Aspek-Aspek Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis

6 aspek yang saling berkaitan Ryff Keyes 1995. Dalam penggunaannya, PWBS dapat diterapkan pada orang dewasa dari segala usia baik laki-laki maupun perempuan Ryff, 1989. Sebelum kemunculan PWBS, banyak jenis-jenis inventori kepribadian yang mengukur kesejahteraan psikologis, seperti Affect Balance Scale ABS, The Life Satisfaction Index LSI, The Self Esteem Scale SE, The Revised Philadelphia Geriatric Center Moral Scale MS, Locus of Control Scale LEVP, LEVI, LEVC, serta The Self-Rating Depression Scale SDS. Akan tetapi, beberapa skala psikologis tersebut tidak menggambarkan kebahagiaan seperti yang dimaksud oleh perspektif eudaimonia. PWBS merupakan jenis inventori kepribadian dengan instrumen berupa self-report items atau item pelaporan-diri. Subjek dituntut melaporkan atau mengungkapkan keadaan dirinya, dan harus memberikan jawaban sejujur mungkin dengan cara menuliskan pada lembar kerja atau lembar jawab. Berdasarkan format item dan bentuk skala, PWBS merupakan suatu skala Likert dengan format item berupa pernyataan atau kalimat yang dilengkapi dengan skala penilaian yang berisi enam pilihan jawaban. Enam pilihan jawaban tersebut terdiri dari STS Sangat Tidak Setuju, TS Tidak Setuju, ATS Agak Tidak Setuju, AS Agak Setuju, S Setuju, dan SS Sangat Setuju. Keenam pilihan jawaban tersebut memiliki penilaian yang berbeda pada dua tipe item yakni favorable dan unfavorable. Pada item favorable, STS bernilai 1, TS bernilai 2, ATS bernilai 3, AS bernilai 4, S bernilai 5, dan SS bernilai 6. Sedangkan pada item unfavorable, berlaku sebaliknya dimana STS bernilai 6, TS bernilai 5, ATS bernilai 4, AS bernilai 3, S bernilai 2, dan SS bernilai 1 Ryff, 1989; Ryff Keyes 1995. Setelah didapatkan skor dari masing-masing item, PWBS kemudian diinterpretasikan dengan cara melihat skot total PWBS. Skor total PWBS kemudian dibagi dalam enam sub skala tersebut. Akan tetapi PWBS tidak memiliki norma yang baku mengenai tinggi rendahnya skor yang didapatkan subjek, sehingga PWBS menggunakan analisis distribusi data yang dimiliki sebagai patokan apakah skor yang didapatkan subjek tinggi ataukah rendah. Penggunaan distribusi dapat menggunakan dua cara yakni menggunakan kuartil maupun menggunakan standar deviasi. Pada awalnya PWBS terdiri dari 120 item dengan 20 item pada tiap aspeknya Ryff, 1989. Kemudian PWBS memiliki 3 versi alternatif lain yaitu 84 item dengan 14 item per aspek, 54 item dengan 9 item per aspek, dan 18 item dengan 3 item per aspek Ryff, 2013; Ryff Keyes 1995. PWBS memiliki kualitas psikometrik yang baik, khususnya dalam versi 84 item dengan 14 item per aspek. Hal tersebut terlihat dari nilai reliabilitasnya, yakni 0,91 pada penerimaan diri self-acceptance, 0,88 pada hubungan positif dengan orang lain positive relations with others, 0,83 pada otonomi autonomy, 0,86 pada penguasaan lingkungan environmental mastery, 0,88 pada tujuan hidup purpose in life, dan 0,85 pada pertumbuhan pribadi personal growth.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

Taraf kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh banyak faktor, namun peneliti hanya fokus pada faktor-faktor demografis karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri dengan mempertimbangkan perbedaaan dalam hal sejumlah faktor demografis, meliputi: a. Jenis kelamin Jenis kelamin dalam bahasa inggris : sex adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara pria dan wanita dengan perbedaan yang menyolok pada perbedaan anatomi tentang sistem reproduksi dari pria dan wanita Dayakishi Yuniardi, dalam Damayanti Harti, 2013. Ryff dan Singer dalam Tenggara, dkk, 2008, mengungkap bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap adanya perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis. Faktor ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Dari keseluruhan perbandingan usia usia 25-39; usia 40-59; usia 60-74, wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria. Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Ryff; Ryff Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008. Pada dasarnya jenis kelamin dibagi menjadi 2 laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini jenis kelamin didapatkan dari pengakuan masing-masing subjek. Jenis kelamin laki-laki diberi angka 1 dan jenis kelamin perempuan diberi angka 2.

b. Usia

Ryff dan Singer dalam Tenggara, dkk, 2008 menemukan bahwa kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh faktor usia. Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Ryff; Ryff Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008, penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan pertambahan usia usia 25-39; usia 40-59; usia 60- 74. Sedangkan tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi secara jelas menunjukkan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, aspek penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan usia. Dalam penelitian ini usia dianalisis beradasarkan usia masing-masing subjek yang tertulis pada kolom identitas diri yang sudah tersedia pada skala. c. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah lamanya tahun yang diikuti dalam pendidikan formal, baik dari sekolah negeri, swasta, maupun sekolah keagamaan yang sederajat Pradono, J dan Sulistyowati, 2014. Menurut Ryff dan Singer dalam Tenggara, dkk, 2008 tingkat pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian Wisconsin Longitudinal Study WLS pada tahun 1957 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang Ryff dan Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008. Tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengaman misalnya: uang, ilmu, dan keahlian dalam menghadapi masalah, tekanan dan tantangan. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dihitung dengan jumlah tahun normatif dalam menempuh pendidikan sekolah. Misalnya SD 6 tahun, SMP 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI