Hasil Penelitian 1. Partisipan Penelitian

30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian akan berisi paparan tentang partisipan penelitian, dan deskripsi partisipan penelitian. Pembahasan dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data. 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Partisipan Penelitian Peneliti melakukan penelitian di kelas VI dimana terdapat 16 siswa yang terdiri dari 3 siswi dan 13 siswa. Di kelas tersebut ada 3 siswa dengan hiperaktivitas, 3 siswa lamban belajar, 6 siswa tanpa kebutuhan khusus, 1 siswa tunarungu, dan 3 siswa dengan masalah sosialnya. Partisipan dalam penelitian ini adalah salah satu siswa di kelas VI yang mengalami hiperaktivitas, guru kelas VI, guru kelas I, guru pendamping dan orang tua siswa tersebut. Guru pendamping ini adalah guru yang mendalami kebutuhan khusus dan semua anak yang berkebutuhan khusus yang akan sekolah di SD Perahu ini harus melalui tes dari pendamping ini. Hal ini dikarenakan, beliaulah yang menentukan apakah siswa ini dapat diterima atau tidak. Beliau memiliki semua assessment anak berkebutuhan khusus di sekolah ini. Selain itu, beliau juga yang menentukan apakah siswa tersebut membutuhkan pendampingan pribadi saat di kelas atau tidak.

4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian

4.1.2.1 Partisipan 1 Gema Latar Belakang Partisipan 1

Partisipan 1 dalam penelitian ini adalah salah satu siswa dengan hiperaktivitas di kelas VI. Siswa tersebut berusia 11 tahun. Dalam penelitian ini, nama siswa tersebut disamarkan menjadi “Gema”. Gema merupakan anak ke 4 dari empat bersaudara. Gema terlahir dari keluarga seniman. Orangtuanya merupakan seniman yang cukup terkenal bahkan sering sekali pentas di luar negeri terutama di Paris. Gema menyukai musik, hal ini tidak terlepas dari darah seni yang mengalir dalam dirinya. Gema suka memainkan gitar bahkan saat berada di kelas. Oleh karena itu, ada satu gitar milik Gema yang memang sengaja ditinggal di kelas. Gema dapat memainkan gitar, drum, keyboard dan gamelan, ia juga suka bernyanyi. Kegemarannya tersebut dijadikan senjata oleh wali kelasnya. Gema boleh bernyanyi dan bermain gitar jika ia bisa mengerjakan tugas dan duduk dalam waktu yang lama. Selama proses pembelajaran di kelas Gema berusaha agar bisa duduk dalam waktu yang lama, namun ia tidak bisa berhenti bergerak. Ada saja tingkahnya, dari mengangguk-anggukkan kepala, menggaruk-garuk kepala, menggoyang- goyangkan kaki, memainkan pulpennya, memukul-mukul meja, memainkan kursinya bahkan sengaja meminjam penghapus ke temannya agar bisa berjalan- jalan. Saat di kelas Gema berusaha dapat duduk dalam waktu yang lama dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berusaha mengerjakan tugas hingga selesai agar memperoleh reward dari Bu Lala yaitu boleh bermain gitar saat istirahat. Gema sudah menjalani terapi sejak kelas I SD. Terapi tersebut dilakukan di luar sekolah. Sehingga pihak sekolah kurang mengetahui bagaimana proses terapi terhadap Gema. Namun, menurut papanya Gema hanya diterapi dengan musik. Musik tersebut dapat melatih konsentrasi Gema dan juga melatih emosinya. Saat duduk di kelas V SD, Gema sudah tidak didampingi saat berada di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang diterapkan padanya berhasil. Gema lebih menyukai aktivitas pembelajaran yang menggunakan fisik misalnya memasak, olahraga, seni, terutama saat dia diminta bernyanyi dan bergaya selayaknya rock star. Sedangkan mata pelajaran yang tidak disukai Gema sejak kelas IV SD adalah matematika. Saat mengobservasi Gema di kelas, ada banyak hal menarik yang diperoleh dari Gema. Gema tergolong anak yang dapat mengekspresikan dirinya baik melalui mimik wajah, kata-kata maupun melalui karyanya. Gema sering mengatakan kata-kata yang cukup kasar bahkan kurang pantas saat berada di kelas. Ia juga seringkali mengikuti kata-kata iklan yang ditayangkan di televisi. Selain itu, Gema juga mampu menirukan gaya yang khas pada tokoh-tokoh seperti gaya Gusdur. Saat berkesempatan mengobrol dengan Gema, tidak banyak hal yang dapat ditanyakan padanya dikarenakan dia mudah sekali teralihkan. Dari perbincangan tersebut didapati bahwa Gema menyukai musik sejak kecil dan telah banyak meraih prestasi di bidang seni musik. Ia sering ditunjuk oleh sekolah untuk mewakili sekolah dalam perlombaan baik dolanan anak maupun gamelan. Gema juga memiliki kebutuhan lainnya yaitu kondisi matanya yang sejak kecil dinyatakan low vision. Oleh karena itu Gema harus menggunakan kacamata dan selalu menempati bangku baris pertama atau baris kedua. Pokok Permasalahan Gema mengalami low vision selain itu ia juga menunjukkan gejala hiperaktivitas saat diobservasi. Hal ini terlihat saat ia mengerjakan tugas di kelas. Gema sulit berkonsentrasi dan cenderung asyik bermain dengan alat tulisnya atau mengetuk-ngetuk meja. Gema juga tidak teratur dalam mengerjakan tugas sehingga ada nomor yang sering terlewat saat ada soal yang harus dikerjakan. Selama proses pembelajaran di kelas, Gema terlihat gelisah. Hal ini terlihat dari gesture tubuhnya yang selalu menggerak-gerakkan tangannya, menggaruk- garuk kepala, menggoyang-goyangkan kaki bahkan beberapa kali menghentak- hentakkan kaki, dan sering menggoyang-goyangkan badan. Gema juga sering meninggalkan tempat duduk entah untuk meminjam penghapus, penggaris, maupun sekedar untuk mengganggu temannya. Selama pembelajaran, Gema tidak pernah berhenti berbicara. Terkadang ia berbicara sendiri atau mengomentari semuanya baik yang didengar maupun dilihat. Terkadang ia lebih suka mengobrol dengan teman. Gema juga sering menjawab pertanyaan meskipun pertanyaannya belum selesai diajukan. Meskipun demikian, Gema tergolong anak yang cerdas. Hal ini terlihat dari jawaban yang dikemukakannya saat guru bertanya. Selain itu, ia memiliki musikalisasi yang baik, ia mengenal nada dan irama.

4.1.2.2 Partisipan 2 wali kelas Gema Latar Belakang Partisipan 2

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan 2 sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 22 Agustus 2015 dari pukul 09.47 WIB – 10.47 WIB di ruang rapat yang berada di lantai 2 SD Perahu. Adapun alasan menggunakan ruang rapat sebagai tempat wawancara agar hasil rekaman suara cukup jernih dan ruangan tersebut sangat dekat dengan kelas VI SD sehingga jika terjadi sesuatu lebih mudah untuk mengatasinya. Sedangkan wawancara kedua dilakukan pada tanggal 23 November 2015 dari pukul 09.56 WIB – 10.30 WIB di ruang kelas VI di lantai 2 SD Perahu. Dalam wawancara pertama ini, peneliti mewawancarai wali kelas Gema yang namanya dalam penelitian ini disamarkan menjadi “Bu Lala”. Bu Lala adalah guru kelas VI dimana Gema adalah salah satu siswa yang diajar di kelasnya. Bu Lala telah menjadi seorang pengajar di SD Perahu hampir 7 tahun. Namun, baru selama 4 tahun ke belakang Bu Lala mengajar anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak terlepas dari penunjukkan SD Perahu sebagai rintisan sekolah inklusi sejak 4 tahun lalu. Bu Lala mengatakan bahwa hiperaktif adalah kondisi dimana polah tingkah anak di atas rata-rata. Hal tersebut nampak dari jawaban yang diungkapkan saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ditanya persepsi beliau t entang hiperaktif. “Hiperaktif itu kan macam-macam sih. Bisa dilihat dari segi tingkah laku Gema, penyelewengan dari tata tertib. Nah, biasanya seperti itu kalau tingkah laku ya tadi kita bicara 1 kata dianya 1 paragraf seperti itu lalu tingkah lakunya over. ” Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi beliau terbentuk dari pengamatan beliau selama ini terhadap tingkah laku yang nampak dari Gema. Bu Lala sangat dekat dengan Gema karena beliau sudah sering bekerja sama dengan Gema dan keluarga Gema dalam bidang seni. Seperti yang diungkapkannya dalam wawancara “Saya sering manggung sama Gema. he…e kan kami mitra gamelan. Dianya sekeluarga besarnya elektrik semua, kami gamelannya kan seperti rock tapi etnik begitu tapi dikombinasikan .” Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun Gema mengalami hiperaktivitas namun ia tetap berprestasi. Bu Lala juga sering memberi pujian dan reward sebagai upaya untuk memotivasi Gema. Jadi, Bu Lala berusaha untuk memberikan motivasi dari luar kepada Gema. Bu Lala juga meminta Gema untuk menuliskan cita-cita ingin diterima di SMP mana agar Gema memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri. Bu Lala juga menjelaskan bahwa selain hiperaktif, Gema juga mengalami low vision sejak kecil. “Hanya dia itu, semua kan pake kacamata, jadi semuanya itu low vision itu jadi dia itu hanya melihat satu titik itu lo saya takutnya kan lama-kelamaan buta begitu lo, karena kan bapaknya juga sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengatakan ini harus,udah operasi beberapa kali, tapi kan kalau genetik tidak bisa, cacat mata kan juga genetik .” Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Bu Lala peneliti mencoba menggali lebih lanjut apakah low vision yang dialami oleh Gema lebih menonjol dibandingkan hiperaktifnya. Lalu Bu Lala menjawab “Iya dia kalau di low vision, makanya aku tadi, ”keliatan tidak?” hehehehe sering saya goda seperti begitu, terkadang kan sampai gini-ginike, dia itu hanya 25 cm atau 20 cm bisa lihat itu makanya kan kalau baca begini ho oh seperti tadi .” Dari jawaban tersebut, memang low vision yang dialami Gema cukup berdampak terhadap hiperaktifnya Gema dikarenakan Gema menjadi lebih sering meninggalkan tempat duduk untuk maju ke papan tulis. Setelah mengetahui jawaban yang dikemukakan oleh Bu Lala, peneliti mencoba untuk membandingkan lembar assessment yang diisi oleh 2 pendamping dari sekolah, 1 dari Bu Lala, 1 dari Bu Ina, 2 dari papa dan mama dan 1 yang diisi oleh peneliti sendiri. Setelah membandingkan ketujuh lembar assessment tadi, peneliti semakin yakin bahwa Gema mengalami hiperaktivitas. Pokok Permasalahan Sebelum menjadi wali kelas Gema, Bu Lala sudah mengetahui bagaimana karakter Gema dan bagaimana harus menanganinya. Hal ini tidak terlepas dari catatan yang telah diberikan oleh wali kelas V sebelumnya yang pernah mengajar Gema. Tentu saja itu sangat membantu Bu Lala dalam memahami Gema. Selain itu, Bu Lala juga sering bekerja sama dengan keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gema dalam bidang seni. Hal itu membuat Bu Lala cukup mengenal dengan baik Gema dan keluarganya. Menurut Bu Lala, motivasi belajar Gema dan siswa lainnya di kelas VI saat ini lebih banyak berasal atau didorong dari luar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu Lala . “Kalau Gema, sama saja sih, kalau tempat saya itu kebanyakan kalau misalkan berlagak di tes iming-iming. ” Selain itu, Bu Lala juga mengungkapkan bahwa Gema lebih berprestasi dalam bidang seni terutama dalam seni musik. “Prestasinya banyak, dia mempunyai tabungan sertifikat dari dinas. Jadi, meskipun nilainya jelek, tabungan sertifikat dah banyak. Dia dapat sertifikat seni .” Dari hasil wawancara, Bu Lala mengatakan bahwa Gema itu cerdas dalam bidang seni musik. “Kalau Gema itu orangnya cerdas menciptakan semuanya kan sering pentas juga, ya gitaris kan ya jadi suaranya bagus.” Dari pernyataan Bu Lala ini lebih menegaskan bahwa Gema memang berbakat di bidang seni musik terutama gitar dan menyanyi. Dari hasil wawancara dengan Bu Lala, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi yang dimiliki Gema itu lebih berasal dari luar diri Gema. Gema lebih termotivasi untuk belajar ketika terdapat reward and punishment. Sedangkan untuk prestasi belajar dalam bidang akademiknya, Gema memang kurang berprestasi. Namun, dalam bidang non akademik, yaitu bidang seni musik Gema memiliki banyak prestasi.

4.1.2.3. Partisipan 3 Wali Kelas 1

Latar Belakang Partisipan 3 Peneliti mewawancarai wali kelas I sebanyak dua kali yaitu pada 24 Juni 2015 pukul 07.30 WIB – 08.30 WIB dan 23 November 2015 pukul 12.30 WIB – 13.00 WIB. Wawancara pertama dilaksanakan di ruang tamu sekolah. Sedangkan pada wawancara ke dua dilakukan di ruang kelas I di SD Perahu. Dalam penelitian ini nama wali kelas I tersebut disamarkan menjadi “Bu Ina”. Bu Ina adalah wali kelas 1 yang dulu pernah mengajar Gema saat duduk di bangku kelas I dan kelas II. Selain itu, beliaulah yang merekomendasikan Gema sebagai objek penelitian ini. Oleh karena itu, Bu Ina adalah partisipan pertama yang diwawancarai oleh peneliti. Sehingga peneliti lebih banyak menggali tentang persepsi beliau mengenai motivasi belajar dan prestasi belajar pada siswa dengan hiperaktivitas. Bu Ina sudah mengajar di SD Perahu ini selama 6 tahun. Menurut beliau, anak berkebutuhan khusus sudah ada sejak dahulu hanya saja dulu beliau tidak tahu sebutan untuk jenis kebutuhan khusus itu apa. Baru sejak SD Perahu ini ditunjuk sebagai rintisan sekolah inklusi, beliau mulai mencari tahu tentang anak kebutuhan khusus dan cara penanganannya. Saat wawancara berlangsung, Bu Ina mengungkapkan persepsinya tentang hiperaktif seperti yang terlihat dari pernyataan beliau. “Hiperaktif biasanya gak mau duduk kan? Ciri khususnya biasanya mereka kan tidak bisa duduk di dalam kelas. ” Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa hal pertama yang terlintas dalam benak Bu Ina saat ditanya tentang hiperaktif adalah anak hiperaktif tidak mau duduk. Hal ini merujuk pada ciri-ciri yang dapat dilihat secara kasat mata saat berada di dalam kelas saat Bu Ina mengajar. Selain itu, merujuk pada pernyataan Bu Ina yang lainnya dalam wawancara diketahui bahwa anak hiperaktif itu banyak bergerak, tidak bisa duduk tenang, dan tidak bisa konsentrasi. Bu Ina mengungkapkan bahwa motivasi siswa dengan hiperaktif ini cenderung naik turun. “Ya, tergantung moodnya dia juga kan, kan emosinya anak hiper ini kan ngga tentu. Kan kalo kira-kira dia udah bosen kan ditinggal mbak ”. Dilihat dari jawaban yang dikemukakan oleh Bu Ina, berarti motivasi ini berkaitan erat dengan mood siswa itu sendiri. Selain itu, Bu Ina juga mengungkapkan tentang prestasi siswa yang paling menonjol di bidang apa. “Olahraga atau seperti menyanyi, pokoknya dengan kegiatan yang dia selalu gunakan activity ”. Bu Ina juga sempat menyebutkan bahwa Gema itu sangat menonjol dalam bidang seni musik. Selain suka bermain gitar dan gamelan, Gema juga suka bernyanyi. Apa yang diungkapkan oleh Bu Ina ini menunjukkan bahwa siswa dengan hiperaktivitas juga dapat berprestasi meskipun bukan dalam bidang akademik. Pokok Permasalahan Bu Ina dulu pernah mengajar Gema saat kelas I dan II SD. Meskipun saat ini Bu Ina tidak lagi mengajar Gema, namun bukan berarti Bu Ina tidak mengetahui perkembangan Gema. Menurut Bu Ina, Gema memang memiliki bakat di dalam seni musik. “Ya, seni trus apa ya kayak kalo keterampilan sih kita kayaknya belum bisa, tapi keseniannya banyak kayak menyanyi itu kami baru lihat kalo kelas-kelas atas .” Pernyataan Bu Ina tersebut merujuk kepada beberapa siswa di kelas atas yang memang sering berprestasi di bidang musik, salah satunya adalah Gema. Bu Ina mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa dengan hiperaktivitas cenderung kurang baik. “Prestasi mereka sebenernya juga sangat buruk ya. Ya kasihan sih sebenarnya, kasian mereka. Tapi kalo memang mereka sudah melalui terapi, itu banyak yang lebih baik. Istilahnya sudah tidak...tidak down banget. Tapi ya sudah paling nggak, dia mengikuti tuh bisa. Tapi ya hanya itu tadi, kalo dia sudah bosen, ya sudah. Jadi, cenderung mereka itu cenderung senengnya, sukanya buru-buru kan .” Berdasarkan dari informasi yang telah diperoleh peneliti selama mewawancarai Bu Ina, dapat diambil kesimpulan bahwa Gema lebih berprestasi dalam bidang non akademik dalam hal ini seni musik dibandingkan dengan bidang akademiknya.

4.1.2.4. Partisipan 4 Guru Pendamping Khusus Sekolah Latar Belakang Partisipan 4

Peneliti mewawancarai GPK Sekolah yang dalam penelitian ini namanya disamarkan sebagai “Bu Ani”. Selama penelitian ini, wawancara dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Sabtu, 5 September 2015. Pada pertemuan pertama ini, wawancara dilakukan pada pukul 10.47 WIB – 10.48 WIB bertempat di SD Perahu. Wawancara berlangsung sangat singkat karena Bu Ani masih memiliki tugas yang harus diselesaikannya. Sehingga peneliti akhirnya menggunakan kesempatan tersebut untuk melihat assessment Gema. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa, 17 November 2015. Wawancara tersebut dilaksanakan pada pukul 09.36 WIB – 09.59 WIB bertempat di SD Payung. Wawancara dilaksanakan di SD Payung dan bukannya di SD Perahu dikarenakan pada hari Senin – Kamis, Bu Ani ditugaskan di SD Payung. Bu Ani sudah lama bergelut menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Jika SD Perahu adalah SD rintisan inklusi, maka SD Payung adalah sekolah khusus bagi anak-anak yang mengalami autis. Bu Ani sempat mengungkapkan bahwa menjadi seorang guru itu harus mampu melihat keseluruhan yang dimiliki siswanya baik kelebihan maupun kekurangannya. Seorang guru tidak boleh hanya melihat satu sisi saja, agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki siswanya. Seorang guru harus mampu membantu siswanya untuk keluar dan menjadi dirinya seutuhnya. Bagi Bu Ani, seorang guru haruslah mampu menginspirasi siswanya dan membesarkan hati siswanya. Pokok Permasalahan Dalam wawancara tersebut, Bu Ani mengungkapkan bahwa motivasi belajar Gema itu lebih besar dari luar dikarenakan motivasi dari dalamnya hanya seputar keinginan Gema dalam bermain gitar dan menyanyi. Bu Ani juga menirukan ucapan Gema, “Saya itu, besok jadi seniman, gak usah belajar. Saya mau nyanyi saja.” Dari ucapan Gema tersebut dan dari apa yang diperhatikan oleh Bu Ani, maka Bu Ani dapat menyimpulkan bahwa untuk motivasi belajar pada Gema itu lebih dikarenakan motivasi dari luar. Selain menjadi pendamping dan penerima bagi semua anak kebutuhan khusus di SD Perahu, Bu Ani juga pernah menjadi guru untuk Gema di kelas V dulunya. Sehingga, Bu Ani memahami Gema dengan baik, baik dari segi psikologisnya maupun dari segi kesehatan Gema. Selain itu, Bu Ani juga mengatakan bahwa Gema memang berprestasi, namun bukan dalam bidang akademik. Karena dalam bidang akademik, prestasi Gema sangat kurang. Bu Ani menyatakan bahwa selama ini Gema mampu menyelesaikan tugas saja itu sudah sangat baik. “Iso ngerjakake sampe selesai ki yo Alhamdullilah, sudah selesai”. Meskipun dalam bidang akademik Gema dapat dikatakan kurang, namun Bu Ani mengatakan bahwa dalam bidang seni Gema sangat menonjol.

4.1.2.5. Partisipan 5 Bapak Latar Belakang Partisipan 5

Peneliti mewawancarai Bapak dari Gema sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 25 November 2015 dan 26 November 2015. Kedua wawancara tersebut dilakukan di ruang tamu kediaman beliau. Pada pertemuan pertama, peneliti berbincang dengan orang tua dari Gema selama 3 jam sejak pukul 12.30 WIB – 15.30 WIB. Sedangkan wawancara dilakukan pada pertemuan kedua yakni sejak pukul 11.00 WIB – 12.00 WIB. Beliau adalah seorang seniman yang bergelut di dalam bidang seni rupa, seni musik dan seni drama. Beliau pernah menempuh pendidikan di salah satu universitas seni di Indonesia selama 20 tahun namun tidak menyelesaikannya karena terbentur dengan idealismenya dalam membuat tugas akhir. Saat ini beliau aktif di sanggar yang didirikannya dan sering pentas di luar kota bahkan di luar negeri. Bagi beliau, keterbukaan dan kedekatan antar anggota keluarga sangatlah penting. Meskipun beliau tidak memiliki waktu yang banyak untuk mendampingi Gema saat belajar, namun ketika ia berada di rumah ia selalu berusaha mengetahui perkembangan Gema dan mendampingi Gema saat belajar. Selain itu, menurut persepsi beliau Gema itu anak yang kreatif dan cerdas. Sejak kecil bakat dan potensi Gema dalam bidang seni musik sudah terlihat jelas. Menurutnya, Gema awalnya menyukai musik ritmis dan setelah itu dia baru mulai belajar musik melodis. Bahkan Gema pernah membuat karyanya sendiri yang pada saat itu direkam dengan alat seadanya. Pokok Permasalahan Motivasi belajar iku nek aku lebih pada keingin…bukan keinginan tapi e…aku lebih suka pada hasilnya. Maksudnya pada hasilnya begini…e…motivasi itu kan sesuatu yang diinginkan, sese…suatu yang dicoba untuk apa ya…diperoleh oleh semua orang untuk…e misale dia pengen apa trus duwe motivasi banjur entuk iki. Motivasi belajar disini kalau menurut saya ya banjur ming absurd. Maksudnya absurd disini ya gini, seperti pertanyaan kamu tadi. Saya punya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI motivasi belajar itu kadang- kadang muncul dari “karena aku pengin iki, kudu isa iki makane aku ngene. Tapi ana sesuatu, ada sesuatu sing lebih penting tapi aku ora sadar kuwi”. Nah, kudu ana sing ngomong, “Eh…kae lho kowe kudu isa ngerti”. Nah… Jika diartikan dalam bahasa Indonesia maka ungkapan beliau berbunyi, “motivasi belajar itu kalau saya lebih pada keinginan...bukan keinginan tetapi e.. lebih pada hasilnya. Maksudnya pada hasilnya begini...e...motivasi itu kan sesuatu yang diinginkan...sesuatu yang dicoba untuk apa ya... diperoleh oleh semua orang untuk…e misalnya dia ingin apa lalu termotivasi baru dapat itu. Motivasi belajar disini kalau menurut saya ya lalu hanya absurd. Maksudnya absurd disini ya begini, seperti pertanyaan kamu tadi. Saya punya motivasi belajar itu terkadang muncul dari „karena aku ingin ini, harus bisa ini makanya aku seperti ini. Tetapi ada sesuatu, ada sesuatu yang lebih penting tetapi aku tida k menyadari hal itu.‟” Dari pernyataan beliau di atas ketika ditanyai tentang motivasi belajar, dapat dilihat bahwa persepsi beliau tentang motivasi belajar adalah sesuatu yang diinginkan untuk diusahakan agar keinginan tersebut dapat terwujud atau tercapai. Motivasi belajar itu berasal dari luar diri dan juga dari dalam diri. Baik dari dalam maupun dari luar, motivasi itu berjalan beriringan. Karena motivasi yang dari luar dapat memicu motivasi dari dalam. Pengalamannya selama ini telah membuatnya memiliki pandangan bahwa berprestasi itu tidak sebatas dalam bidang akademik saja. Prestasi dalam bidang non akademik juga dapat dikatakan sebagai prestasi belajar. Hal ini karena untuk dapat memperoleh hasil terbaik bahkan di bidang seni harus melalui proses belajar yang intens. Beliau percaya bahwa pengetahuan dapat diperoleh dimana saja. Diperlukan kerendahan hati untuk mau belajar dan kepekaan untuk memahami apa yang dipelajari. Beliau berharap bahwa anak- anaknya dapat memahami dan mengerti tidak hanya mengetahui saja. Karena ketika memahami mereka dapat mengaplikannya dalam kehidupan mereka.

4.1.2.6. Partisipan 6 Ibu Latar Belakang Partisipan 6

Peneliti mewawancarai Ibu Gema sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 25 November 2015 dan 26 November 2015. Kedua wawancara tersebut dilakukan di ruang tamu kediaman beliau. Pada pertemuan pertama, peneliti berbincang dengan orang tua Gema selama 3 jam sejak pukul 12.30 WIB – 15.30 WIB. Sedangkan wawancara dilakukan pada pertemuan kedua yakni sejak pukul 12.15 WIB – 12.40 WIB. Tidak berbeda jauh dengan Bapaknya Gema, beliau juga adalah seniman. Hanya saja Ibu Gema adalah seniman tari dan seniman musik. Seringkali ia juga harus meninggalkan Gema ke luar kota atau bahkan ke luar negeri untuk melakukan pentas tari atau musik. Dahulu ia juga mengajar tari di sanggar yang dimilikinya. Namun dua tahun belakangan ini terutama setelah ia menjalani operasi bola matanya, ia sudah tidak lagi mengajar tari. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan diri untuk pertunjukan musik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan mendampingi suaminya yang akan berpentas. Meskipun demikian, ia sangat peduli terhadap perkembangan Gema terutama di dalam bidang akademiknya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakangnya dan keluarga besarnya yang akademisi. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia memaksimalkan waktu yang dimilikinya untuk mendampingi Gema dalam belajar. Pokok Permasalahan Selama ini ia membantu Gema untuk belajar dengan membuat jembatan keledai agar memudahkan dalam mengingat materinya. Namun, saat ini karena keterbatasan penglihatannya beliau hanya dapat mendampingi anaknya belajar dan menjadi teman diskusi bagi anaknya. Oleh karena itu, saat ini beliau menunjuk guru les untuk mengajarkan 3 mata pelajaran pokok ke Gema. Terutama matematika karena Gema kurang menyukai matematika. Menurut beliau kegemaran Gema dalam bidang musik sudah terlihat sejak Gema masih kecil. Meskipun tidak dileskan secara khusus namun Gema mampu menguasai beberapa alat musik bahkan menghasilkan karyanya sendiri. Selain berprestasi di bidang seni, menurut beliau Gema juga berprestasi di bidang akademik. Hal ini terlihat dari peringkat Gema yang selalu masuk lima besar sejak kelas I SD hingga sekarang.

4.2. Pembahasan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Profesionalitas Guru Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajara

0 2 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Profesionalitas Guru Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

0 4 13

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar Siswa.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKU

0 0 18

PERSEPSI SISWA MENGENAI KEPRIBADIAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PERSEPSI SISWA MENGENAI KEPRIBADIAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/

0 1 16

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma Muhammadiyah 1 Sura

0 0 17

Hubungan antara motivasi belajar dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar.

0 1 145

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

0 0 71

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 186

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 118