1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu matematika merupakan suatu ilmu yang universal yang diajarkan di semua jenjang pendidikan. Matematika merupakan suatu
pengetahuan yang dipelajari di sekolah secara formal, tetapi matematika memiliki manfaat yang sangat luas. Manfaatnya juga dapat dirasakan oleh
masyarakat dari berbagai kalangan. Mengingat manfaatnya yang luas, dalam belajar matematika siswa diharapkan tidak hanya tahu, tetapi harus
paham. Herman 1977: 273, berpendapat bahwa belajar dan mengetahui
merupakan proses yang saling berkaitan untuk mencapai suatu hasil. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, belajar adalah kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Menurut Sudirman 1987: 141, metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini merupakan aplikasi prinsip pengajaran modern, prinsip atau
disebut juga asas “aktivitas” dalam mengajar, yaitu guru dalam mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan
sehubungan dengan apa yang dipelajari. Dengan kata lain mengerjakan tugas merupakan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tahap
pemahaman. Berkaitan dengan itu, Sardiman 2008 : 43, berpendapat bahwa memahami maksudnya menangkap makna dari pengalaman belajar
yang sudah dilalui, dengan begitu pemahaman adalah tujuan akhir dari kegiatan belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang
sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa pemahaman, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan
bermakna. Dari pendapat Sardiman tersebut dapat terlihat kaitan antara pengalaman belajar dengan pemahaman siswa.
Untuk mencapai itu semua motivasi dalam diri siswa sangat diperlukan. Sardiman 2008: 77, berpendapat bahwa motivasi tidak
pernah dikatakan baik jika tujuan yang dicapai juga tidak baik. Sebagai contoh adalah seorang anak yang belajar dengan giat karena takut akan
hukuman. Faktor-faktor yang kurang baik itu jika dilibatkan ke dalam situasi belajar maka akan menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang
efektif dan hasilnya hanya bertahan sementara. Menurut Sardiman 2008, banyak siswa belajar dengan motif mendapatkan nilai yang baik. Nilai-
nilai yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Berkaitan dengan itu Morgan dalam Sardiman 2008: 79, berpendapat
bahwa suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, jika disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi
seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila usaha belajar itu tidak dihiraukan orang lainguru atau orang tua, maka kegiatan anak
menjadi berkurang. Berdasarkan
observasi, peneliti
sering menjumpai
siswa mengalami kebingungan ketika dihadapkan dengan soal yang bervariasi.
Variasi soal sering dihadapi siswa ketika ulangan harian dan banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikannya. Hal seperti ini biasanya
disebabkan karena siswa kurang berpengalaman dalam mengerjakan soal- soal, dapat juga dikatakan bahwa siswa kurang latihan soal. Latihan soal
seringkali diberikan oleh guru berupa tugas-tugas. Penugasan dapat berupa tugas individu, tugas kelompok, atau tugas rumah. Namun berdasarkan
observasi peneliti, sebagian besar guru belum menyampaikan secara jelas tujuan tugas yang diberikan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti, siswa cenderung pasif menghadapi tugas ketika guru tidak memberikan timbal balik, timbal balik disini dapat diartikan sebagai
apresiasi yang diberikan guru kepada siswa yaitu berupa penilaian. Ketika pembahasan soal dan diberikan kesempatan bagi siswa untuk menuliskan
hasil pekerjaannya di papan tulis, hanya siswa tertentu yang selalu aktif yang lainnya hanya menunggu. Selain itu, guru tidak memberikan
apresiasi kepada siswa sebagai penghargaan atas usaha siswa. Menurut Keller 1990 dalam Made Wena 2009: 34,
mengklasifikasikan motivasi belajar menjadi empat komponen yaitu perhatian attention, relevansi relevanvce, keyakinan confidence, dan
kepuasan satisfaction. Tetapi berdasarkan observasi di kelas VII Erlangga SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, empat variabel tersebut masih
kurang terlihat dalam pembelajaran. Ketika diberikan pertanyaan spontan kepada siswa, siswa hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan yang
diajukan sedangkan jika diberikan kesempatan untuk bertanya siswa tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertanya. Memberikan pertanyaan merupakan salah satu cara guru untuk melihat sejauh mana perhatian siswa terhadap pembelajaran. Jika siswa
tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan bahkan tidak mau bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, ini merupakan satu
indikasi bahwa siswa tidak tertarik dengan pembelajaran yang diberikan atau perhatian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung rendah.
Kelas VII Erlangga memiliki keberagaman kemampuan siswa yang sangat mencolok, seharusnya diperlukan perhatian khusus terhadap siswa yang
memiliki kemampuan rendah, tetapi guru cenderung berpatokan kepada siswa yang memiliki kemampuan menengah keatas. Perbedaan perlakuan
guru ini membuat jarak yang sangat terlihat antara siswa yang memiliki kemampuan rendah dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Hal
tersebut membuat terpenuhinya kebutuhan siswa secara tidak merata. Selain itu, ketika diberikan tugas kelompok, beberapa siswa tampak
mendominasi dan yang lainnya hanya menyalin pekerjaan. Hal lain yang sangat terlihat adalah siswa disiplin mengerjakan tugas hanya apabila guru
yang memberikan tugas secara langsung dikarenakan siswa merasa takut dengan guru. Motivasi yang timbul dalam diri siswa merupakan motivasi
negatif yang hanya bertahan sementara. Selanjutnya keempat komponen yang dikemukakan Keller dikembangkan menjadi suatu model
pembelajaran motivasional yang dikenal dengan ARCS Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction.
Berdasarkan permasalahan yang ada di kelas VII Erlangga SMP Stella Duce metode penugasan yang diiringi dengan pengembangan
motivasi belajar siswa cocok diberikan dalam pembelajaran siswa kelas VII Erlangga SMP Stella Duce Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan metode
penugasan dengan
model pembelajaran
motivasional ARCS.
B. Rumusan Masalah