Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak

melarutkan senyawa yang lebih polar, dalam simplisia bahan alam dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang lebih non polar sehingga ekstraksi akan lebih efisien dalam menyari senyawa alam yang diinginkan Heinrich, et al., 2012. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan 3 pelarut yaitu diklorometan, etil asetat dan metanol. Jika dilihat dari kepolarannya, urutan proses pengambilan senyawa kimia berawal dari senyawa non polar –polar dengan teori like dissolve like dimana pelarut polar cenderung akan mengambil senyawa polar, demikian juga dengan pelarut non polar. Tujuan digunakan 3 pelarut yaitu supaya senyawa pada ekstrak tumbuhan sisik naga dapat terambil dengan optimal. Menurut Reichardt dan Welton 2011, diklorometan merupakan pelarut atau penyari yang bersifat non polar, etil asetat semi polar dan metanol cenderung dapat mengambil senyawa-senyawa polar. Jika dilihat dari rendemen yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa sisik naga mempunyai kandungan senyawa kimia bersifat polar yang lebih dominan. Tabel II. Data Rendemen Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat dan Metanol. Nama ekstrak Cawan kosong Cawan + isi Berat ekstrak Rendemen Diklorometan 56,2379 g 74,7981 g 18,5602 g 3,71204 Etil asetat 51,8946 g 57,2253 g 5,3307 g 1,06614 Metanol 56,5946 g 117,2851 g 60,6905 g 12,1381

F. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak

Uji karakterisasi simplisia dan ektstrak bertujuan untuk memastikan bahwa simplisia dan ekstrak yang digunakan oleh peneliti memenuhi standar mutu dan kualitas yang telah ditentukan. Hal ini penting dilakukan apalagi jika simplisia yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Prosedur uji karakterisasi simplisia dan ekstrak ini mengacu pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Uji yang dilakukan meliputi: 1. Uji kadar abu total Tujuan dari uji kadar abu total adalah untuk melihat gambaran kandungan mineral internal dan eksternal berupa senyawa organik dan anorganik yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak Depkes RI, 2000. Penetapan kadar abu dilakukan dengan memijarkan serbuk dan ekstrak menggunakan tanur. Serbuk atau ekstrak diletakan pada krus platina yang tahan terhadap temperatur tinggi kemudian dipijarkan hingga menjadi abu. Pemijaran dengan temperatur tinggi bertujuan untuk mendetruksi senyawa organik yang mengandung karbon sehingga akan menguap dan tertinggal hanya bahan anoranik baik yang logam maupun non logam. Tabel III. Data Kadar Abu Total. Replikasi Kadar abu total Serbuk Ekstrak diklorometan Ekstrak etil asetat Ekstrak metanol 1 6,7394 b b 2,8661 b b 4,1110 b b 3,2546 b b 2 5,5806 b b 3,0865 b b 2,9093 b b 3,0727 b b 3 4,6422 b b 2,9582 b b 2,7238 b b 3,0163 b b Kadar abu total simplisia menurut Materia Medika Indonesia jilid V tidak boleh lebih dari 8, jika dilihat dari tabel III data pengujian kadar abu total yang didapatkan peneliti, dapat dikatakan bahwa simplisia yang dibuat oleh peneliti telah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh MMI jilid V. 2. Uji kadar abu tidak larut asam Uji ini bertujuan untuk mengetahui jumlah abu yang diperoleh dari faktor eksternal, berasal dari pengotor yang berasal dari pasir atau tanah silikat Depkes RI, 2000. Uji penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan dengan cara mendidihkan abu simplisia dan ekstrak hasil penetapan kadar abu total dengan asam Klorida encer P dengan tujuan untuk melarutkan bahan anorganik logam yang terlarut dalam asam kuat, sehingga yang tersisa adalah bahan anorganik non logam. Tabel IV. Data Pengujian Kadar Abu Tidak Larut Asam. Replikasi Kadar abu tidak larut asam Serbuk Ekstrak diklorometan Ekstrak etil asetat Ekstrak metanol 1 0,4079 b b 0,2338 b b 0,9529 b b 0,4 b b 2 0,6122 b b 0,4109 b b 0,7415 b b 0,389 b b 3 0,4941 b b 0,1671 b b 0,7821 b b 0,3501 b b Jika dilihat dari data uji kadar abu tidak larut asam yang diperoleh peneliti pada tabel IV kemudian dibandingkan dengan literatur yang telah ditetapkan oleh Materia Medika Indonesia jilid V yaitu tidak lebih dari 4,5 , dapat dikatakan bahwa simplisia telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh MMI jilid V. 3. Uji kadar sari larut air Uji kadar sari larut air bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang dapat tersari degan pelarut air dari suatu simplisia dan ekstrak Depkes RI, 2000. Air yang digunakan pada uji ini adalah air-kloroform. Kloroform ditambahkan dalam pelarut untuk mencegah terjadinya pembusukan zat selama maserasi karena air sangat berpotensi menjadi tempat tumbuh bagi mikroba yang dapat menyebabkan pembusukan. Dalam penetapan kadar sari larut air, sejumlah simplisia dan ekstrak disari dengan pelarut air-kloroform. Proses maserasi ini bertujuan agar senyawa dalam simplisia dan ekstrak dapat tereksitasi ke dalam pelarut, kemudian maserat disaring dan diuapkan diuapkan untuk menghilangkan pelarut. Tabel V. Data Pengujian Kadar Sari Larut Air. Replikasi Kadar sari larut air Serbuk Ekstrak diklorometan Ekstrak etil asetat Ekstrak metanol 1 24,5549 b b 1,7784 b b 15,6721 b b 83,1518 b b 2 24,3365 b b 4,2555 b b 15,1781 b b 73,6732 b b 3 24,4322 b b 1,6018 b b 14,919 b b 78,8817 b b Uji kadar sari larut air yang dilakukan oleh peneliti disajikan pada tabel V. Menurut Materia Medika Indonesia jilid V, kadar sari yang larut dalam air pada simplisia yang memenuhi syarat yaitu tidak kurang dari 25,5. Jika dibandingkan dengan data yang didapatkan oleh peneliti, simplisia sisik naga inang jambu air tidak memenuhi standar yang telah ditentukan menurut Materia Medika Indonesia jilid V. Hal ini dapat disebabkan karena sedikit kandungan dari simplisia sisik naga pohon inang jambu air yang dapat larut dalam air. 4. Uji kadar sari larut etanol Uji kadar sari larut etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang dapat tersari degan pelarut etanol dari suatu simplisia dan ekstrak Depkes RI, 2000. Digunakan pelarut etanol 95 dengan tujuan agar senyawa-senyawa yang dapat tersari lebih optimal. Setelah dimaserasi selama 24 jam, maserat disaring dan diuapkan untuk menghilangkan pelarutnyanya. Tabel VI. Data Pengujian Kadar Sari Larut Etanol. Replikasi Kadar sari larut etanol Serbuk Ekstrak diklorometan Ekstrak etil asetat Ekstrak metanol 1 25,3760 b b 20,8984 b b 48,6896 b b 72,3463 b b 2 23,3859 b b 20,7057 b b 48,1501 b b 81,1258 b b 3 44,7363 b b 20,3409 b b 52,3617 b b 84,1402 b b Menurut Materia Medika Indonesia jilid V, kadar sari yang larut dalam etanol pada simplisia tidak boleh kurang dari 6. Jika dibandingkan dengan tabel VI data uji kadar sari larut etanol yang dilakukan oleh peneliti pada simplisia daun sisik naga dapat dikatakan bahwa simplisia telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam MMI jilid V. Sedangkan dalam MMI jilid V tidak menetapkan kadar sari larut etanol untuk ekstrak.

G. Uji Kromatografi Lapis Tipis

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

7 53 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

2 28 83

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KOMPONEN KIMIA TEH DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.).

4 12 5

Uji aktivitas antioksidan dan penetapan karakter ekstrak tumbuhan sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price) pohon inang teh (Camellia sinensis (L.) O.K) dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH).

0 10 123

Penetapan karakter dan uji antioksidan ekstrak tumbuhan sisik naga (Pyrossia piloselloides (L ) M.G price pohon inang kopi (Coffea SP) dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH).

0 5 120

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 2 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 3