Pola asuh orang tua pada siswa SMP Kanisius Pakem dan implikasinya pada usulan program layanan bimbingan : studi deskriptif persepsi siswa SMP Kanisius Pakem terhadap pola asuh orang tua dan implikasinya pada usulan program layanan bimbingan.

(1)

POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN (Studi Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh Orang Tua dan

Implikasinya Pada Usulan Program Layanan Bimbingan) Andria Slamet Sriutami

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa SMP Kanisius Pakem terhadap pola asuh orang tua. Masalah pertama yang diteliti adalah “Jenis pola asuh orang tua manakah yang paling dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari persepsi siswa?”. Masalah kedua adalah “Berdasarkan uji butir item yang rendah usulan program layanan bimbingan apa yang dapat dikembangkan oleh guru BK guna memberikan pelayanan bimbingan klasikal?”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B, Kelas IX A dan Kelas IX B SMP Kanisius Pakem yang berjumlah 61 siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner pola asuh orang tua yang terdiri dari 72 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan persepsi siswa SMP Kanisius Pakem terhadap pola asuh orang tua berdasarkan distribusi normal (Azwar,2007). Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat sesuai, sesuai, sedang, kurang sesuai dan sangat tidak sesuai.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) jenis pola asuh orang tua yang dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari persepsi siswa yaitu pola asuh otoritatif (32%) memiliki kualifikasi tinggi. (2) Berdasarkan uji butir-butir item, terdapat 9 butir item yang masuk dalam kategori kurang sesuai yaitu: item nomor 6, item nomor 11, item nomor 15, item nomor 17, item nomor 25, item nomor 32, item nomor 56, item nomor 62, dan item nomor 72. Sembilan item yang tergolong rendah selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan usulan program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk siswa SMP Kanisius Pakem dan Orang Tua siswa SMP Kanisius Pakem yang implikatif untuk memahami pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa SMP Kanisius Pakem.


(2)

ABSTRACT

Parenting styles of Kanisius junior high school students of Pakem and their implication on the proposed guidance service program

(Descriptive study of student’s perception on Kanisius junior high school in Pakem

toward parenting parent and its implication in the proposed guidance service program Andria Slamet Sriutami

Sanata Dharma University 2015

This study is a descriptive study aiming at describing the perception of Kanisius junior high school students of Pakem toward parenting styles. The first issue to address is: which types of parenting styles that are most dominant among Kanisius junior high school students in term of their perception are. The second issue, “based on testing low point items, is: which proposed guidance service programs that can be developed by guidance teacher in order to provide classical guidance services are.

The type of research used in this study was a descriptive study using survey method. The subjects of the researches were students of VII B, IX A, and IX B classes of Kanisius junior high school in Pakem, which counted 61 students. The research instrument was a parenting style questionare consisting of 72 statement items developed based on the statement rated on likert scale model. The technique of data analysis in this study is to create tabulations based on each item, to calculate a total score of each respondent, to calculate total score of each item, and to categorize the perception of Kanisius junior high school students toward paranting styles based on normal distribution (Azwar, 2007). These categories consist of five levels, which are very appropriate, appropriate, moderate, less appropriate, and inappropriate.

The results of this study are: (1) that the type of parenting styles dominant among Kanisius junior high students of Pakem, in term of their perception, is authoritative parenting style which (32%) has high qualification, (2) Based on items test, there are 9 points of items that are on inappropriate category, including: item number 6, 11, 15, 17, 25,32,56,62, and 72. These nine items at inappropriate category, are then used as a basis to formulate the proposed personal-social guidance service programs for Kanisius junior high school students of Pakem and their parents necessary for understanding parenting styles used by parents of Kanisius junior high school students of Pakem.


(3)

POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN (Studi Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh

Orang Tua dan Implikasinya Pada Usulan Program Layanan Bimbingan) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Andria Slamet Sriutami NIM: 101114001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN (Studi Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh

Orang Tua dan Implikasinya Pada Usulan Program Layanan Bimbingan) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Andria Slamet Sriutami NIM: 101114001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Berdoa, Berusaha dan Yakin merupakan kunci utama dalam meraih keberhasilan”.

“Kegagalan tidak diukur dari apa yang telah Anda raih, namun kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian

yang membuat Anda tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi”. (Orison Swett Marden)

“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan”.

(Samuel Jhonson)

Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD 3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

4. SMP Kanisius Pakem

5. Orangtuaku Tercinta Heribertus Sunarta dan Yuliana Sridiasih 6. Adikku Agustinus Kuncoro

7. Kekasihku Marselino Fiki Susanto


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dengan kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Januari 2015 Penulis

Andria Slamet Sriutami


(9)

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama :Andria Slamet Sriutami

Nim :101114001

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : POLA ASUH

ORANG TUA PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM DAN

IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN (Studi Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Pada Usulan Program Layanan Bimbingan). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebernarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 29 Januari 2015 Yang Menyatakan

Andria Slamet Sriutami


(10)

ABSTRAK

POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN (Studi Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh

Orang Tua dan Implikasinya Pada Usulan Program Layanan Bimbingan) Andria Slamet Sriutami

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa SMP Kanisius Pakem terhadap

pola asuh orang tua. Masalah pertama yang diteliti adalah “Jenis pola asuh orang

tua manakah yang paling dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari

persepsi siswa?”. Masalah kedua adalah “Berdasarkan uji butir item yang rendah

usulan program layanan bimbingan apa yang dapat dikembangkan oleh guru BK

guna memberikan pelayanan bimbingan klasikal?”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B, Kelas IX A dan Kelas IX B SMP Kanisius Pakem yang berjumlah 61 siswa. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner pola asuh orang tua yang terdiri dari 72 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing-masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan persepsi siswa SMP Kanisius Pakem terhadap pola asuh orang tua berdasarkan distribusi normal (Azwar,2007). Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat sesuai, sesuai, sedang, kurang sesuai dan sangat tidak sesuai.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) jenis pola asuh orang tua yang dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari persepsi siswa yaitu pola asuh otoritatif (32%) memiliki kualifikasi tinggi. (2) Berdasarkan uji butir-butir item, terdapat 9 butir item yang masuk dalam kategori kurang sesuai yaitu: item nomor 6, item nomor 11, item nomor 15, item nomor 17, item nomor 25, item nomor 32, item nomor 56, item nomor 62, dan item nomor 72. Sembilan item yang tergolong rendah selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan usulan program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk siswa SMP Kanisius Pakem dan Orang Tua siswa SMP Kanisius Pakem yang implikatif untuk memahami pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa SMP Kanisius Pakem.


(11)

ABSTRACT

Parenting styles of Kanisius junior high school students of Pakem and their implication on the proposed guidance service program

(Descriptive study of student’s perception on Kanisius junior high school in Pakem toward parenting parent and its implication in the proposed guidance

service program Andria Slamet Sriutami Sanata Dharma University

2015

This study is a descriptive study aiming at describing the perception of Kanisius junior high school students of Pakem toward parenting styles. The first issue to address is: which types of parenting styles that are most dominant among Kanisius junior high school students in term of their perception are. The second

issue, “based on testing low point items, is: which proposed guidance service programs that can be developed by guidance teacher in order to provide classical guidance services are.

The type of research used in this study was a descriptive study using survey method. The subjects of the researches were students of VII B, IX A, and IX B classes of Kanisius junior high school in Pakem, which counted 61 students. The research instrument was a parenting style questionare consisting of 72 statement items developed based on the statement rated on likert scale model. The technique of data analysis in this study is to create tabulations based on each item, to calculate a total score of each respondent, to calculate total score of each item, and to categorize the perception of Kanisius junior high school students toward paranting styles based on normal distribution (Azwar, 2007). These categories consist of five levels, which are very appropriate, appropriate, moderate, less appropriate, and inappropriate.

The results of this study are: (1) that the type of parenting styles dominant among Kanisius junior high students of Pakem, in term of their perception, is authoritative parenting style which (32%) has high qualification, (2) Based on items test, there are 9 points of items that are on inappropriate category, including: item number 6, 11, 15, 17, 25,32,56,62, and 72. These nine items at inappropriate category, are then used as a basis to formulate the proposed personal-social guidance service programs for Kanisius junior high school students of Pakem and their parents necessary for understanding parenting styles used by parents of Kanisius junior high school students of Pakem.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa terselesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ag. Krisna Indah Marhaeni, S.Pd., M.A, sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing peneliti dalam mengerjakan skripsi, banyak memberikan masukan, dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Andrias Indra Purnama, S.T., S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius Pakem yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

4. Bernadeta, S.Pd., yang memberikan jam masuk kelas untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh siswa SMP Kanisius Pakem atas kesediaannya mengisi kuesioner.


(13)

6. Bapak Heri Bertus Sunarta, Ibu Yuliana Sridiasih, dan Adik Agustinus Kuncoro atas dukungan, doa, perhatian, kasih, serta biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan dan doa, secara khusus kepada Berta Nur Indah Wibowo, Cicilia Rindi Antika, Lidia Lina Susanti, Desiana Dini Mardila, Rima Taradintawati, Erni Kristi, Michael Gilang, Sigit N, Peni Cristanti, Anang Cahyono, Tomi Wirawan, Chrisrian Hendra, Angela Rosari Lintang, Bernadeta Agustin Dwi Cahyani, Yosef Trinugroho, Prisca Anindia, Chintia Sekar, dan lain-lain.

8. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan doa, secara khusus kepada Yulia dan Ari.

9. Teman-teman kost yang telah memberikan semangat, khususnya kepada Astri, Regina, Olin, Rani, Neli, Tata, Efi, Susi, Naomi, dan Yani.

10. Teman-teman PPL SMP Kanisius Pakem tahun 2013 yang telah memberikan doa dan dukungan khususnya kepada Anung, Rindi, Tomi, Hendra, Nael, Rita, Paul, dan Mona.

11. Kekasihku Marselino Fiki Susanto yang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(14)

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulisan dalam mengerjakan skripsi ini. Peneliti mohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skipsi ini. Terima kasih.

Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GRAFIK……… xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Defenisi Oprasional... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Persepsi Pola Asuh Orang Tua... 10

2. Faktor-Faktor Persepsi Pola Asuh Oran Tua... 10

3. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua... 12

4. Aspek-aspek Pola Asuh Orang Tua... 14 x


(16)

5. Ciri-Ciri Pola Asuh Orang Tua...…… 19

B. Siswa SMP Kanisius Pakem... 20

C. Persepsi Siswa Terhadap Pola Asuh Orang Tua... 24

D. Usulan Program Bimbingan... 28

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Subjek Penelitian... 42

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner... 44

2. Skala Pengukuran... 44

3. Penentuan Skor... 45

4. Kisi-kisi item... 46

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas……….. 47

2. Reliabilitas ………. 51

E. Pengumpulan Data... 52

F. Analisis Data 1. Penentukan Skor …………... 53

2. Kategorisasi...………... 53

G. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian... 57

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jenis Pola Asuh Orang Tua yang Dominan... 58

2. Mengidentifikasikan butir-butir item pola asuh orang tua.... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pola Asuh Orang Tua yang Teridentifikasi Dominan Ditinjau dari Persepsi Siswa...…………... 73

2. Hasil Penelitian Berdasarkan Uji Item Kuesioner………. 76

C. Usulan Program Layanan Bimbingan... 77

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 83

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA………... 86 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Data Siswa Kelas VIII dan Kelas IX

SMP Kanisius Pakem... 43

2. Tabel 2 Norma Skoring... 45

3. Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua (Uji Coba)... 46

4. Tabel 4 Rincian Item Valid dan Unvalid Pada Kuesioner... 49

5. Tabel 5 Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)... 50

6. Tabel 6 Kriteria Gulford... 52

7. Tabel 7 Norma Kategorisasi... 54

8. Tabel 8 Hasil Analisis data Skor Subjek... 55

9. Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Pola Asuh Orang tua... 56

10. Tabel 10 Penggolongan Persepsi Pola Asuh Otoritatif... 59

11. Tabel 11 Penggolongan Persepsi Pola Asuh Otoriter.... 61

12. Tabel 12 Penggolongan Persepsi Pola Asuh permissive-indulgent... 62

13. Tabel 13 Penggolongan Persepsi Pola Asuh permissive-indiferent... 64

14. Tabel 14 Presentase Item Pola Asuh Orang tua... 66

15. Tabel 15 Kategori Skor Butir Instrumen Pola Asuh Orang tua Pada Siswa SMP Kanisius Pakem... 68

16. Tabel 16 Item-Item yang Tergolong dalam Kategorisasi Kurang Sesuai... 69

17. Tabel 17 Usulan Program Layanan Bimbingan Berdasarkan Kategori Kurang Sesuai Tentang Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh Orang Tua... 78

18. Tabel 18 Rincian Usulan Program Layanan Bimbingan Berdasarkan Kategori Kurang Sesuai Tentang Deskriptif Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh Orang Tua... 79


(18)

DAFTAR GRAFIK 1. Grafik 1 Jenis Pola Asuh Orang tua Otoritatif

Ditinjau dari Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Berdasarkan Kategori Tidak Sesuai, Kurang Sesuai,

Sedang, Sesuai, dan Sangat Sesuai……… 59 2. Grafik 2 Jenis Pola Asuh Orang tua Otoriter

Ditinjau dari Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Berdasarkan Kategori Tidak Sesuai, Kurang Sesuai,

Sedang, Sesuai, dan Sangat Sesuai... 61 3. Grafik 3 Jenis Pola Asuh Orang tua

permissive-indulgent Ditinjau dari Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem

Berdasarkan Kategori Tidak Sesuai, Kurang Sesuai,

Sedang, Sesuai, dan Sangat Sesuai... 63 4. Grafik 4 Jenis Pola Asuh Orang tua

permissive-indiferent Ditinjau dari Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem

Berdasarkan Kategori Tidak Sesuai, Kurang Sesuai,

Sedang, Sesuai, dan Sangat Sesuai... 65


(19)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Kuesioner Pola Asuh Orang tua

(Uji Coba)... 88

2. Lampiran 2 Kuesioner Pola Asuh Orang tua (Penelitian)... 94

3. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 99

4. Lampiran 4 Satuan Layanan Bimbingan... 114

5. Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 145

6. Lampiran 6 Tabulasi Data Uji Coba... 153

7. Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian... 155

8. Lampiran 8 Surat Perijinan Penelitian... 159

9. Lampiran 9 Surat Katerangan Penelitian... 160


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh besar bagi tumbuh dan kembangnya remaja. Gunarsa (2004) mengatakan bahwa peranan orang tua dalam perkembangan masa remaja sangat penting. Peranan ini sangat penting agar remaja mampu berkembang secara maksimal. Desmita (2006) mengatakan bahwa perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial. perkembangan ini sangat penting karena adanya kehadiran orang tua dalam tumbuh dan kembangnya remaja. Penerapan pola asuh setiap orang tua dalam keluarga selalu berbeda-beda. Baumrind (dalam Santrock, 1998) menjelaskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari banyak orang tua menggunakan kombinasi dari kesemua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu.

Baumrind (dalam Irmawati, 2002) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan remaja yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian remaja. Baumrind (dalam Irmawati, 2002), juga menjelaskan


(21)

bahwa pola asuh dibagi menjadi empat yaitu (1) pengasuhan otoritatif merupakan pengasuhan dari orang tua yang memberikan perhatian dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan individu; (2) pengasuhan otoriter merupakan pengasuhan yang memberikan batasan-batasan dan tuntutan yang tinggi dari orang tua terhadap anaknya; (3) pengasuhan permissive-indulgent merupakan pola pengasuhan yang memberikan kasih sayang tetapi tidak memberikan batasan dan tuntutan kepada remaja atau membiarkan remaja melakukan sesuatu hal yang mereka inginkan; dan (4) pengasuhan permissive-indifferent merupakan pola pengasuhan orang tua yang tidak melibatkan dalam kehidupan remaja. Pola asuh orang tua yang sesuai dengan perkembangan dan dapat diterima oleh anaknya yaitu disesuaikan dengan karakteristik anak.

Pola asuh yang diterapkan dengan baik akan menghasilkan motivasi individu yang baik juga. Peranan pola asuh orang tua sangat penting bagi tumbuh dan kembangnya remaja menjadi individu yang utuh. Peranan orang tua ini sangat penting karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam membentuk kepribadian individu. Desmita (2006) mengatakan bahwa keterkaitan yang aman antara orang tua dan perkembangan remaja akan membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial seperti tercermin dalam harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik. Misalnya remaja memiliki hubungan yang harmonis dan nyaman dengan orang tua akan memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang baik juga.


(22)

Newman (dalam Rice, 1999) mengatakan bahwa remaja menginginkan orang tua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila remaja membutuhkan bantuan serta mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai remaja; dapat menyatakan kasih sayang orang tua terhadap remaja; menunjukkan bahwa mereka menyetujui remaja; menerima apa adanya, dengan adanya kesalahan; percaya remaja dan mengharapkan yang baik darinya; memperlakukan sang remaja sebagai dewasa; membimbing remaja; orang yang bahagia dengan pribadi yang baik; ada rasa humor; yang menciptakan keluarga bahagia; dan menjadi teladan bagi remaja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dumanauw (2012), Siswa memiliki persepsi kuat terhadap pola asuh demokratis dengan frekuensi tinggi (92,22%), persepsi lemah terhadap pola asuh otoriter dengan frekuensi tinggi (65,56%), dan persepsi lemah terhadap pola asuh permisif dengan frekuensi tinggi (73,33%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dumanauw (2012) pola asuh orang tua yang persepsinya kuat dengan frekuensi tertinggi yaitu pola asuh demokratis.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat PPL (program pengalaman lapangan) anak kurang percaya diri ketika disuruh maju ke depan kelas, anak kurang berani mengambil keputusan, anak kurang mandiri, anak kurang yakin dengan jawaban sendiri dan cenderung melihat pekerjaan teman untuk menyakinkan jawaban yang dibuat sendiri dan kecenderungan orang tua menjemput dan mengantar anaknya pada saat


(23)

berangkat dan pulang dari sekolah. Kecenderungan ini terlihat bahwa orang tua memanjakan anaknya.

Dampak dari hasil observasi peneliti yaitu anak tidak mau ditunjuk oleh guru untuk mengerjakan soal di depan kelas, hal ini dikarenakan bahwa individu kurang percaya diri untuk maju didepan kelas, kurang berani mengambil keputusan, dan remaja kurang yakin dengan jawaban sendiri, individu tidak mandiri sehingga individu tidak bisa mengambil suatu keputusan, hasil observasi ini menunjukkan keprihatinan peneliti kepada siswa SMP Kanisius Pakem. Empat jenis pola Asuh orang tua yaitu pola asuh otoritatif, pola asuh otoriter, pola asuh permissive-indulgent, pola asuh permissive-indifferent pada dasarnya semua pola asuh baik untuk diterapkan dalam mendidik anaknya. Ke-empat pola asuh orang tua tidak baik diterapkan apabila tidak sesuai dengan perkembangan dan karakteristik individu.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat PPL di SMP Kanisius Pakem (Program Pengalaman Lapangan), adanya dugaan bahwa siswa SMP Kanisius Pakem mempunyai masalah mengenai pola asuh orang tua. Masalah siswa mengenai pola asuh orang tua yaitu orang tua banyak yang memanjakan dan kurang memandirikan anak-anaknya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pola asuh yang dominan di SMP Kanisius Pakem ini sehingga adanya dugaan bahwa remaja kurang percaya diri, remaja kurang berani mengambil keputusan, remaja kurang yakin dengan jawaban sendiri, dan remaja kurang mandiri.


(24)

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa peranan pola asuh orang tua sangat penting bagi tumbuh dan kembangnya remaja menjadi individu yang utuh. Pola asuh orang tua dibagi menjadi empat yaitu pola asuh otoritatif, otoriter, indulgent, permissive-indifferent. Pola asuh diterapkan dengan baik akan menghasilkan motivasi individu yang baik juga, oleh karena itu pola asuh sangat penting untuk tumbuh dan berkembangnya remaja. Di atas menjelaskan bahwa adanya dugaan masalah bahwa orang tua banyak yang memanjakan dan kurang memandirikan anak-anaknya, sehingga remaja kurang percaya diri, remaja kurang berani mengambil keputusan, remaja kurang yakin dengan jawaban sendiri, dan remaja kurang mandiri. Adanya permasalahan ini peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai PERSEPSI SISWA SMP KANISIUS PAKEM TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN. Penelitian ini dapat membantu guru BK untuk mengetahui program layanan bimbingan yang sesuai dalam membimbing siswa sehingga mereka dapat terbantu dalam memahami pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya.


(25)

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Jenis pola asuh orang tua manakah yang paling dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari persepsi siswa?

2. Berdasarkan uji butir item yang masuk dalam kategori kurang sesuai usulan program layanan bimbingan apa yang dapat dikembangkan oleh guru BK guna memberikan pelayanan bimbingan klasikal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan masalah ini adalah:

1. Mengetahui jenis pola asuh orang tua yang dominan pada siswa SMP Kanisius Pakem ditinjau dari persepsi siswa.

2. Mengetahui butir item yang masuk dalam kategori kurang sesuai dan mengembangkan program layanan bimbingan yang sesuai dan dapat dimanfaatkan oleh guru BK dalam memberikan pelayanan bimbingan klasikal.


(26)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua dibidang ilmu bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Diharapkan guru mengetahui dan memahami persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua, disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru BK mengenai program layanan bimbingan yang sesuai dan dapat dimanfaatkan dalam memberikan layanan bimbingan. b. Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua dapat mengetahui dan memahami tentang pola asuh, sehingga orang tua dapat menggunakan pola asuh secara tepat untuk mendidik anak-anaknya.


(27)

E. Definisi Operasional 1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses memahami sesuatu hal atau objek yang dapat ditangkap oleh alat indra melalui cara pandang seseorang.

2. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua merupakan gaya pengasuhan dan bentuk-bentuk perilaku orang tua yang diterapkan untuk memenuhi kebutuhan anak, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Pola asuh dibagi menjadi empat dalam pengasuhan orang tua yaitu (1) pengasuhan otoritatif; (2) pengasuhan Otoriter; (3) pengasuhan

Permissive-indulgent; (4) pengasuhan Permissive-indifferent.

3. Persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua

Persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua merupakan pendapat siswa terhadap pola asuh orang tua dilihat dari cara pandang.


(28)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelaskan mengenai persepsi pola asuh orang tua, siswa SMP Kanisius Pakem, dan persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua.

A. Persepsi Pola Asuh Orang tua

1. Pengertian Persepsi Pola Asuh Orang tua

Chaplin (2002) mengartikan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui suatu objek dan kejadian objek dengan mengunakan bantuan alat indra, Baumrind (dalam Irmawati, 2002) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan remaja yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu, dan menurut Casmini (dalam Septiari, 2012) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan proses bagaimana orang tua memperluas remaja, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan remaja dalam mencapai proses kededewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi pola asuh orang tua merupakan cara pandang individu terhadap gaya pengasuhan atau proses pengasuhan orang tua terhadap remaja dalam mendidik, membimbing, mendisiplinkan


(29)

remaja dalam pembentukan norma-norma yang berada dalam masyarakat, dan pola asuh orang tua merupakan bentuk-bentuk perilaku orang tua yang diterapkan untuk memenuhi kebutuhan remaja dan mengasuh anak-anaknya.

2. Faktor-faktor Persepsi Pola Asuh Orang tua

Hasil dari proses persepsi yang dilakukan oleh setiap individu berbeda meskipun objek yang dipersepsi sama. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut.

Walgito (1990), mengatakan bahwa adanya faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu. Faktor internal ini berasal dari individu sendiri. Faktor dari dalam diri ini meliputi dua hal kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik meliputi kesehatan badan sedangkan kondisi psikis meliputi unsur pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekternal merupakan faktor dari luar individu seperti stimulus dan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Pada proses persepsi ini berlangsung, kejelasan stimulus serta


(30)

lingkungan atau situasi khusus yang melatarbelakangi munculnya stimulus.

Walgito (2003), mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi maupun dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerimaan yang bekerja sebagai reseptor. Akan tetapi sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf

Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menembus stimulus yang diterima oleh alat indera ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Otak sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian merupakan langkah awal sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian, pemusatan, atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekelompok objek.


(31)

Hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi yaitu (1) objek atau stimulus yang dipersepsi; (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat sususnan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor internal, faktor eksternal, objek yang dipersepsi, Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf, dan perhatian. Faktor-faktor ini yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pola asuh orang tua yang mereka terapkan pada anak-anaknya.

3. Jenis-jenis Pola Asuh Orang tua

a) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting)

Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) ini orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan mempertimbangkan faktor kepentingan serta kebutuhan (Septiari, 2012).

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) ini menggunakan pendekatan yang memaksa kehendak orang tua terhadap anak, anak harus menuruti kepada orang tua,


(32)

keingginan orang tua harus dipatuhi, dan anak tidak boleh mengeluarkan pendapat (Septiari, 2012).

c) Pengasuhan permissive-indulgent

Baumrind (dalam Irmawati, 2002), Pengasuhan permissive-indulgent adalah gaya pengasuhan yang kurang mampu mengendalikan diri anak karena orang tua yang memiliki gaya pengasuhan ini cenderung membiarkan anak melakukan hal-hal apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Baumrind (dalam Irmawati, 2002), Pengasuhan permissive-indifferent suatu gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah.


(33)

4. Aspek-aspek Pola Asuh Orang tua

Baumrind (dalam Irmawati, 2002) Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif(authoritative parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif, menghargai dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral yang standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan tanggung jawab secara sosial. Contoh orang tua memberikan pujian ketika anaknya mendapatkan prestasi atau melakukan sesuatu hal dengan baik dan orang tua lebih terbuka dengan anaknya.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua, menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat, Orang tua bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan,


(34)

memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan atau kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. anak dari orang tua yang otoriter bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua menerapkan aturan bahwa jam 05.00 wib harus bangun tidur tanpa adanya kesepakatan dan penjelasan apapun mengapa aturan ini dibuat, ketika pada jam 05.00 wib anak belum bangun tidur, maka hukuman untuk anak sudah menanti.

c) Pengasuhan permissive-indulgent

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah kurangnya kemampuan pengendalian diri anak, cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua membebaskan keinginan dan kemauan anak dan orang tua seperti ini tidak


(35)

memiliki batasan dan tuntutan terhadap anak dan cenderung memanjakan anak.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang menerapkan pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri rendah. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua tidak peduli dengan kehidupan anak dan tidak memberikan bimbingan maupun rasa kasih sayang kepada anaknya.

Baumrind (dalam Santrock, 2014) Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif(authoritative parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah mendorong remaja untuk menjadi mandiri, namun masih menempatkan batas dan kontrol pada tindakan remaja. Proses memberi dan menerima secara verbal diperbolehkan, dan orang tua yang melakukan memelihara dan memberi dukungan. Remaja-remaja yang orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial kompeten. Remaja cenderung mandiri, menunda kepuasan, bergaul


(36)

dengan rekan sebaya remaja, dan menunjukkan harga diri yang tinggi.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah orang tua membatasi dan menghukum. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka. Orang tua menempatkan betasan tegas dan kontrol terhadap remaja mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. c) Pengasuhan permissive-indulgent

Aspek-aspek Pengasuhan permissive-indulgent adalah orang tua sangat terlibat dengan remaja-remaja mereka, tetapi orang tua menempatkan beberapa batasan atau pembatasan pada perilaku remaja. Orang tua sering membiarkan remaja-remaja mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya batasan akan menghasilkan remaja kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah remaja-remaja biasanya tidak belajar untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Orang tua yang memanjakan tidak memperhitungkan perkembangan remaja secara keseluruhan.


(37)

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Aspek-aspek pengasuhan permissive-indifferent adalah orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja mereka. remaja-remaja dari orang tua yang lalai mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting dari pada remaja. Remaja cenderung untuk berperilaku dengan cara sosial kompeten sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam menangani kemerdekaan. Remaja-remaja yang seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pola asuh orang tua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting), aspek-aspeknya adalah Pengawasan ketat, Mengambil keputusan, mendorong remaja untuk mandiri, dan menetapkan batas dan kontrol pada tindakan.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) aspek-aspeknya adalah menetapkan batasan-batasan dan menghukum, tegas, tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan, dan mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka.

c) Pengasuhan permissive-indulgent aspek-aspeknya adalah menanjakan, orang tua terlibat dalam kehidupan remaja,


(38)

menetapkan batasan pada perilaku mereka, dan membiarkan remaja melakukan apa yang diinginkan dengan cara sendiri.

d) Pengasuhan permissive-indifferent aspek-aspeknya adalah membiarkan remaja, orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja, kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka, dan orang tua tidak mempunyai waktu untuk remaja.

5. Ciri-ciri Pola Asuh Orang tua

Noeman (2012) mengemukakan ciri-ciri dalam pola asuh yaitu (1) pola asuh otoritatif memiliki ciri-ciri yaitu orang tua suportif dan komunikatif, orang tua menerapkan disiplin dan konsisten, orang tua mengawasi anak, orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran, pengekspresian dan kontrol emosi; (2) pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri yaitu tidak ada kompromi atau negosiasi, tidak banyak memberikan penjelasan mengenai aturan ataupun tindakan orang tua, dan pola pengasuhan ini memiliki arahan dan tuntutan yang tinggi serta harapan yang tidak fleksibel dan tidak responsif;

(3) pola asuh permissive-indulgent memiliki ciri-ciri yaitu orang tua sangat toleran, orang tua membiarkan anak melakukan semua hal yang mereka sukai, orang tua tidak menuntut anak untuk


(39)

berperilaku matang, mandiri, dan tanggungjawab; (4) pola asuh

permissive-indifferent memiliki ciri-ciri dalam pengasuhan yaitu orang tua memiliki kasing sayang dan tuntutan yang rendah atau sedikit terhadap anak, orang tua kurang memberikan perhatian dengan anak, dan orang tua merasa puas dengan melimpahkan atau mencukupi kebutuhan materi kepada anak.

B. Siswa SMP Kanisius Pakem

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan. Siswa ini tergolong masa remaja, dimana masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Pakem. Subjek ini termasuk dalam tahap remaja awal yang usianya dari 12-15 tahun. Pada masa remaja awal ini individu meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus pada tahap ini atau pada tahap masa remaja awal adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya (Agustiani, 2006).


(40)

Havighurs (dalam Yusuf, 2008) mengemukakan bahwa masa remaja memiliki tugas-tugas dalam perkembangannya meliputi:

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya Tugas perkembangan remaja dalam mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya memiliki tujuan dalam tugas ini adalah (1) remaja belajar melihat kenyataan, anak wanita sebagai anak wanita dan anak pria sebagai anak pria; (2) remaja berkembang menjadi orang dewasa diantara orang dewasa lainnya; (3) remaja belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama; dan (4) remaja belajar untuk memimpin orang lain tanpa mendominasi.

2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita

Tugas perkembangan remaja dalam mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita tujuan yaitu remaja dapat dan mampu menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3. Menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif

Tugas perkembangan remaja dalam menerima keadaan fisik dan menggunakan secara efektif bertujuan agar remaja merasa bangga atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan memelihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.


(41)

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa lainnya

Tugas perkembangan remaja dalam mencapai kemandirian dari orang tua dan dewasa lainnya memiliki tujuan adalah (1) membebaskan diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan atau tergantung pada orang tua, (2) mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orang tua, tanpa bergantung (terikat) kepadanya, dan (3) mengembangkan sikap respek terhadap orang dewasa laiinnya tanpa bergantung kepadanya.

5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi

Tugas perkembangan remaja dalam mencapai jaminan kemandirian ekonomi memiliki tujuan agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas perkembangan remaja ini sangat penting (mendasar) bagi remaja pria namun tidak begitu penting bagi remaja wanita.

6. Memilih dan mempersiapkan karier

Tujuan dari tugas perkembangan remaja ini adalah (1) memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan (2) mempersiapkan diri (memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan yang dipilihnya).

7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga

Tugas perkembangan remaja dalam mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga memiliki tujuan yaitu (1) mengembangkan


(42)

sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak, dan (2) memperoleh pengetahuan yang tepat tentang pengolahan keluarga dan pemeliharaan anak.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara

Tugas perkembangan remaja dalam mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara memiliki tujuan yaitu (1) mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia, dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, dan (2) mengembangkan keterampilan berbahasa dan kemampuan nalar (berpikir) yang penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif.

9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial Tugas perkembangan remaja dalam mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial memiliki tujuan yaitu (1) remaja berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat, dan (2) memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya.

10. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku

Tugas perkembangan remaja dalam memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah


(43)

laku memiliki tujuan yaitu (1) membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, (2) mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai, (3) mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam sebagai lingkungan tempat tinggalnya, dan (4) memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya,sehingga dapat hidup selaras (harmonis) dengan orang lain.

11. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Tugas perkembangan ini mencapai kematangan sikap, kebiasaan, dan pengembangan wawasan dalam mengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.

C. Persepsi Siswa Terhadap Pola Asuh Orang tua

Chaplin (2002) mengartikan persepsi merupakan proses mengetahui sesuatu objek dan kejadian objek dengan menggunakan bantuan alat indera. Persepsi siswa sangat mempengaruhi pola asuh orang tua, persepsi siswa ini baik adanya dilihat dari pola asuh orang tua. walgito (2010) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berperan agar terjadinya persepsi, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu maupun juga datang dari


(44)

dalam individu yang bersangkutan. Misalnya ketika seseorang sedang berjalan melihat suatu benda berwarna hijau, maka dia dapat mempersepsikan bahwa benda itu adalah daun.

b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra merupakan alat untuk menerima stimulus. Alat indra yang dimaksud adalah indra penglihatan, indera pendengaran, indra pembauan, indra pengecapan dan indra perabaan. Selain itu harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh alat indra ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Untuk memberikan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Pada pembentukkan persepsi terhadap suatu objek perlu adanya perhatian. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

Rakhmat (dalam sobur, 2003) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi agar terjadinya persepsi, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Fungsional

Pada fungsi ini dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang individu. Persepsi tidak ditentukan oleh bentuk ataupun jenis stimuli, tetapi tergantung dari karakteristik orang yang memberi respons terhadap stimuli tersebut. Menurut Krech dan


(45)

Crutchfield merumuskan bahwa sifat persepsi yang pertama adalah bersifat selektif dan fungsional. Hal ini berarti seseorang mempersepsikan sesuatu hal akan memberikan tekanan yang sesuai dengan tujuan orang tersebut. Misalnya dalam sebuah warung makan terdapat dua orang yang haus dan lapar. Orang pertama yang haus akan lebih tertarik dengan minuman dan orang kedua yang lapar akan lebih tertarik dengan makanan. b. Faktor Struktural

Faktor ini berarti bahwa faktor-faktor tersebut dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu (Krech dan Crutchfield, 1975).

c. Faktor Situasional

Faktor situasional ini berkaitan dengan bahasa nonverbal. Hal ini yang memnyebabkan terjadinya persepsi.

d. Faktor Personal

Faktor personal ini juga yang mempengaruhi persepsi yang terdiri dari pengalaman, motivasi, kepribadian (Rakhmat, 1994). Leather (dalam sobur, 2003) membuktikan bahwa pengalaman membantu seseorang dalam meningkatkan persepsi. Pengalaman ini tidak selalu melewati proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.


(46)

Faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses yaitu motivasi. Misalnya orang lapar akan cenderung memperhatikan makanan, sedangkan faktor lain yaitu kepribadian. Kepribadian merupakan ragam tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik individu. Misalnya orang yang suka melemparkan perasaan bersalahnya kepada orang lain disebut proyeksi.

Persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua sangat mempengaruhi karena persepsi memiliki beberapa faktor seperti adanya objek yang dipersepsi, alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf, perhatian, faktor fungsional, faktor stuktural, faktor situasional dan faktor personal. Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi siswa-siswi dalam memandang dan menilai pola asuh yang orang tua mereka terapkan kepadanya, dengan kata lain persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua merupakan cara pandang siswa-siswi terhadap pola asuh orang tua meraka yang terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diketahui bahwa apabila anak menerima pola asuh orang tua yang diterapkan akan memiliki dampak yang positif juga dalam perkembangannya.


(47)

D. Usulan Program Layanan Bimbingan 1. Pengertian Program Bimbingan

Winkel (2006) mengartikan bahwa program bimbingan yaitu suatu kegiatan yang bimbingan yang terencana, terorganisasi, terkoordinasi, selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran.

2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Sukardi (2008) mengatakan bahwa ada sejumlah pelayanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya sebagai berikut:

a) Pelayanan Orientasi di Sekolah

Pelayanan orientasi merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasukin konseli, yang bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli di lingkungan yang baru.

Pelayanan orientasi ini bertujuan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian siswa) terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki.


(48)

Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahkannya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi untuk orang tua siswa ialah dengan memahami kondisi, situasi, dan tuntutan sekolah anaknya akan memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan. Contoh materi yang dapat diangkat melalui layanan orientasi ada beberapa cara, yaitu: sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, kurikulum yang sedang berlaku, penyelenggaraan pendidikan, organisasi siswa, organisasi orang tua siswa, dan lain-lain.

b) Pelayanan Informasi

Pelayanan informasi merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan konseli memahami lingkungan (sekolah) yang baru dimasuki konseli, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya konseli dilingkungan baru.

Pelayanan informasi bertujuan untuk siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama untuk orang tua siswa)


(49)

guna memberikan pamahaman dan penyesuaian diri (terutama penyesuaian diri siswa) terhadap lingkungan sekolah baru yang baru dimasukinya.

Hasil yang diharapkan yaitu mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Diharapkan orang tua dapat memahami kondisi, situasi, dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anakanya.

Fungsi utama bimbingan dalam pelayanan informasi fungsi pemahaman dan pencegahan. Contoh materi yang dapat diangkat dalam pelayanan ini adalah informasi pengembangan diri; informasi pendidikan; informasi jabatan; informasi kehidupan keluarga, sosial kemasyarakatan, keberagaman sosial budaya, dan lingkungan.

c) Pelayanan Penempatan dan Penyaluran

Pelayanan Penempatan dan Penyaluran merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli atau klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan atau penyaluran dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau


(50)

program studi, program latihan, magang, kegitan korikuler, kegiatan ektrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat) serta kondisi pribadinya.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan penempatan atau penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan. Contoh materi yang dapat diangkat adalah penempatan dan penyaluran siswa di sekolah (pelayanan penempatan dalam kelas, pelayanan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar, pelayanan penempatan dalam kegiatan ekstrakurikuler, pelayanan penempatan dalam program studi atau jurusan); pelayanan penempatan dan penyaluran lulusan (pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam pendidikan lanjutan, pelayanan penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan atau pekerjaan).

d) Pelayanan Pembelajaran

Pelayanan pembelajaran merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien atau konseli) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.


(51)

Pelayanan ini bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap serta kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan serta kesulitan belajarnya, serta tuntutan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh pelayanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Contoh materi dalam pelayanan ini adalah pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar tentang kemampuan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar; pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik; pengembangan keterampilan belajar, membaca, mencatat, bertanya dan menjawab, dan menulis; pengajaran perbaikan; dan lain-lain.

e) Pelayanan Konseling Perseorangan (individual)

Pelayanan Konseling Perseorangan (individual) merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (konseli atau klien) mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing (konselor) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya. Fungsi utama bimbingan yang didukung


(52)

oleh pelayanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.

f) Pelayanan Bimbingan Kelompok

Pelayanan Bimbingan Kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik (konseli) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.

Pelayanan bimbingan kelompok ini bertujuan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok ialah fungsi pengentasan.

g) Layanan Konseling Kelompok

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan. Konseling kelompok merupakan konseling yang


(53)

diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. h) Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (konseli atau klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.

Hasil pengumpulan data ini dipakai untuk kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagaimana disebut diatas. Fungsi utama dalam bimbingan ini adalah fungsi pemahaman. Contoh data dan keterangan yang perlu dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling adalah instrumen tes (tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, tes diagnostik); dan instrumen non tes (catatan anekdot, angket atau kuesioner, daftar cek, sosiometri,inventori).

i) Himpunan Data

Penyelenggara himpunan data yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan


(54)

pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi isi himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah fungsi pemahaman. Himpunan data memuat berbagai karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus, dan informasi pendidikan, dan jabatan.

j) Konferensi Kasus

Konfrensi kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien atau konseli) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tertentu.


(55)

Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (guru pembimbing atau konselor, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua) yang diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi terentasnya permasalahan tersebut. Fungsi utama bimbingan adalah fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan.

k) Kunjungan Rumah

Kunjungan Rumah merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentasnya permasalahan peserta didik (klien atau konseli) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Kunjungan rumah memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa (konseli) dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa. Fungsi utama bimbingan yang


(56)

diemban oleh kegiatan kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.

l) Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (konseli atau klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepihak lainnya.

Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan). Fungsi utama bimbingan ini adalah fungsi pengentasan. 3. Komponen-Komponen Program Bimbingan

Winkel (2006) mengatakan bahwa komponen dalam program bimbingan yaitu saluran khusus melayani para siswa, rekan tenaga pendidik yang lain, dan orang tua siswa. Seluruh saluran formal itu mencangkup sejumlah kegiatan yang dapat diprogramkan sebagai kegiatan rutin sehingga dapat terselenggara secara kontinu dan berkesinambungan, atau diprogramkan sebagai kegiatan insidental sehingga terlaksana menurut kebutuhan pada waktu-waktu tertentu.


(57)

Kegiatan-kegiatan bimbingan dapat ditunjukan kepada para alumni, guru/orang tua, atau menyangkut program bimbingan sendiri yang dikelola oleh sumber tenaga bimbingan. Beberapa komponen dalam program bimbingan yang mengandung program pelayanan bimbingan langsung kepada siswa yang terdaftar sebagai murid di sekolah, dan kepada mereka yang berminat menjadi murid di sekolah atau telah tamat dari sekolah. Komponen-komponen yang demikian kerap disebut layanan-layanan bimbingan yaitu jalur/saluran formal untuk memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa, calon siswa, dan mantan siswa. Di bawah ini masing-masing komponen akan diuraikan, yaitu sebagai berikut :

a. Pengumpulan data (Appraisal)

Winkel (2006) mengatakan bahwa pengumpulan data merupakan komponen yang mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data itu. Tujuan komponen ini ialah mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik, serta membantu siswa mendapatkan pemahaman akan diri sendiri.

Data tersebut mencakup data psikologis, seperti kemampuan intelegtual, bakat khusus, arah minat, cita-cita


(58)

hidup, dan sifat-sifat kepribadian; serta data sosial, seperti latar belakang keluarga siswa dan status sosial siswa di sekolah.

b. Pemberian informasi (Information)

Winkel (2006) mengatakan bahwa pemberian informasi mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.

Lingkungan hidup siswa mencakup lingkungan sekolah, lingkungan hidup keluarga, lingkungan sekolah lanjutan, dunia pekerkerjaan, dan lingkungan masyarakat luas.

c. Penempatan (Placement)

Winkel (2006) mengatakan bahwa komponen ini mencakup segala usaha membantu merencanakan masa depannya selama masih di sekolah, sudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak mempunyai jabatan tertentu.

Tujuan pada pelayanan bimbingan dari komponen ini ialah supaya siswa menempatkan diri pada program studi akademik dan lingkup kegiatan non-akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan.


(59)

d. Konseling (Counseling)

Winkel (2006) mengatakan bahwa komponen ini mencakup usaha untuk membantu siswa merefleksikan diri melalui wawancara konseling secara individual atau secara kelompok, lebih-lebih bila siswa menghadapi masalah yang belum dapat terselesaikan secara tuntas.

Layanan bimbingan ini oleh banyak ahli dipandang sebagai layanan inti dan jantung pelayanan bimbingan, karena siswa seluruhnya dapat memusatkan perhatiannya pada keadaan dirinya sendiri serta dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya.

Konselor memberikan layanan konseling menuntut keahlian di pihak tenaga bimbingan untuk membina hubungan pribadi dengan seseorang dan membantu konseli menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan pendekatan tertentu serta teknik-teknik konseling.

e. Konsultasi (Consultation)

Winkel (2006) mengatakan bahwa komponen ini mencakup semua usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik di sekolah bersangkutan dan kepada orang tua siswa demi perkembangan siswa yang lebih baik.

Pelayanan ini misalnya dapat mengambil wujud melanjutkan hasil testing kemampuan belajar siswa di


(60)

tingkat kelas tertentu, kepada staf pengajar dan kemudian menyampaikan penafsiran atas hasil testing itu serta memberikan beberapa sugesti tentang tindakan lanjut, dapat mengambil dan memberikan waktu kepada guru yang ingin berkonsultasi tentang masalah siswa tertentu, dapat berupa pertemuan dengan orang tua tertentu yang merasa kewalahan menghadapi kenakalan anaknya, dan sebagainya.

f. Evaluasi program (Evaluation)

Winkel (2006) mengatakan bahwa komponen ini mencakup usaha menilai efisiensi dan efektivitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan.

Pelaksanaan evaluasi ini menuntut diadakan penelitian dengan mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.


(61)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, antara lain jenis penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Validitas dan Reabilitas, Prosedur Penyusunan Alat dan Teknik Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Setyosari (2010) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan dan mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek maupun segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang dapat dijelaskan dengan angka-angka ataupun kata-kata.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena ingin memperoleh gambaran mengenai Persepsi Siswa SMP Kanisius Pakem Terhadap Pola Asuh Orang Tua mereka.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian populasi. Penelitian populasi merupakan penelitian wilayah generalisasi atau keseluruhan objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2013). Peneliti melakukan uji coba kuesioner dengan menggunakan siswa kelas VII jujur, dan kelas VIII disiplin dengan jumlah populisi 41 siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa


(62)

SMP Kanisius Pakem. Siswa kelas VIII terdiri dan kelas IX. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian adalah 61 siswa kelas VIII B (Kasih) dan kelas IX A (Berani) dan IX B (Mandiri) SMP Kanisius Pakem. Rincian siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Data Siswa kelas VIII dan IX SMP Kanisius Pakem

NO Kelas Jumlah Siswa

1 VIII Kasih 22

2 IX Berani 24

3 IX Mandiri 15

TOTAL 61

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian untuk pengumpulan data menggunakan alat berupa instrumen Kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dugunakan menggunkan kalimat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2013). Kuesioner ini disusun oleh peneliti. Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dalam pola asuh orang tua dan indikator, kemudian peneliti membuat sejumlah item pernyataan berdasarkan indikator setiap aspek.


(63)

Berikut ini terkait dijelaskan beberapa hal terkait dengan kuesioner : 1. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Kuesioner yang telah peneliti susun ini memuat tentang pernyataan-pernyataan mengenai pola asuh orang tua. Kuesioner ini berupa pernyataan tertutup, artinya (Sugiyono, 2010).

2. Skala Pengukuran dan Penentuan skor a. Skala pengukuran

Kuesioner ini menggunakan skala likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan persepsi seseorang ataupun sekelompok orang tentang pola asuh orang tua. Penelitian ini menggunakan skala pengukuran yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS). Aspek-aspek kuesioner yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada aspek pola asuh orang tua. Responden akan diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan tanda centang (√) pada lembar jawaban. Dengan demikian dapat diketahui persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua pada responden penelitian.


(64)

b. Penentuan skor

Skor untuk alternatif jawaban tersedia didalam bentuk norma skoring. Norma skoring dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan dari intrumen kuesioner Pola Asuh Orang Tua. Norma skoring pada instrumen kuesioner ditentukan pada tabel berikut ini, yaitu :

Tabel 2 Norma Skoring Alternatif

Jawaban

Skor

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Kurang Sesuai 2 3

Tidak Sesuai 1 4

Penelitian ini menggunakan kisi-kisi kuesioner sebagai dasar pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner ini dibuat berdasarkan aspek-aspek pola asuh orang tua.

Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan dalam kisi-kisi sebagai berikut:


(65)

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua (Uji Coba Penelitian) Pola Asuh

Orang Tua Aspek

No Item

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Pengasuhan Otoritatif

1. Pengawasan ekstra ketat

2, 4, 6 1, 3, 5 6

2. Mengambil Keputusan

8, 10, 12 7, 9, 11 6 3. Mendorong remaja

untuk mandiri

14, 16 13, 15, 17 5 4. Masih menetapkan

batasan dan kontrol pada tindakan remaja

18, 20 19, 21, 22 5

2. Pengasuhan Otoriter

5. Menetapkan batasan-batasan dan menghukum

24, 26, 28 23, 25, 27 6

6. Tegas 30, 32, 34 29, 31, 33 6

7. Tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan

36, 38 35, 37 4

8. mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka.

40, 42, 44 39, 41, 43 6

3.Pengasuhan Permissive Indulgent

9. Memanjakan 46, 48 45, 47, 49 5

10. Orang tua terlibat dalam kehidupan remaja

50, 52, 54 51, 53, 55 6

11. Menetapkan batasan atau pembatasan pada perilaku mereka

56, 58, 60, 62, 64

57, 59, 61, 63 9

4. Pengasuhan Permissive-Indifferent

12. Membiarkan anak

66, 68, 70 65, 67, 69 6 13. Orang tua tidak

terlibat dalam kehidupan remaja

72, 74, 76 71, 73, 75 6

14. Kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka

78, 80 77, 79, 81 5

15. Orang tua tidak mempunyai waktu dengan remaja

82, 84 83, 85, 86 5


(66)

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas

Validitas merupakan pengukuran sesuatu hal yang seharusnya bisa diukur dengan menggunakan alat ukur (Sugiyono, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Furchan (2004) Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka melainkan menguji dengan para ahli (experts Judment).

Pada penelitian ini dikontruksikan berdasarkan aspek-aspek dalam instrumen dan dikonsultasikan oleh beberapa ahli (dosen pembimbing). Hasil konsultasi ini akan diuji secara empirik dengan menggunakan teknik korelasi Sperman’s Row menggunakan program SPSS (Statistic Programme for Social science) versi 17.0. rumus korelasi Sperman’s Row sebagai berikut :

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Spearman = Total Kuadran selisih antar ranking = Jumlah Sampel Penelitian


(67)

Keputusan yang ditetapkan pada nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2007). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien dibawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur.

Peneliti melakukan uji validitas kuesioner pada tanggal 13 Oktober 2014 pada siswa kelas VII jujur dan VIII disiplin di SMP Kanisius Pakem. Data yang diambil yaitu sebanyak 41 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan program komputerisasi SPSS, diperoleh hasil dari 86 item terdapat 72 item valid dan 14 item unvalid. Rincian item valid dan


(68)

Tabel 4

Rincian Item Valid dan Unvalid pada Kuesioner Pola Asuh

Orang Tua Aspek

No Item Item

Valid

Item unvalid Favourable Unfavourable

1. Pengasuhan Otoritatif

Pengawasan ekstra ketat

2, 4, 6 1, 3, 5 1,2,3,4,5, 6 Mengambil

Keputusan

8, 10, 12 7, 9, 11 7, 9, 10,11

8,12 Mendorong remaja

untuk mandiri

14, 16 13, 15, 17 13, 15, 16, 17

14 Masih menetapkan

batasan dan kontrol pada tindakan remaja

18, 20 19, 21, 22 18, 19, 20, 21, 22 2. Pengasuhan Otoriter Menetapkan batasan-batasan dan menghukum

24, 26, 28 23, 25, 27 23, 24, 25, 26, 27, 28 Tegas 30, 32, 34 29, 31, 33 30, 31, 32 29, 33, 34 Tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan

36, 38 35, 37 35, 36, 37, 38 mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka.

40, 42, 44 39, 41, 43 39, 40, 42, 44

41, 43

3.Pengasuhan Permissive-Indulgent

Memanjakan 46, 48 45, 47, 49 45, 46, 47, 48,

49 Orang tua terlibat

dalam kehidupan remaja

50, 52, 54 51, 53, 55 50, 51, 52, 53, 54, 55 Menetapkan batasan atau pembatasan pada perilaku mereka

56, 58, 60, 62, 64

57, 59, 61, 63 57, 58, 60, 61, 63, 64 56, 59, 62 4. Pengasuhan Permissive-Indifferent

Membiarkan anak 66, 68, 70 65, 67, 69 65, 68, 69, 70

66, 67 Orang tua tidak

terlibat dalam kehidupan remaja

72, 74, 76 71, 73, 75 71, 72, 73, 74, 75, 76 Kehidupan orang

tua lebih penting dari pada mereka

78, 80 77, 79, 81 77, 78, 79, 80,

81 Orang tua tidak

mempunyai waktu dengan remaja

82, 84 83, 85, 86 82, 83, 84, 85

86


(69)

Pada saat peneliti mengambil data penelitian yang real, peneliti membuat kembali kisi-kisi kuesioner yang baru (setelah uji coba). Kisi-kisi kuesioner yang baru ini hanya berisi item-item yang valid (yang sudah lolos uji validitasnya) dan item yang unvalid peneliti buang atau tidak digunakan untuk penelitian.

Tabel 5

Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang tua (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)

Pola Asuh

Orang Tua Aspek

No Item

Jumlah Favourable Unfavourable

1. Pengasuhan Otoritatif

Pengawasan ekstra ketat 2, 4, 6 1, 3, 5 6

Mengambil Keputusan 9 7, 8, 10 4

Mendorong remaja untuk mandiri

13 11, 12, 14 4

Masih menetapkan batasan dan kontrol pada tindakan remaja

15, 17, 19 16, 18 5

2. Pengasuhan Otoriter

Menetapkan batasan-batasan dan menghukum

21, 23, 25 20, 22, 24 6

Tegas 26, 28 27 3

Tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan

30, 32 29, 31 4

mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka.

34, 35, 36 33 4

3.Pengasuhan Permissive-Indulgent

Memanjakan 38, 40 37, 39, 41 5

Orang tua terlibat dalam kehidupan remaja

42, 44, 46, 47 43, 45 6 Menetapkan batasan

atau pembatasan pada perilaku mereka

49, 50, 53 48, 51, 52 6

4. Pengasuhan Permissive-Indifferent

Membiarkan anak 55, 57 54, 56 4

Orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja

59, 61, 63 58, 60, 62 6 Kehidupan orang tua

lebih penting dari pada mereka

65, 67 64, 66, 68 5

Orang tua tidak mempunyai waktu dengan remaja

69, 71 70, 72 4


(70)

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut reable (Azwar, 2007). Sukardi (2003), mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, dan apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpa Cronbach (α). Adapun

rumus koefisien reliabilitas Alpa Cronbach (α) adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

S12 dan S22 = varians skor belahan 1 dan variand skor belahan 2 Sx2 = varians skor skala

Hasil penelitian indeks reliabilitas dikonstruksikan dengan kriteria Gulford (Masidjo, 1995) dan tersajikan dalam tabel berikut ini :


(71)

Tabel 6 kriteria Gulford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2 0,71 – 0,90 Tinggi

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner yang peneliti lakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows, diperoleh hasil 0, 754 dari 86 item dengan kategori tinggi. Dari hal tersebut, kuesioner ini layak untuk dijadikan alat penelitian.

E.Pengumpulan Data

Peneliti telah melakukan uji coba kuesioner dan memperoleh hasil validitas dan reliabilitas yang memenuhi syarat, maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2014 pada siswa kelas VIII kasih, IX berani, dan IX mandiri di SMP Kanisius Pakem dengan jumlah populasi sebanyak 61 siswa.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010) mengatakan bahwa analisis data merupakan mengelompokkan data berdasarkan variabel dari keseluruhan responden, mentabulasi data berdasarkan seluruh responden, mengajukan data tiap variabel yang diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab


(72)

rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Penentuan skor pada item kuesioner

Penentuan dilakukan dengan cara memberikan skor dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable. Selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis validitas serta reliabilitas data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.

2. Kategorisasi

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari tidak sesuai sampai dengan sangat sesuai.

Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2007:108). Pola asuh orang tua siswa SMP Kanisius Pakem terdiri atas lima kategori: tidak sesuai, kurang sesuai, sedang, sesuai, dan sangat sesuai dengan norma kategorisasi sebagai berikut:


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI