Antioksidan primer disebut juga sebagai antioksidan enzimatis. Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase, katlase, dan glutation peroksidase.
Enzim-enzim ini menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai polimerisasi, dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil.
Antioksidan kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidant Winarsi, 2007. Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus tau non
enzimatis. Cara kerja sistem antioksidan non-enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas. Akibatnya, radikal bebas
tidak bereaksi dengan komponen seluler. Contoh antioksidan sekunder: vitamin C, vitamin E, flavonoid, asam urat, bilirubin dan albumin Lampe, 1999.
Antioksidan tersier contohnya enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase yang berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal
bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double strand, baik gugus basa maupun non-basa. Perbaikan
kerusakan basa dalam DNA yang diinduksi oleh senyawa oksigen reaktif terjadi melalui perbaikan jalur eksisi basa. Pada umumnya, eksisi basa terjadi dengan
memusnahkan basa yang rusak yang dilakukan oleh DNA glikosilase Winarsi, 2007.
F. Penetapan Karakter Ekstrak
Penetapan karakter ekstrak merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui kualitas dari eksrak yang dibuat hingga kandungan senyawa yag
terkandung dalam ekstrak. Menurut literatur, tumbuhan sisik naga mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus
hidroksi yang tidak tersubstitusi atau tersubstitusi suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,
butanol, aseton, etil asetat, dimetilsulfoksida, dimetilformamid dan air Markham, 1988. Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid karena
adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya Cuvelier, Richard dan Besset, 1992.
Karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol, dilakukan dengan tujuan
untuk menjamin keseragaman mutu simplisia agar memenuhi persyaratan standar simplisia dan ekstrak. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
karakteristik simplisia, diantaranya adalah bahan baku simplisia, cara pembuatan dan penyimpanan simplisia. Selain itu pemeriksaan ini juga menentukan jumlah
cemaran dan pengotor yang terkandung pada simplisia Febriani, Mulyanti dan Rismawati, 2015
G. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir.
Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka teknik ini disebut kromatografi penjerapan adsorbtion chromatography, sementara bila berupa zat cair maka
disebut dengan kromatografi pembagian partition chromatography Harmita, 2006.
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan atas penjerapan, partisi atau gabungannya. Metode ini digunakan untuk
pemisahan senyawa dengan cepat dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk harus yang dilapiskan secara merata pada lempeng kaca Harmita, 2006; Depkes
RI, 1979. Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam maka semakin baik
kinerja KLT dalam hal efisiesi dan resolusinya. Penjerap yang sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa. Mekanisme sorbsi yang utama yaitu partisi dan
adsorbsi Gandjar dan Rohman, 2007. Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana adalah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua
pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak, antara lain:
a. Fase gerak harus memiliki kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif b.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan
c. Untuk pemisihan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf
d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran
pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu Gandjar dan Rohman, 2007.
H. Metode Uji Antioksidan