Teknik Pengendalian Kualitas KAJIAN PUSTAKA
18 b. Rata-rata jumlah cacat dari sampel c
= c
penelitian sampel
Jumlah sampel
semua cacat
total Jumlah
c. Batas pengendali untuk grafik c dengan batas 3 sigma adalah: Batas Pengendali Atas UCL
=
d
S c
3 +
Garis tengah CL = c
Batas Pengendali Bawah LCL =
d
S c
3 −
Keterangan: c = Rata-rata jumlah cacat yang sebenarnya dalam proses
d
S = Standar deviasi dari c standar deviasi dengan distribusi poisson
b. Grafik pengendali untuk data variabel
Grafik pengendali ini dibuat berdasarkan karakteristik mutu yang diukur secara sebenarnya, misalnya dimensi, bobot berat, volume, dan
lain-lain, maka karakteristik itu dapat dinyatakan oleh peubah-peubah variabel. Menurut Montgomery 1990:204-214, jenis-jenis grafik
pengendali untuk data variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Grafik Pengendali R
Grafik ini digunakan untuk menunjukkan variabilitas dari kualitas produk dalam proses tertentu. Nilai-nilai yang dipergunakan
dalam menggunakan grafik R adalah: a. Range masing-masing sampel R
b. Rata-rata dari range suatu sampel R
n R
R =
19 Keterangan:
R = Rentang sampel R = R
max—
R
min
n = Banyaknya sampel c. Batas pengendali untuk grafik R dengan batas 3 sigma adalah:
Batas Pengendali Atas UCL =
4
.D R
Garis Tengah CL = R
Batas Pengendali Bawah LCL = R .D
3
Dengan nilai dari konstanta D
4
dan D
3
terdapat pada tabel faktor guna membentuk grafik pengendalian variabel.
2. Grafik pengendali X Nilai-nilai yang dipergunakan untuk grafik pengendali X adalah:
a. Rata-rata masing-masing sampel X , yang dihitung dengan
n X
X = Keterangan:
X = Nilai masing-masing unsur dalam suatu sampel n = Banyak sampel
b. Rata-rata dari masing-masing sampel, X
n X
X = Keterangan:
X = nilai masing-masing unsur dalam suatu sampel n
= banyak sampel c. Batas pengendali untuk grafik X dengan batas 3 sigma adalah:
Batas Pengendali Atas UCL =
R A
X
2
+ Garis Tengah CL
= X
20 Batas Pengendali Bawah LCL
= R
A X
2
− Dengan nilai dari konstanta A
2
terdapat pada tabel faktor guna membentuk grafik pengendalian variabel.
2. Metode Diagram Pareto
Menurut Dorothea Wahyu Ariani 2004:19, diagram Pareto merupakan suatu gambar untuk mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke
kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan paling penting untuk segera
diselesaiakan sampai masalah yang tidak harus diselesaikan. Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang
mempengaruhi usaha perbaikan kualitas. Proses penyusunan diagram Pareto meliputi 6 enam langkah, yaitu:
a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan lain-lain. b.
Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit,
dan sebagianya. c.
Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari
yang terbesar hingga terkecil. e.
Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
21 f.
Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang
penting untuk mendapat perhatian. 3.
Diagram Sebab-Akibat Diagram Fish Bone Menurut Dorothea Wahyu Ariani 2004:24, diagram Fish Bone
atau diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara karakteristik dan faktor penyebab. Dalam diagram fish bone akibat atau masalah
ditaruh di sebelah kanan dan penyebab utama di sebelah kiri. Diagram tersebut digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk
selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebab. Penyebab masalah ini dapat
berasal dari berbagai sumber utama, misalnya tenaga kerja, metode kerja, bahan, mesin, kebijakan, prosedur, dan karyawan pada lingkungan
dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber-sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail.
Manfaat diagram sebab-akibat antara lain: a.
Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan
sumber daya, dan dapat mengurangi biaya. b.
Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan.
c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan.
22 d.
Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.
Gambar:2.3. Diagram Fish Bone