Guru PNS Status Kepegawaian Guru

subjective well-being yang dalam pengukurannya mencakup dua elemen yaitu afektif keberadaan afek positif dan ketidakberadaan afek negatif dan kognitif kepuasan hidup secara global Lucas, Diener Suh, dalam Carmelo, dkk, 2009. Kesejahteraan subjektif ini memiliki tujuan untuk mengejar kebahagiaan dan kesenangan. Sedangkan, pandangan eudaimonis tentang kesejahteraan menekankan pada usaha untuk menjadi unggul dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki Ryan, Huta Deci, 2008. Perspektif eudaimonis menjadi dasar konsep kesejahteraan psikologis psychological well-being. Penelitian ini akan fokus pada kesejahteraan psikologis psychological well-being sebagaimana dirumuskan oleh Ryff 1989 sebagai konstruk atau variabel pokok. Ryff 1998, 1995 mendefinisikan kesejahteraan merupakan pengembangan dari potensi yang sesungguhnya ada pada diri seseorang. Dalam hal ini, kebahagiaan atau kesejahteraan psikologis psychological well-being bukanlah tujuan utama yang ingin dicapai seseorang, akan tetapi merupakan hasil atas kehidupan yang baik dengan mengembangkan potensi yang ada Ryff Keyes, 1995; Ryff Singer, 1998. Kesejahteraan psikologis adalah gabungan dari teori Maslow tentang aktualisasi diri self actualization, teori Rogers tentang orang yang berfungsi secara penuh fully functioning person, teori Allport tentang konsep kedewasaan maturity, teori Jung tentang individuasi individuation, teori Jahoda tentang kesehatan mental, dan teori Erikson tentang tugas perkembangan Ryff dikutip oleh Sugianto, 2000; Ryff Keyes, 1995. Pengertian kesejahteraan psikologis yang didasarkan pada konsep-konsep tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bukanlah sekedar bebas dari sakit tapi kondisi dimana individu mampu merealisasikan potensi dirinya secara berkesinambungan, mampu menerima diri apa adanya, mampu menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki arti hidup, serta mampu mengontrol lingkungan Ryff Singer, dalam Tenggara, dkk, 2008. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya kesejahteraan psikologis adalah bagaimana seseorang menjalani kehidupannya secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu berkaitan erat dengan bagaimana cara individu menerima diri, berhubungan dengan orang lain, menguasai lingkungan, memiliki tujuan dalam hidup, pertumbuhan pribadi, serta otonomi.

2. Aspek-Aspek Kesejahteraan Psikologis

Aspek-aspek kesejahteraan psikologis mengacu pada teori Ryff dalam Tenggara, dkk, 2008 meliputi 6 aspek, yaitu : a. Penerimaan Diri Self-Acceptance Penerimaan diri self-acceptance merupakan sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis. Penerimaan diri merupakan inti dari kondisi well-being yang dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan serta penerimaan terhadap diri dan kehidupan yang sudah dilewatinya. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek ini menunjukkan adanya sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya saat ini. b. Hubungan Positif dengan Orang Lain Positive Relations with Others Hubungan positif dengan orang lain positive relations with others dapat dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain, mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai secara mendalam dan bersahabat. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu mempunyai hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu melakukan empati yang kuat, afeksi, dan hubungan yang bersifat timbal balik. Skor rendah menunjukkan bahwa individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling percaya dengan orang lain, kurang terbuka dan kurang memperhatikan orang lain, merasa terasing, dan frustrasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk mempertahankan suatu hubungan yang penting dengan orang lain. c. Otonomi Autonomy Otonomi menekankan pada kemampuan individu untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan mengatur tingkah laku. Individu dengan skor tinggi menunjukkan kemampuan mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bergantung pada penilaian orang lain dalam membuat keputusan, serta menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku. d. Penguasaan Lingkungan Environmental Mastery Penguasaan lingkungan adalah kemampuan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kedewasaan seseorang khususnya kemampuan seseorang untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks melalui aktivitas mental dan fisik. Dalam aspek penguasaan lingkungan, skor tinggi menunjukkan kemampuan mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu memilih atau menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai- nilai pribadi. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari, merasa tidak mampu mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar, tidak waspada akan kesempatan- kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar. e. Tujuan Hidup Purpose in Life Tujuan hidup dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menunjukkan individu yang mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti dalam hidup dimasa kini dan masa lampau. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah hidup, memiliki cita-cita yang tidak jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lampau. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI