Persepsi Pola Asuh Orang tua

lingkungan atau situasi khusus yang melatarbelakangi munculnya stimulus. Walgito 2003, mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi maupun dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerimaan yang bekerja sebagai reseptor. Akan tetapi sebagian besar stimulus datang dari luar individu. b. Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menembus stimulus yang diterima oleh alat indera ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Otak sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian Persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian merupakan langkah awal sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian, pemusatan, atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekelompok objek. Hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi yaitu 1 objek atau stimulus yang dipersepsi; 2 alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat sususnan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan 3 perhatian, yang merupakan syarat psikologis. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor internal, faktor eksternal, objek yang dipersepsi, Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf, dan perhatian. Faktor-faktor ini yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pola asuh orang tua yang mereka terapkan pada anak-anaknya. 3. Jenis-jenis Pola Asuh Orang tua a Pengasuhan otoritatif authoritative parenting Pengasuhan otoritatif authoritative parenting ini orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan mempertimbangkan faktor kepentingan serta kebutuhan Septiari, 2012. b Pengasuhan otoriter authoritarian parenting Pengasuhan otoriter authoritarian parenting ini menggunakan pendekatan yang memaksa kehendak orang tua terhadap anak, anak harus menuruti kepada orang tua, keingginan orang tua harus dipatuhi, dan anak tidak boleh mengeluarkan pendapat Septiari, 2012. c Pengasuhan permissive-indulgent Baumrind dalam Irmawati, 2002, Pengasuhan permissive- indulgent adalah gaya pengasuhan yang kurang mampu mengendalikan diri anak karena orang tua yang memiliki gaya pengasuhan ini cenderung membiarkan anak melakukan hal-hal apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti. d Pengasuhan permissive-indifferent Baumrind dalam Irmawati, 2002, Pengasuhan permissive- indifferent suatu gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah. 4. Aspek-aspek Pola Asuh Orang tua Baumrind dalam Irmawati, 2002 Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu : a Pengasuhan otoritatif authoritative parenting Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif, menghargai dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan harga diri yang tinggi high self- esteem , memiliki moral yang standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan tanggung jawab secara sosial . Contoh orang tua memberikan pujian ketika anaknya mendapatkan prestasi atau melakukan sesuatu hal dengan baik dan orang tua lebih terbuka dengan anaknya. b Pengasuhan otoriter authoritarian parenting Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua, menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat, Orang tua bersikap sewenang- wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan atau kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. anak dari orang tua yang otoriter bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua menerapkan aturan bahwa jam 05.00 wib harus bangun tidur tanpa adanya kesepakatan dan penjelasan apapun mengapa aturan ini dibuat, ketika pada jam 05.00 wib anak belum bangun tidur, maka hukuman untuk anak sudah menanti. c Pengasuhan permissive-indulgent Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah kurangnya kemampuan pengendalian diri anak, cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua membebaskan keinginan dan kemauan anak dan orang tua seperti ini tidak memiliki batasan dan tuntutan terhadap anak dan cenderung memanjakan anak. d Pengasuhan permissive-indifferent Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang menerapkan pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri rendah. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua tidak peduli dengan kehidupan anak dan tidak memberikan bimbingan maupun rasa kasih sayang kepada anaknya. Baumrind dalam Santrock, 2014 Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu : a Pengasuhan otoritatif authoritative parenting Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah mendorong remaja untuk menjadi mandiri, namun masih menempatkan batas dan kontrol pada tindakan remaja. Proses memberi dan menerima secara verbal diperbolehkan, dan orang tua yang melakukan memelihara dan memberi dukungan. Remaja-remaja yang orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial kompeten. Remaja cenderung mandiri, menunda kepuasan, bergaul dengan rekan sebaya remaja, dan menunjukkan harga diri yang tinggi. b Pengasuhan otoriter authoritarian parenting Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah orang tua membatasi dan menghukum. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka. Orang tua menempatkan betasan tegas dan kontrol terhadap remaja mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. c Pengasuhan permissive-indulgent Aspek-aspek Pengasuhan permissive-indulgent adalah orang tua sangat terlibat dengan remaja-remaja mereka, tetapi orang tua menempatkan beberapa batasan atau pembatasan pada perilaku remaja. Orang tua sering membiarkan remaja-remaja mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya batasan akan menghasilkan remaja kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah remaja- remaja biasanya tidak belajar untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Orang tua yang memanjakan tidak memperhitungkan perkembangan remaja secara keseluruhan. d Pengasuhan permissive-indifferent Aspek-aspek pengasuhan permissive-indifferent adalah orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja mereka. remaja-remaja dari orang tua yang lalai mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting dari pada remaja. Remaja cenderung untuk berperilaku dengan cara sosial kompeten sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam menangani kemerdekaan. Remaja-remaja yang seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk berprestasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pola asuh orang tua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a Pengasuhan otoritatif authoritative parenting, aspek- aspeknya adalah Pengawasan ketat, Mengambil keputusan, mendorong remaja untuk mandiri, dan menetapkan batas dan kontrol pada tindakan. b Pengasuhan otoriter authoritarian parenting aspek- aspeknya adalah menetapkan batasan-batasan dan menghukum, tegas, tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan, dan mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka. c Pengasuhan permissive-indulgent aspek-aspeknya adalah menanjakan, orang tua terlibat dalam kehidupan remaja, menetapkan batasan pada perilaku mereka, dan membiarkan remaja melakukan apa yang diinginkan dengan cara sendiri. d Pengasuhan permissive-indifferent aspek-aspeknya adalah membiarkan remaja, orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja, kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka, dan orang tua tidak mempunyai waktu untuk remaja. 5. Ciri-ciri Pola Asuh Orang tua Noeman 2012 mengemukakan ciri-ciri dalam pola asuh yaitu 1 pola asuh otoritatif memiliki ciri-ciri yaitu orang tua suportif dan komunikatif, orang tua menerapkan disiplin dan konsisten, orang tua mengawasi anak, orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran, pengekspresian dan kontrol emosi; 2 pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri yaitu tidak ada kompromi atau negosiasi, tidak banyak memberikan penjelasan mengenai aturan ataupun tindakan orang tua, dan pola pengasuhan ini memiliki arahan dan tuntutan yang tinggi serta harapan yang tidak fleksibel dan tidak responsif; 3 pola asuh permissive-indulgent memiliki ciri-ciri yaitu orang tua sangat toleran, orang tua membiarkan anak melakukan semua hal yang mereka sukai, orang tua tidak menuntut anak untuk berperilaku matang, mandiri, dan tanggungjawab; 4 pola asuh permissive-indifferent memiliki ciri-ciri dalam pengasuhan yaitu orang tua memiliki kasing sayang dan tuntutan yang rendah atau sedikit terhadap anak, orang tua kurang memberikan perhatian dengan anak, dan orang tua merasa puas dengan melimpahkan atau mencukupi kebutuhan materi kepada anak.

B. Siswa SMP Kanisius Pakem

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan. Siswa ini tergolong masa remaja, dimana masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Pakem. Subjek ini termasuk dalam tahap remaja awal yang usianya dari 12-15 tahun. Pada masa remaja awal ini individu meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus pada tahap ini atau pada tahap masa remaja awal adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya Agustiani, 2006. Havighurs dalam Yusuf, 2008 mengemukakan bahwa masa remaja memiliki tugas-tugas dalam perkembangannya meliputi: 1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya Tugas perkembangan remaja dalam mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya memiliki tujuan dalam tugas ini adalah 1 remaja belajar melihat kenyataan, anak wanita sebagai anak wanita dan anak pria sebagai anak pria; 2 remaja berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya; 3 remaja belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama; dan 4 remaja belajar untuk memimpin orang lain tanpa mendominasi. 2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita Tugas perkembangan remaja dalam mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita tujuan yaitu remaja dapat dan mampu menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. 3. Menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif Tugas perkembangan remaja dalam menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut. 4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa lainnya Tugas perkembangan remaja dalam mencapai kemandirian dari orang tua dan dewasa lainnya memiliki tujuan adalah 1 membebaskan diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan atau tergantung pada orang tua, 2 mengembangkan afeksi cinta kasih kepada orang tua, tanpa bergantung terikat kepadanya, dan 3 mengembangkan sikap respek terhadap orang dewasa laiinnya tanpa bergantung kepadanya. 5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi Tugas perkembangan remaja dalam mencapai jaminan kemandirian ekonomi memiliki tujuan agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan mata pencaharian. Tugas perkembangan remaja ini sangat penting mendasar bagi remaja pria namun tidak begitu penting bagi remaja wanita. 6. Memilih dan mempersiapkan karier Tujuan dari tugas perkembangan remaja ini adalah 1 memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan 2 mempersiapkan diri memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan yang dipilihnya. 7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga Tugas perkembangan remaja dalam mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga memiliki tujuan yaitu 1 mengembangkan