Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2013 yang menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah menunjukkan skor yang lebih tinggi pada dimensi otonomi dan pertumbuhan pribadi dibandingkan dengan perempuan yang menikah. Sementara itu, Ryff, 1989 menyatakan bahwa pernikahan menjadi prediktor yang baik terhadap penerimaan diri dan tujuan hidup. Shapiro dan Keyes dalam Ryff, 2013 menemukan bahwa perempuan yang bercerai dan tidak menikah menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah dibanding perempuan yang menikah. Kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh subjek yang menikah dan memiliki anak juga sesuai dengan temuan Lianawati, 2008 yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis berdasarkan jumlah anak pada kelompok suami maupun istri. Ditemukan pula bahwa kelompok pasutri yang tidak atau belum memiliki anak juga memiliki kesejahteraan psikologis tinggi. Barangkali tidak memiliki anak justru memberi lebih banyak waktu luang bagi para pasutri untuk lebih otonom dan mampu menangani aktivitas tanpa perlu dipusingkan oleh urusan anak.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul dan dieksplorasi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul adalah tinggi M=191,74 M=150; p=0,000. Ini berarti guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. 2. Tidak ada perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara guru honorer laki-laki dengan guru honorer perempuan Z= -1.710, p= 0,087. 3. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan usia r=-0,044, p= 0,546. 4. Tidak ada hubungan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dengan tingkat pendidikan r= -0,043, p= 0,554. 5. Tidak ada perbedaaan tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer dilihat berdasarkan status pernikahan belum menikah, menikah tanpa anak, menikah 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan memiliki 1 anak, menikah dengan memiliki 2 anak, serta menikah dengan memiliki lebih dari 2 anak chi-square= 0,348, p= 0,987.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul memiliki keterbatasan penelitian yakni pengambilan sampel yang hanya menggunakan 13 Kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul yang mengakibatkan tidak semua sampel guru honorer sekolah negeri yang tersebar pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul terlibat dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini anggota sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya sehingga mengakibatkan proporsi antara laki-laki dan perempuan, proporsi tingkatan usia, proporsi tingkat pendidikan SMA, D3, S1, S2, serta proporsi status pernikahan tidak seimbang. Terkait dengan analisis variabel dependen kesejahteraan psikologis, dalam penelitian ini dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris sehingga dalam menganalisis dan melihat hasil kesejahteraan psikologis dilihat secara keseluruhan tanpa menguraikan satu per satu aspek kesejahteraan psikologis. Meskipun merupakan skala multidimensional, akan tetapi aspek- aspeknya saling berkorelasi sehingga dalam penggunaannya tidak terpisah-pisah antar aspeknya, tetapi sebagai 6 aspek yang saling berkaitan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, serta keterbatasan dari penelitian tentang kesejahteraan psikologis guru honorer yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran: 1. Bagi guru honorer sekolah negeri di Kabupaten Bantul Meskipun jaminan kesejahteraan guru honorer jauh lebih rendah, akan tetapi guru honorer diharapkan tetap menjalani kehidupan secara berkualitas dengan mengembangkan potensi yang dimiliki dan memiliki penilaian positif terhadap segala kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. 2. Pemerintah Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis guru honorer sekolah negeri tergolong tinggi, tetapi pemerintah diharapkan untuk mempertimbangkan kesejahteraan yang mengacu pada perasaan adil terhadap kesesuaian imbalan yang diterima atas kinerja yang dilakukan oleh guru honorer. 3. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan topik kesejahteraan psikologis guru honorer, maka penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Peneliti lain yang tertarik dengan fenomena kesejahteraan psikologis guru honorer bisa menghubungkan kesejahteraan psikologis guru honorer dengan variabel-variabel lain. Selain itu dari segi subjek, bisa menggunakan subjek guru honorer yang ada di sekolah swasta dengan memperhatikan proporsi faktor demografis guru honorer. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ACUAN Carmelo, V., Gonzalo, H., dkk. 2009. Psychological well-being and health. Contributions of positive psychology. Journal of Clinical and Health Psychology. Vol. 5, 15-27. Damayanti, N., Harti 2013. Perbedaan jenis kelamin terhadap minat berwirausaha mahasiswa jurusan pendidikan ekonomi universitas negeri Surabaya. Jurnal Unesa. Depdiknas. 2004. Draft Naskah Akademik Sertifikasi Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti. Dikdas. 2016. Data dan Informasi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul Tahun 2016. Bantul: Dinas Pendidikan Dasar. Djiwandono, S. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Duwi, P. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi Offset. Epita, D., N Utoyo, S., D. 2013. Hubungan antara psychological well-being dan kepuasan kerja pada pns organisasi pemerintahan di Yogyakarta. Jurnal Universitas Indonesia. Fanani, Z., Aji, B. 2012. Gaji Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu. Kedaulatan Rakyat. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari http:www.Gaji Sebulan Hanya Cukup Dimakan Seminggu - Kedaulatan Rakyat Online Yogyakarta.htm. Guru, Agen Perubahan Bangsa. 2015. Kompas tanggal 24 November, 2015. Hutapea, Bonar. 2011. Emotional intelegence and psychological well-being pada manusia lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di jakarta. Jurnal Insan, Vol. 132. Ichwan. 2010. Kenaikan Gaji PNS Tinggal Menunggu PP. Diambil tanggal 12 Mei. 2015, dari https:ichwan15788.wordpress.com20100108kenaikan- gaji-pns-tinggal-menunggu-pp . Iriani, F., Ninawati. 2005. Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa muda ditinjau dari pola attachment. Jurnal Psikologi, Vol. 31. Kahneman, D., E. Diener., N. Schwarz. 1999. Well-being: the foundations of hedonic psychology. Russel sage Foundation. New York. Lianawati, E. 2008. Kesejahteraan psikologis istri ditinjau dari sikap peran gender pada pasutri muslim. Jurnal Psikologi, Vol.21. 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mansyurpribadi. 2009. Perlindungan hukum bagi guru. Diambil tanggal 17 Oktober, 2015, dari http:mansyurpribadi.blogspot.com200912perlindungan-hukum-bagi- guru.html. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurlailiwangi, E., Coralia, F., dkk. 2013. Studi mengenai kesejahteraan psikologis lansia di balai perlindungan sosial tresna werdha BPSTW ciparay bandung. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. X1, 1-6. Padmawati 2010. Kajian yuridis status hukum tenaga guru honorer pemerintah kota surakarta pada dinas pendidikan pemuda dan olahraga kota surakarta menurut undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Pradono, J., Sulistyowati, N. 2014. Hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dengan status kesehatan. Studi korelasi pada penduduk umur 10-24 tahun di Jakarta pusat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 171, 89-95. Putri, A., Suryadi, D. 2007. Gambaran kesejahteraan psikologis selebriti menjelang masa lanjut usia: studi pada penyanyi wanita era 60-an. Arkhe, No. 2, 101-112. Rachmawati, F., Nashori, F. 2013. Koping religius dan kebahagiaan psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologika, Vol. 182. Rajawane, I., Chairani, L. Hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada lanjut usia. Jurnal Psikologi, Hal. 47-60. Rimang, S. 2011. Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung: Alfabeta. Rusdiana, D., Fahmi, F. 2015. Upah Guru Honorer Akan Sesuai UMK Dapat Tunjangan Juga. Harian Terbit. Diambil tanggal 20 Maret, 2015, dari http:harianterbit.comhanterhumanioraread2015011616476040Upa h-Guru-Honorer-Akan-Sesuai-UMK-Dapat-Tunjangan-Juga. Ryan, R.M., Huta, V., Deci, E.L. 2008. Living well: a self-determination theory perspective on eudaimonia. Journal of Happiness Studies, 9, 139- 170. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI