Statistik Deskriptif Data Penelitian

sebagai alternatif pengganti analisis One Way ANOVA jika data tidak terdistribusi secara normal. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis yang dilihat berdasarkan status pernikahan belum menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak chi-square= 0,348, p= 0,987.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa guru honorer sekolah negeri di Kabupeten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Selanjutnya, hasil analisis data membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer yang dilihat berdasarkan faktor-faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan terbukti tidak berbeda dan tidak berhubungan secara signifikan. Guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Hal ini berarti guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Maka, meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah masih ada guru honorer yang merasa sejahtera. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil analisis terhadap perbedaan kesejahteraan psikologis ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru honorer yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Ryff dan Singer dalam Tenggara, dkk, 2008 yang mengungkap bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap adanya perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis secara signifikan pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Ryff dan Singer dalam Tenggara, dkk, 2008 mengatakan bahwa wanita menunjukkan angka kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada pria. Sementara keempat aspek kesejahteraan psikologis lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Meskipun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hutapea Bonar 2011 yang meneliti psychological well-being ditinjau dari jenis kelamin dan menemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan di antara perempuan dan laki-laki. Salah satu alasan yang mungkin bahwa psychological well-being lebih rendah pada perempuan dalam hal penguasaan terhadap lingkungan, pertumbuhan pribadi, dan relasi yang positif dengan orang lain, namun sebaliknya terkait tujuan dalam hidup dan penerimaan diri. Hal tersebut membuktikan bahwa beberapa penelitian yang ada, melihat perbedaan kesejahteraan psikologis antara laki-laki dan perempuan berdasarkan masing-masing aspek kesejahteraan psikologis. Sedangkan, jika dilihat secara keseluruhan gabungan dari keenam aspek kesejahteraan