat perhatian. Jumlah jam belajar merupakan banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan siswa untuk belajar yang dihitung dalam jam. Hueken (1983:31) berpendapat bahwa waktu belajar siswa ditentukan/dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Menurut Shaw, (dalam Gie, 1995:167):

‘Learning to use time is a valuable acquired skill, one that will pay dividends not only in studying but all through life. In fact, the ability to use time efficiently may well be one of the most significant achievements of you entire life.’

(Belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda.)

Setiap siswa keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi perlu dikembangkan dan diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar siswa hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar yang dicapai optimal. Setiap siswa umumnya mempunyai waktu rata-rata 11 jam setiap harinya untuk keperluan kegiatan belajar. Sedangkan sisa waktu yang lain, 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam digunakan untuk pemeliharaan diri, dan 2 jam digunakan untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (Gie,


(44)

1995:171). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di sekolah maka sisanya sebanyak 4 jam digunakan belajar luar sekolah, seperti di rumah, di lembaga bimbingan belajar/kelompok belajar di masyarakat. Pedoman pokok untuk mengembangkan keterampilan mengelola waktu studi adalah sebagai berikut:

1. Kelompokan waktu sehari-hari untuk keperluaan belajar, tidur, dan urusan

pribadi yang lainnya.

2. Selidiki dan tuntukanlah waktu yang tersedia untuk belajar.

3. Merencanakan penggunaan waktu dengan cara menetapkan macam-macam

mata pelajaran berikut urutan-urutan yang harus dipelajari.

4. Intropeksi diri agar dapat belajar dengan hasil yang terbaik. Urutkan mata

pelajaran dari yang dianggap sukar sampai yang dianggap mudah. Mata pelajaran yang sukar hendaknya memerlukan waktu yang lebih optimal, bukan berarti matapelajaran yang mudah tidak perlu waktu yang optimal tetapi alangkah baiknya semua dapat dilakukan sesuai dengan kondisi badan dan pikiran.

5. Membiasakan diri untuk seketika mulai mengerjakan tugas-tugas dan

selesaikan secapat mungkin.

6. Pengembangan kesadaran akan waktu. Siswa hendaknya menyadari ke

mana berlalunya dan untuk apa waktu 24 jam sehari yang dimilikinya, sehingga memerlukan penjadwalan waktu belajar.

Menurut Clifford T. Morgan et.al dalam buku mereka How to Study,


(45)

25

waktu, karena dapat mencegah keraguan-raguan siswa mengenai apa yang dipelajarinya dari waktu ke waktu. Daftar waktu ini dapat mencegah siswa untuk mempergunakan waktu yang lebih lama dari yang diperlukan.

Dari pemaparan di atas asumsi siswa tentang kehabisan waktu untuk kegiatan belajar tidaklah benar. Waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat bagi siswa yang memerlukan waktu untuk melakukan kegiatan belajar. Pengertian waktu dapat dirumuskan sebagai kesempatan langeng yang tersedia di alam semesta untuk manusia berprestasi. Alam semesta menyediakan waktu secara terus-menerus dan abadi untuk manusia melakukan apa saja dan untuk mencapai sesuatu prestasi selama hayatnya. Selain itu sifat dasar lainnya ialah bahwa waktu tidak pernah berhenti, melainkan terus-menerus berlalu dihadapan setiap orang. Oleh karena itu siswa perlu latihan untuk menggunakan waktu sekarang juga dan mengikis kecenderungan diri untuk menunda-nunda waktu. Seberapa banyak waktu yang digunakan untuk belajar akan mempengaruhi kegiatan belajarnya sehingga akan menentukan tinggi rendah hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian jumlah jam belajar adalah banyak waktu yang disediakan dan digunakan siswa untuk belajar dalam sehari yang dihitung dalam jam. Waktu atau jam belajar yang digunakan ini merupakan jam belajar di luar sekolah, seperti di rumah, di lembaga bimbingan belajar atau kelompok belajar masyarakat.


(46)

D.Prestasi Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, dalam arti kita tidak akan bisa melakukan kegiatan tersebut kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang dengan serangkaian kegiatan melalui penguasaan materi, ilmu pengetahuan untuk menjadikan seseorang menjadi manusia seutuhnya. Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan sikap. Menurut Winkel (1996:53), belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar bukan merupakan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Darsono (2000:21) yaitu:

1. Kesiapan belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit akan mempengaruhi proses belajar. Demikian juga faktor psikologis yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan dan sebagainya merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kalancaran belajar.


(47)

27

2. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek, dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.

3. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

4. Keaktifan siswa

Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa. Oleh karena itu siswa harus aktif, dengan bantuan guru siswa mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

5. Mengalami sendiri

Prinsip mengalami ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

6. Pengulangan

Dalam mempelajari materi siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut semakin mudah diingat. Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi semakin segar dalam pikiran siswa, sehingga semakin mudah direproduksi.


(48)

7. Materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu siswa terhadap persoalan. Rasa ingin tahu timbul bila materi pelajaran yang dihadapi menantang atau problematic.

8. Balikan dan penguatan

Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Penguatan adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa akan mengulangi perbuatan yang sudah baik itu.

9. Perbedaan individual.

Siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak boleh disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini tentu kemampuan, minat serta kemampuan belajar mereka tidak persis sama.

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Proses yang dilakukan tersebut menghasilkan suatu perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap atau


(49)

29

tingkah laku yang dicapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, yaitu tes.

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Winkel (1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sementara Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan di simpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Sehingga jika dihubungkan atau dikaitkan dengan prestasi belajar maka definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali, 1995:787) adalah Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama yang perlu diperhatikan, antara lain adalah


(50)

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4. Prestasi belajar merupakan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)

siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Syah (1997: 133-139) dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

a)Tingkat kecerdasan

Semakin tinggi kemampuan kecerdasan serang siswa maka makin besar pula peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya tingkat kecerdasan yang rendah maka peluang yang diraih pun semakin kecil.

b)Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya setiap orang memiliki bakat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Bakat mampu mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam bidang tertentu.


(51)

31

c)Minat

Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang tertentu.

d)Motivasi belajar

Motivasi merupakan bentuk semangat yang datang dari luar maupun dari dalam diri siswa. Motivasi dapat mempengaruhi proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

siswa.

a)Lingkungan non sosial.

Faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar adalah

(1) Kondisi rumah serta kondisi perkampungan dapat berpengaruh

terhadap kegiatan belajar siswa.

(2) Waktu belajar yang digunakan setiap harinya mempengaruhi proses

belajar siswa.

b)Lingkungan sosial.

Lingkungan sosial sekolah yang nyaman seperti guru yang selalu menunjukan sikap, perilaku yang simpatik dan memperlihatkan teladan yang baik dan rajin akan dapat memberikan pengaruh pada siswa untuk semangat belajar. Keadaan masyarakat dan teman-teman sebaya juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa.


(52)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Hasil test belajar siswa tertera pada nilai rapor yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

E.Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Paulina (2011:93-94), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar, Persepsi Belajar Tentang Kompetensi Guru dan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Jurusan Akuntansi” menunjukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar, kompetensi guru dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi dan aktivitas tinggi dalam belajar serta didukung dengan kompetensi guru yang memadai maka memiliki prestasi belajar yang tinggi


(53)

33

Ewaldina (2000:19), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar di keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar siswa, karena adanya dukungan orang tua dan dan penyediaan fasilitas belajar. Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan fasilitas belajar sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan perpustakaan.

Suciningrum (2011:32), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, dan Lingkungan Belajar dengan Prtestasi Belajar Akuntansi Siswa” menyatakan bahwa faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam proses belajar siswa. Lingkungan belajar yang mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa tinggi, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2003: 195). Sedangkan menurut Dimyati (1979:126) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar siswa, karena


(54)

siswa hidup dalam masyarakat tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hubungan baik antara siswa dengan orang-orang yang ada di lingkungannya akan menguntungkan bagi siswa itu sendiri, dalam arti dapat mendukung situasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi kesimpulannya, lingkungan belajar mendukung akan menjadikan siswa untuk memeroleh prestasi belajar yang tinggi, dan sebaliknya lingkungan belajar yang tidak mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.

2. Hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.

Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar siswa ini tidak lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian. Kemandirian (kematangn pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi. Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tidak berantakan.

Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51). Pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37), adalah: sikap seseorang dalam kemandirian belajar dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan bekal untuk siswa dalam meraih prestasi yang baik. Kemandirian belajar siswa


(55)

35

terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam memenuhi/mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa yang kurang/tidak mandiri akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah. Jadi kesimpulannya kemandirian belajar dalam diri siswa sangat diperlukan didalam meraih prestasi yang baik.

3. Hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa.

Jumlah jam belajar mempunyai arti banyaknya waktu yang disediakan dan digunakan dalam belajar siswa behubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Hubungan antara pengalokasian atau penyediaan waktu dengan prestasi belajar siswa adalah positif. Menurut Shaw, (dalam Gie, 1995:167): belajar menggunakan waktu merupakan suatu keterampilan perolehan yang berharga. Keterampilan yang memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam studi, melainkan dalam sepanjang hidup. Sesungguhnya, kemampuan menggunakan waktu secara efisien dapat merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup. Setiap siswa harus memiliki keterampilan mengelola waktu untuk keperluan studi dan perlu dikembangkan serta diterapkan. Dalam penggunaan waktu belajar siswa hendaknya membuat jadwal yang teratur yang dibuat berdasarkan jam sehingga siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan hasil belajar yang dicapai optimal.

Seorang siswa dituntut untuk selalu belajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Banyaknya waktu atau jumlah jam yang digunakan siswa dalam belajar mempengaruhi


(56)

prestasi belajarnya. Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan (mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar sesuai dengan tingkat pemanfaatan jumlah jam untuk belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar yang digunakan untuk belajar siswa maka prestasi belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin sedikit jumlah jam belajar yang di gunakan siswa, maka prestasi belajarnya juga akan semakin rendah.

Dijelaskan dalam kerangka teoritik ini bahwa terdapat hubungan antara variable lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar. Dijelaskan pula bahwa ketiga variable tersebut, yaitu lingkungan belajar, kemandirian belajar dan jumlah jam belajar secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada proses belajar siswa yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada hasil belajar yang dicapai/prestasi belajarnya. Pengaruh langsung maupun tidak langsung lingkungan belajar, kemandirian belajar, dan jumlah jam belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada gambar paradigma penelitian sebagai berikut:


(57)

37

Gambar I

Hubungan Antar Variabel

Keterangan

1 a

H = Lingkungan Belajar

2 a

H = Kemandirian Belajar

3 a

H = Jumlah Jam Belajar

G.Rumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.

2. Ada hubungan positif kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.

3. Ada hubungan positif jumlah jam belajar dengan prestasi belajar siswa.

Lingkungan Belajar

Jumlah Jam Belajar Kemandirian

Belajar

Prestasi Belajar


(58)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di dalam maupun di luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang ada di sekitar lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin (2003:152-153) mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Interaksi antara guru dengan siswa secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar. Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat menjalin


(59)

10

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Masyarakat dengan lingkungan yang anak-anaknya rajin dalam kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya, begitupula sebaliknya masyarakat yang memiliki lingkungan brutal dengan anak-anak yang malas belajar diserta dengan tidak ada saling kepedulian antara masyarakat satu dengan yang lainnya akan membuat anak malas belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Dengan lingkungan yang rajin maka mereka dapat mengadakan kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.

Selain itu keberadaan beberapa mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan terkadang membuat siswa lupa


(60)

akan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Oleh karena itu segala macam perangkat yang menyajikan hiburan perlu diseleksi.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam keluarga, letak rumah, semua dapat memberikan dampak pada proses belajar siswa. Pengelolaan keluarga yang keliru menimbulkan akibat buruk pada siswa untuk berperilaku menyimpang sehingga siswa tidak mau belajar. Maka orang tua dan keluarga perlu memperhatikan segala sesuatu yang mampu menunjang keberhasilan belajar siswa.

Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang


(61)

12

semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Selain faktor-faktor di atas yang dapat mempengaruhi proses belajar ialah keadaan sosial-ekonomi keluarga. Menurut Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah


(62)

tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis/dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar/menghambatnya. Dengan keadaan yang demikian akan berpengaruh dalam perkembangan pendidikan.

Dari uraian keadaan keluarga diatas yang terpenting ialah bagaimana sikap anak dalam menanggapi lingkungannya yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Sikap, ciata-cita, minat, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh keadaan. Dengan usaha yang dimiliki dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.

Anak yang berada dalam keluarga yang sosial lebih tinggi dapat menguntungkan bagi kegiatan belajar karena kebutuhan akan kesehatan maupun perlengkapan alat-alat sekolah dapat terpenuhi sehingga meningkatkan sikap dan minat siswa dalam belajar. Namun, dengan keadaaan tersebut ada kemungkinan anak menjadi tidak rajin belajar karena


(63)

14

menganggap bahwa semua kebutuhan mereka telah terpenuhi dan jaminan ekonomi untuk masa depan sudah ada. Mungkin berbeda dengan anak yang berada dalam keluarga yang memiliki ekonomi lemah yang mengalami kekurangan dalam pemenuhan alat-alat belajar, sehingga mereka akan mengambil sikap lebih rajin. Hal ini dikarenakan siswa berkeinginan untuk lebih maju. Jadi, dalam hal pendidikan anak keadaan sosial ekonomi orang tua dapat menjadi pengaruh dalam pengambilan sikap belajar.

2. Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah menurut Roestiyah (1982:159-161), yaitu:

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang sudah lama mengajar biasa mengajar dengan metode ceramah. Sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.


(64)

c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang dekat dengan siswa dan kurang bijaksana, membuat siswa segan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga menghambat dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru yang hubungannya dengan siswa baik dan akrab akan memberikan nilai positif yaitu dapat memberikan motivasi dalam belajar.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan segan kepada guru. Mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Dalam memberikan materi seharusnya guru memberikan sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, sekolah memerlukan alat-alat dalam jumlah besar sehingga dapat membantu kelancaran dalam belajar anak, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Tetapi pada kenyataannya masih banyak sekolah yang masih kurang dalam memiliki media,sehingga kualitas yang dapat menunjang belajarpun kurang.


(65)

16

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.


(66)

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan metode belajar yang salah, sehingga perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif, belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Belajar adalah tugas seorang pelajar, tetapi anak juga memiliki kegiatan lain yang perlu diberi sedikit ruang waktu yang tidak mengganggu jadwal belajarnya. Dengan demikian tugas sekolah dan tugas rumah dapat berjalan secara selaras

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.


(67)

18

B.Kemandirian Belajar

Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya. Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51).

Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu:

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Sedangkan pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37), adalah:

Kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri.

Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca/dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Siswa yang mandiri akan mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.


(1)

102 3C 8493 Endriana Meilani Kartika 81 76 73 70 73 83 75 78 72 79 70 85 87 77

103 3C 8494 Faizatun Ni'mah 84 76 78 74 77 75 75 78 72 77 72 85 85 76

104 3C 8495 Fasallima Annis Soraya 76 76 82 80 73 80 71 80 73 78 75 80 86 78

105 3C 8705 Fitra Ayu Ramadhan 81 81 80 75 78 75 68 80 71 80 70 85 86 78

106 3C 8581 Heri Irawan 74 68 72 67 70 75 68 72 71 76 68 70 75 71

107 3C 8582 Irvan Intan Saputra 70 77 71 68 70 75 72 70 72 72 68 70 70 71

108 3C 8627 Jauharatul Fauziah 79 77 78 70 73 75 75 75 72 80 70 70 87 75

109 3C 8710 Khulafaurasyidin 79 79 76 68 70 75 71 68 70 74 68 75 77 73

110 3C 8630 Leni Marlina 84 73 75 70 73 80 75 73 72 74 70 90 83 76

111 3C 8633 Lutfian Andreyanto 75 74 72 67 70 80 69 70 72 67 68 75 71 72

112 3C 8544 M. Abdul Rahman 73 68 73 67 70 75 69 70 73 72 68 75 70 71

113 3C 8545 M. Cahya Firnanda 75 79 72 67 69 75 67 68 68 68 67 70 73 71

114 3C 8466 M. Dzihan Juheir 70 74 72 67 68 75 67 68 68 67 67 70 70 69

115 3C 8590 M. Mauludina Nur W 78 80 71 70 70 75 67 74 72 70 70 75 79 73

116 3C 8547 Meilisa Setianti 74 77 72 73 73 75 68 73 72 70 68 75 77 73

117 3C 8714 Melani Permatasari 82 79 73 70 73 85 68 75 72 79 70 75 83 76

118 3C 8635 Moh Ridhwan Zarkasi 75 81 81 76 73 75 69 75 73 75 70 85 79 76

119 3C 8715 Mohammad Zuliyanto 77 74 74 68 70 75 69 70 72 72 68 80 78 73

120 3C 8716 Muhammad Irvan M 74 73 72 68 70 75 68 74 70 69 68 75 74 72

121 3C 8717 Muhammad Jamaludin 74 79 72 70 69 80 68 71 69 67 68 68 76 72

122 3C 8718 Muhammad Nur Arif 76 84 73 70 70 75 68 70 73 77 68 75 73 73

123 3C 8719 Muhammad Shobirin 80 79 74 70 77 75 69 70 70 69 68 85 83 75

124 3C 8678 Nur Rohmatul Ulum 78 74 77 67 70 75 68 73 72 70 68 80 82 73

125 3C 8556 Putri Nofika 81 77 75 70 70 85 69 73 72 74 70 80 80 75

126 3C 8601 Riska Anindia 85 84 80 78 75 90 69 75 72 73 80 84 86 79

127 3C 8682 Risma Fitri Nur Jannah 76 68 72 70 69 75 69 75 71 68 70 80 75 72


(2)

129 3C 8523 Winy Yosikawati 79 90 72 70 71 80 69 68 70 73 68 80 81 75

130 3B 8526 Ahmad Al Badawi 80 81 75 71 73 78 67 73 72 80 68 80 80 75

131 3B 8487 Ahmad Sodikin 81 74 73 70 68 78 69 68 69 75 68 70 76 72

132 3B 8527 Antika Sholikhatin 83 79 77 70 74 75 69 73 71 74 70 90 88 76

133 3B 8617 Ayu Meilisa 81 76 76 68 70 75 69 72 70 77 70 75 76 73

134 3B 8658 Diyah Ayu Rusikah 81 76 76 70 69 75 69 72 71 76 70 80 86 75

135 3B 8701 Eka Dwi Wahyuni 74 70 71 68 69 75 69 68 71 80 70 80 83 73

136 3B 8533 Endah Sulistyani 81 79 80 75 85 75 70 84 69 82 70 80 86 78

137 3B 8702 Erna Sulistyaningsih 83 77 82 70 70 75 73 82 70 82 76 90 83 78

138 3B 8576 Fahrudin Azis 70 81 70 67 68 85 67 68 71 69 67 68 76 72

139 3B 8663 Fakrul Hakim 73 70 70 67 68 75 67 68 69 66 67 75 73 70

140 3B 8536 Farid Amin 70 68 70 67 68 75 67 70 68 64 67 70 70 69

141 3B 8703 Farizal Aldiyanto 74 70 71 68 68 75 67 74 69 73 68 80 76 72

142 3B 8578 Fatikhatul Husna 77 70 71 68 69 75 69 68 69 78 70 80 82 73

143 3B 8497 Galang Artha Maghribi 79 70 70 68 69 75 68 75 70 77 68 75 82 73 144 3B 8707 Gilang Irfan Ardiansyah 71 74 72 68 68 75 67 71 71 77 68 75 79 72

145 3B 8540 Heri Kiswanto 78 70 75 70 85 80 69 72 88 77 68 80 79 76

146 3B 8498 Herman Sulistyo W 77 68 74 70 68 75 67 80 71 74 68 85 77 73

147 3B 8500 Ikhsan Ari Wardana 78 70 71 73 72 75 70 68 70 71 68 70 79 72

148 3B 8626 Imam Nur Safi'i 77 70 79 72 75 75 69 74 74 68 70 80 80 74

149 3B 8708 Indrawati 75 71 76 70 70 85 69 74 71 69 70 80 84 74

150 3B 8502 Jefri Nur Prasetyo 83 76 78 70 85 85 69 72 70 71 72 80 79 76

151 3B 8629 Laelatul Khudriyah 83 68 80 75 82 90 69 73 74 72 72 80 80 77

152 3B 8631 Lika Usfaizah 78 68 76 68 68 80 69 73 71 74 70 85 86 74

153 3B 8504 Lina Latifah 72 68 71 70 68 80 69 74 71 66 68 75 81 72

154 3B 8465 M. Aziz Fikri 77 68 70 67 68 80 67 70 72 72 67 70 77 71

155 3B 8591 Mahfud Salafudin Ma'ruf 75 69 71 67 68 80 67 70 71 73 68 75 81 72


(3)

156 3B 8594 Muasaroh 87 84 88 82 90 90 71 76 73 82 82 90 90 83

157 3B 8969 Nur Rohim 79 83 79 76 75 75 73 75 77 79 70 90 77 78

158 3B 8640 Rizal Maulana 76 77 71 72 68 75 69 70 69 68 70 70 77 72

159 3B 8724 Rofita Nur Sa'adah 81 79 76 72 68 80 69 75 69 73 70 85 89 76

160 3B 8686 Sari Nur Madiyanti 83 73 80 76 88 90 69 74 78 73 80 80 80 79

161 3B 8644 Siti Qoriah 77 68 71 68 68 75 69 74 70 70 70 80 81 72

162 3B 8560 Tri Dian Noviawan 78 70 71 70 68 75 68 73 70 66 70 85 77 72

163 3B 8731 Ulyatun Nafi 81 71 71 68 68 75 71 75 70 73 70 80 82 73

164 3B 8689 Zainal Abidin 73 71 70 68 68 75 68 70 68 71 68 80 74 71

165 3B 8524 Zeni Latifah 90 84 84 80 93 75 73 82 72 77 75 90 89 82

166 3A 8486 Ahmad Faizin 86 76 77 70 79 75 77 74 71 75 70 75 75 75

167 3A 8613 Andhika Pramudya D H 83 77 73 68 73 72 75 75 71 74 70 75 85 75 168 3A 8696 Angga Afiyan Saputra 79 77 75 70 71 72 69 75 71 66 70 80 70 73

169 3A 8697 Anjhani 84 83 72 68 73 75 73 74 82 69 70 80 70 75

170 3A 8528 Ayuk Ariani 85 83 76 70 73 72 73 80 83 71 70 80 83 77

171 3A 8620 Billy Novi Andri Alfian 82 77 74 67 71 76 71 73 70 71 70 70 72 73

172 3A 8529 Deny Aji Prayoga 75 84 73 68 70 75 71 75 68 68 68 70 77 72

173 3A 8491 Devi Ratnasari 81 83 74 68 73 75 73 75 70 68 75 80 83 75

174 3A 8698 Dewi Rahmawati 86 81 74 70 78 72 71 75 69 76 75 80 85 76

175 3A 8699 Dwi Putri Rosalika 80 81 70 68 77 72 69 71 70 73 70 80 77 74

176 3A 8290 Dwiki Muhammad Giffani 80 77 72 68 71 80 69 84 68 73 68 80 77 74

177 3A 8492 Eka Nur Cahyani 82 81 75 68 73 75 71 78 70 73 70 85 84 76

178 3A 8625 Eka Safitri Wulandari 84 80 79 70 73 75 75 76 70 76 76 75 77 76

179 3A 8660 Eko Cahyo Utomo 78 77 76 67 70 75 71 70 68 65 68 90 70 73

180 3A 8531 Eko Diah Puji Astutik 79 81 77 68 74 75 71 76 82 68 70 90 81 76

181 3A 8532 Elli Chustiyani 81 80 74 70 73 75 71 78 73 79 70 80 85 76


(4)

183 3A 8542 Indah Kumalsari 85 80 78 75 73 75 73 75 70 85 80 85 80 78 184 3A 8587 Lely Anis Setyawati 87 80 74 72 73 75 78 74 71 80 70 85 88 77 185 3A 8588 Lia Lusiana Fatmawati 87 74 70 70 75 75 69 73 70 79 70 80 85 75

186 3A 8670 Lutfia Devi 89 76 78 74 75 75 69 80 71 80 75 80 83 77

187 3A 8546 M. Khoirul Anam 87 68 71 67 72 75 73 78 72 75 70 75 73 73

188 3A 8596 M. Sigit Indriawan 80 71 72 75 70 80 69 75 69 68 68 75 80 73

189 3A 8713 Maghfiroh Bagus P 80 70 72 72 70 90 73 73 70 69 68 75 77 74

190 3A 8509 Mohamad Budy 83 70 77 74 85 75 75 75 70 79 71 80 87 77

191 3A 8510 Muhamad Ali Fahrudin 82 68 71 67 71 80 69 75 70 70 70 75 79 73 192 3A 8720 Muhammad Ulil Albab 86 68 81 72 73 77 73 83 68 84 70 85 89 78 193 3A 8597 Mukhamad Nurul Arifin 78 68 70 70 70 80 69 74 70 75 68 85 79 74

194 3A 8722 Nur Kholidah 85 74 71 70 74 90 69 74 69 80 70 85 87 77

195 3A 8638 Ovi Putri Fatma Sari 84 77 73 68 72 70 67 73 70 71 70 80 79 73 196 3A 8723 Putra Rendi Pranata 86 80 79 75 72 75 73 75 84 83 70 70 82 77

197 3A 8680 Putri Mawarni 90 76 78 80 85 85 76 75 70 84 80 80 90 81

198 3A 8558 Riza Adib Irawan 80 71 70 67 69 75 71 80 68 72 67 70 80 72

200 3A 8519 Tabitha Fatwa Ayu Shima 89 77 74 74 74 75 73 80 81 77 70 70 84 77

201 3A 8604 Umi Fadhilah 90 81 76 70 76 80 71 74 70 89 73 80 86 78

202 3A 8484 Wakur Meilan M 80 77 71 68 69 72 71 73 68 66 68 75 76 72

Nilai Max 90 68 88 67 93 90 90 89 88 91 85 90 90

Nilai Min 70 68 70 67 68 68 67 44 0 64 67 68 70

rata2 78.8 77.1 74.2 70.4 72.2 76.9 72.4 73.9 69.8 73.5 70.2 78.4 79.4


(5)

(6)

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI