4.3. Karakteristik Responden dan Informan
Responden penelitian ini merupakan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan klinik VCT, untuk lebih jelas tentang responden dapat dijelaskan pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik
Frekuensi Persentase
Umur • 25 tahun
• 25-49 tahun • 50 tahun
2 20
7 6,89
68,96 24,15
Jenis Kelamin • Laki-laki
• Perempuan 20
9 69
31 Pendidikan
• Tamat SD-SMP • Tamat SMA
• Tamat Diploma • Tamat S1
3 21
2 3
10,34 72,41
6,91 10,34
Pekerjaan • Buruh
• Pegawai swasta • PNS
• Wiraswasta • Tidak BekerjaIRT
5 8
5 6
5 17,2
27,6 17,2
20,7 17,2
Asal Daerah • Asal Langsa
• Bukan Asli Langsa 28
1 96,6
3,4
Jumlah 29
100
Berdasarkan tabel di atas dapar digambarkan bahwa responden berusia 25-49 tahun 69, responden berjenis kelamin laki-laki 69, pendidikan yakni tamat
SMA 72,4, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta 27,6 serta 96,6 merupakan penduduk asli Langsa.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperdalam maka penelitian ini juga dilakukan terhadap masyarakat kota Langsa yang terdiri atas masyarakat pengguna klinik VCT di RSUD kota
Langsa, petugas klinik VCT, Tokoh agama dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.4. Informan Penelitian No
Sumber Informan JK
Pendidikan Tanggal
Wawancara
Informan ke-1 Masyarakat pengguna
klinik VCT LK
SMA 28 Mei 2014
Informan ke-2 Masyarakat pengguna
klinik VCT LK
D3 28 Mei 2014
Informan ke-3 Masyarakat pengguna
klinik VCT Pr
SMA 30 Mei 2014
Informan ke-4 Masyarakat pengguna
klinik VCT LK
S1 30 Mei 2014
Informan ke-5 Petugas VCT
Pr S1 Perawat
4,9 Juni 2014 Informan ke-6
Petugas VCT Pr
Dokter 4,9 Juni 2014
Informan ke-7 Tokoh Agama
LK S1
13 Juni 2014 Informan ke-8
Tokoh Agama Lk
S3 17 Juni 2014
4.4. Persepsi Informan tentang Penyakit 4.4.1. Persepsi Informan tentang Kerentanan Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa deskripsi kerentanan penyakit responden berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan Penyakit Berdasarkan Pertanyaan
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
1 HIVAIDS adalah
jenis penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh virus yang
mudah menyerang siapa saja
6 20,7
15 51,7
6 20,7
2 6,9
2 HIV adalah jenis
virus yang menyerang
kekebalan tubuh manusia dan akan
menimbulkan AIDS dan menyerang
siapa saja
1 3,4
22 75,9
5 17,2
1 3,4
3 Ketika tubuh
terserang HIV, maka tubuh akan
rentan terkena penyakit lainnya
seperti TB paru, jamur dimulut
5 17,2
18 62,1
6 20,7
4 Penyakit HIVAIDS
akan menyebabkan penderita
kehilangan nafsu makan.
3 10,3
17 58,6
8 27,6
1 3,4
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden menjawab setuju pertanyaan-
pertanyaan persepsi tentang kerentanan penyakit. Meskipun demikian masih ada responden yang menjawab tidak setuju atas pertanyaan-pertanyaan tentang
kerentanan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa, hampir keseluruhan responden baik dalam mempersepsikan kerentanan terhadap penyakit. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Kerentanan Penyakit Kategori Persepsi
Frekuensi Persentase
Baik 23
79,3 Cukup
6 20,7
Buruk
Jumlah 29
100
Mayoritas responden 79,3 memiliki persepsi yang baik terhadap
kerentanan penyakit. Penyakit dipahami dapat dengan mudah menjangkiti responden. Hasil penelitian terhadap informan menemukan bahwa informan memiliki
pandangan yang hampir sama tentang penyakit HIVAIDS, berikut pernyataan informan.
Tabel 4.7. Matriks Tentang Persepsi Informan tentang HIVAIDS Informan
Pernyataan
Informan ke-1 “HIVAIDS itu penyakit yang berat dan susah sembuh, bahkan
belum ada obatnya. Jangan sampailah saya tertular penyakit itu Informan ke-2
“Setahu saya AIDS itu belum ada obatnya, jadi ini penyakit yang berbahaya bagi kita.
“Kalau sudah tertular kita gak akan pernah bisa sembuh, dan nyawa kita juga terancam”
Informan ke-3 “Penyakit AIDS itu adalah penyakit yang sangat ganas, sebab
penyakit ini dapat membuat orang mati karena tidak ada obatnya”
Informan ke-4 “Penyakit HIV atau AIDS, menurut saya penyakit yang harus
kita hindari, penyakit ini penyakit yang sangat berbahaya, karena selain gak ada obatnya, penyakit ini juga menimbulkan dampak
yang cukup banyak bagi kondisi kesehatan seseorang”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit HIVAIDS merupakan penyakit yang berbahaya bagi masyarakat, penyakit ini tidak bisa
disembuhkan dan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kondisi fisik manusia. Informan memiliki persepsi bahwa penyakit HIVAIDS merupakan
penyakit yang berat bila diderita seseorang. Selain pendapat umum tentang HIVAIDS, hasil penelitian menemukan
bahwa informan juga memiliki persepsi tersendiri tentang kerentanan terhadap HIVAIDS. Informasi dari informan dapat di lihat pada matriks berikut ini :
Tabel 4.8. Matriks Persepsi Informan tentang Kerentanan Penyakit Informan
Pernyataan
Informan ke-1 “ Menurut saya seseorang bisa terserang penyakit ini karena
kesalahan dia sendiri, mungkin karena dia sering berhubungan seks dengan orang lain yang bukan pasangan,misalnya orang
yang suka memakai PSK.” “ Jadi kalau kita bisa kuatkan keimanan kita, insyaAllah kita bisa
aman dari penyakit ini.
Informan ke-2 “ Siapa saja bisa tertular penyakit AIDS, dia gak lihat status kita,
penyakit ini juga bisa menularkan kita dengan banyak cara jadi sebenarnya kita harus was-was, dan yang paling penting agama
kita harus kuat”
Informan ke-3 “ Saya pernah dengar cerita teman saya, penyakit HIVAIDS ini
kan bisa nyerang siapa saja, jadi penyakit ini bisa mudah menyerang kita.”
“Saya pasti selalu berhubungan dengan suami saya, tapi saya selalu nanyai suami saya, mana tahu di luar sana dia ada yang
aneh-aneh, jadi saya tanyain selalu. Karena kitanya aman, tapi suami kita belum tentu aman. Jadi saya tanyai terus suami saya
untuk hal-hal yang begitu”
Informan ke-4 “ Penyakit ini susah dilihat kalau secara fisik, jadi tersembunyi
dan gak ada orang lain yang tahu, menurut saya siapa saja kita bisa dengan mudah terserang penyakit ini, karena cara
menularkannya juga gampang, dan penderitanya gak terlihat cirinya secara fisik”.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian menunjukkan bahwa informan memandang HIVAIDS sebagai penyakit yang rentan menularkan individu. Infoman memandang bahwa penyakit ini
bisa menularkan kapan saja dari berbagai sumber yang dekat dengan informan, sehingga setiap orang sangat memungkinkan terjangkit penyakit ini.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi informan tentang kerentanan terhadap penyakit ini sudah baik. HIVAIDS merupakan penyakit yang bisa menularkan siapa
saja, sehingga siapa saja cukup rentan terjangkit oleh penyakit ini.
4.4.2. Persepsi Informan tentang Keparahan Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa deskripsi keparahan penyakit responden berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Keparahan Penyakit Berdasarkan Pertanyaan
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
1 Faktor resiko terjadinya
HIVAIDS adalah karena perilaku seks
bebas 2
6,9 9
31 14
48,3 4
13,8 2
Penderita HIVAIDS dapat menyebabkan
kematian 8
27,6 21
72,4 3
Penderita HIVAIDS tidak dapat
disembuhkan 26
89,7 3
10,3 4
Penderita HIVAIDS dapat mudah
menularkan penyakit kepada siapa saja
termasuk istri 15
51,7 14
48,3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Lanjutan
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
5 Menggunakan narkoba
jenis jarum suntik secara bergantian
berisiko terjadinya HIVAIDS
5 17,2
16 55,2
8 27,6
6 Ibu hamil yang
menderita HIVAIDS dapat menularkan
kepada bayi yang dikandungnya
15 51,7
14 48,3
7 Karena susah diprediksi
maka setiap orang harus melakukan cek
kesehatan ke klinik VCT
4 13,8
22 75,9
3 10,3
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden menjawab kurang setuju
pertanyaan-pertanyaan persepsi tentang keparahan penyakit. Berdasarkan jawaban di atas hal ini mengindikasi bahwa masih banyak responden yang belum memahami
tentang HIVAIDS. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa untuk persepsi keparahan
penyakit, mayoritas responden tegolong baik, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Keparahan Penyakit Kategori Persepsi
Frekuensi
Baik 19
65,5 Cukup
10 34,5
Buruk
Jumlah 29
100
Universitas Sumatera Utara
Hasil menunjukkan bahwa 65,5 responden memiliki persepsi yang baik, sedangkan 34,5 memiliki persepsi yang tergolong cukup terhadap keparahan
penyakit. Responden memandang bahwa penyakit HIVAIDS memiliki dampak yang cukup parah terhadap diri bila sudah terjangkit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11. Matriks Persepsi Informan tentang Keparahan Penyakit Informan
Pernyataan
Informan ke-1 “ HIVAIDS itu gak ada obatnya sampai sekarang, dan belum
ada yang sembuh dari penyakit ini.” “Penyakit ini juga walau gak nampak, tapi nanti kalau udah parah
semua sakit kita bisa kena”
Informan ke-2 “ Menurut saya HIVAIDS sangat parah dampaknya bagi tubuh
kita, kita jadi mudah tertular penyakit lain, dan virus penyakit ini kan gak bisa dihilangkan”
Informan ke-3 “ Penyakit ini sangat parah, karena gak bisa disembuhkan”
Informan ke-4 “ Setahu saya orang yang terkena penyakit ini gak akan pernah
bisa disembuhkan, dan tubuhpun jadi mudah terserang penyakit lain, dampaknya sangat buruk bagi tubuh kita”
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, informan menyatakan bahwa
penyakit HIVAIDS adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Penyakit ini juga memiliki dampak yang parah bagi tubuh bila sudah menjangkiti.
Berdasarkan kedua hasil di atas dapat disimpulkan bahwa informan memandang penyakit HIVAIDS memiliki dampak yang parah terhadap kesehatan
penderitanya. Tidak adanya kepastian sembuh dari penyakit ini juga menjadi faktor yang menimbulkan persepsi keparahan.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Persepsi Informan tentang Ancaman Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa deskripsi ancaman penyakit responden berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Persepsi Ancaman Penyakit Berdasarkan Pertanyaan
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
1 Penyakit HIVAIDS
akan membuat penderita dikucilkan
oleh teman-teman 1
3,4 19
65,5 8
27,6 1
3,4 2
Penyakit HIVAIDS akan membuat
penderita akan dicemoohkan oleh
masyarakat 1
3,4 19
65,5 8
27,6 1
3,4
3 Menggunakan klinik
VCT akan merasa malu
2 6,9
20 69
7 24,1
4 Menggunakan klinik
VCT takut akan dipublikasikan
2 6,9
21 72,4
6 20,7
5 Tidak ada yang
peduli dalam keluarga, sehingga
enggan menggunakan klinik
VCT 1
3,4 19
65,5 9
31
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden menjawab setuju pertanyaan-
pertanyaan persepsi tentang keparahan penyakit. Berdasarkan jawaban di atas, hal ini dapat mengindikasikan bahwa responden memahami HIVAIDS dalam konteks
ancaman penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa untuk persepsi ancaman penyakit, mayoritas responden tegolong baik, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi Ancaman Penyakit Kategori Persepsi
Frekuensi Persentase
Baik 27
93,6 Cukup
2 6,9
Buruk
Jumlah 29
100
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa 93,6 responden memiliki
persepsi yang baik dan 6,9 responden memiliki persepsi yang cukup. Berdasarkan persepsi dapat disimpulkan bahwa responden memandang bahwa penyakit HIVAIDS
menimbulkan ancaman yang serius bagi kehidupan bila individu sudah terjangkiti HIVAIDS.
Wawancara yang dilakukan terhadap informan, menemukan hasil sesuai dengan matriks berikut ini :
Tabel 14. Matriks Persepsi Informan Tentang Ancaman Penyakit Informan
Pernyataan
Informan ke-1 “ Kalau bicara dampak terhadap kesehatan, penyakit ini mernutu
saya luar biasa dampaknya” “Kita tidak bisa sembuh dari penyakit ini, lalu penyakit ini juga
bisa dengan mudah kita tularkan kepada orang lain, bahkan terkadang kita sendiri saja nggak tahu kalau kita bisa kena
penyakit ini, jadi ini adlaah penyakit yang memiliki dampak berbahaya bagi kehidupan seseorang”
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Lanjutan Informan
Pernyataan
Informan ke-2 “ Penyakit ini sangat ganas, makanya saya mau datang untuk
memastikan, manatahu saya sudah tertular.” “Meskipun orang gak mengucilkan, pasti kita akan dijauhi oleh
orang lain, apalagi kalau orang sudah tahun kita tertular, jadi jangan sampailah kita tertular penyakit ini”.
Informan ke-3 “ AIDS inikan sudah saya bilan tadi, sangat berbahaya, kalau
campaknya menurut saya sangat parah, kita bisa kena dari mana saja dan siapa saja, dan kita juga menularkan kepada siapa saja
terutama kepada orang terdekat kita, seperti suami kita, atau istri kita. Kan sedih kalau kita gak tahu menderita penyakit ini, terus
kita menularkan sama suami kita atau kalau mas sama istrinya”.
Informan ke-4 “ Menurut saya dampak paling parah dari penyakit ini adalah
dampak sosialnya, meskipun bagi kesehatan menimbulkan dampak yang sangat parah, tapi secara sosial lebih parah”
“ Kita bisa terkucilkan di masyarakat karena penyakit ini, jadi serba salah juga sebenarnya. Kalau kita tahu penyakit ini dan
orang lain tahu, kita bisa dijauhi, tapi kalau kita gak tahu kalau kita sudah terjangkit kita bisa menularkan sama orang lain,
apalagi istri kita, anak kita. Jadi sebenarnya penyakit ini sangat mengancam kita, tapi menurut saya lebih baik kita memastikan
kalau kita kena penyakit ini atau tidak”
Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh hasil bahwa semua informan menyadari bahwa HIVAIDS memberikan dampak bagi kesehatan individu. Selain itu
juga menimbulkan dampak sosial bagi penderita. Kondisi ini dapat disimpulkan bwah penyakit HIVAIDS merupakan penyakit yang memberikan ancaman terhadap
masyarakat sehingga apapun caranya harus dilakukan agar bisa terhindar dari penyakit ini.
Berdasarkan analisis informasi dari berbagai informan dan responden yang tertuang dalam tabel dapat disimpulkan bahwa penyakit HIVAIDS dipersepsikan
Universitas Sumatera Utara
memiliki ancaman yang besar bagi masyarakat. Mayoritas responden menyakini bahwa HIVAIDS jadi penyakit yeng memberi ancaman.
Meskipun begitu penyakit HIVAIDS juga dipersepsikan cukup rentan dan menimbulkan efek yang parah bagi kehidupan. Sehingga berdasarkan hasil tersebut
persepsi terhadap penyakit diyakini cukup memberikan dampak “kengerian” tersendiri bagi masyarakat. Faktor kerentanan, keparahan dan ancaman memang
menjadi faktor yang yang mempertegas bahwa penyakit HIVAIDS merupakan penyakit yangs serius untuk segera ditangani oleh masyarakat pengguna klinik VCT.
4.5. Persepsi Informan terhadap Nilai Syariat Islam
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa deskripsi persepsi responden terhadap nilai syariat Islam berdasarkan pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Deskripsi Persepsi Responden terhadap Nilai Syariat Islam dan HIVAIDS
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
1 Penyakit HIVAIDS
adalah penyakit yang dilarang dalam agama
Islam 1
3,4 16
55,2 12
41,4 2
Penderita HIVAIDS akan mendapatkan dosa
besar karena melanggar syariat Islam
3 10,3
15 51,7
11 37,9
3 Nilai Syariat Islam
mengajarkan pemeluknya untuk
selalu menjaga kesehatan dari penyakit
berbahaya 4
13,8 19
65,5 6
20,7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Lanjutan
No Pernyataan
Jawaban SS
S KS
TS STS
f f
f f
f
4 Nilai Syariat Islam
mengajarkan untuk mencegah baru
mengobati 1
3,4 20
69 8
27,6 5
Penderita HIVAIDS akan mendapatkan
sanksi moral 21
72,4 7
24,1 1
3,4 6
Taat pada Syariat Islam merupakan cara untuk
terhindar dari HIVAIDS
2 6,9
19 65,5
8 27,6
7 Larangan Syariat Islam
untuk tidak berzina merupakan cara Islam
untuk menghindarkan dari HIVAIDS
1 3,4
17 58,6
11 37,9
8 Larangan Syariat Islam
untuk tidak enggunakan narkoba termasuk jenis
suntik merupakan cara Islam untuk
menghindarkan dari HIVAIDS
2 6,9
14 48,3
13 44,8
Selain persepsi terhadap penyakit, persepsi terhadap nilai syariat Islam juga
menjadi bagian dari focus penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Kategori Persepsi terhadap Nilai Syariat Islam Kategori Persepsi
Frekuensi Persentase
Baik 18
62,1 Cukup
11 37,9
Buruk
Jumlah 29
100
Berdasarkan tabel didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki persepsi
yang baik terhadap nilai syariat Islam berjumlah 62,1 dan responden yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
persepsi yang cukup hanya 37,9. Hasil menunjukkan bahwa responden memiliki perpsepsi yang baik dalam memandang Nilai Syariat Islam.
Nilai syariat Islam diyakini memberikan penguatan bagi responden untuk tidak terjangkit virus HIVAIDS dengan segala faktor resikonya. Nilai syariat Islam
memberikan aturan-aturan yang menjadi rel bagi pemeluknya untuk beraktivitas yang jauh dari resiko tertular penyakit HIVAIDS.
Hasil wawancara tentang nilai syariat Islam dapat dilihat pada matriks berikut ini :
Tabel 4.17. Matriks Persepsi Informan tentang Nilai Syariat Islam Informan
Pernyataan
Informan ke-1 “ Nilai –nilai agama merupakan nilai yang dapat mencegah kita
dari penyakit HIVAIDS, kalau kita menjalankan syariat agama Islam pasti kita akan terhindar dari penyakit-penyakit termasuk
HIVAIDS.” “Orang yang kena penyakit HIVAIDS pasti jauh dari nilai-nilai
agama makanya masyarakat mudah terkena penyakit HIVAIDS”
Informan ke-2 “ Agama Islam kalau dijalani secara benar pasti menghindarkan
kita dari hal-hal yang berbahaya, termasuklah penyakit HIVAIDS,”
“Tadi saya sudah katakana bahwa, kita bisa terhindar dari penyakit HIVAIDS bila kita taat terhadap ajaran agama Islam”
Informan ke-3 “ Saya setuju kalau nilai agama Islam dapat menghindarkan kita
dari penyakit HIVAIDS, menurut saya penyakit HIVAIDS merupakan penyakit yang sengaja diberikan Allah untuk
hambanya yang gak mau ikut perintahnya, misalnya jangan berhubungan seks sembarangan, tapi tetap dilakukan, ujungnya
jadi bisa kena penyakit AIDS:
Informan ke-4 “ Alqurankan sudah bilang kalau kamu melanggar perintah Allah
pasti Allah akan memberi azab, jadi menurut saya penyakit AIDS itu adalah azab bagi orang yang melanggar apa yang di larang
oleh Allah” “kalau kita taat terhadap Allah pasti kita akan dilindungi Allah
dan gak akan terkena penyakit AIDS”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman dan pelaksanaan nilai Syariat Islam diyakini dapat menjauhkan umatnya dari penyakit
HIVAIDS. Nilai syariat Islam diyakini dapat menjadi faktor yang mencegah manusia dari penyakit HIVAIDS, sehingga apabila ketaatan terhadap nilai syariat Islam
dilakukan maka kita dapat terhindar dari penyakit HIVAIDS. Kondisi ini sejalan dengan persepsi responden terhadap nilai syariat Islam dan
penyakit HIVAIDS. Persepsi yang baik dalam memahami nilai syariat silam diyakini menghindarkan diri dari penyakit HIVAIDS.
Kemudian bila melihat hubungan penerapan nilai syariat Islam dengan tindakan pencegahan HIVAIDS dapat di lihat pada matriks berikut ini :
Tabel 4.18. Matriks Persepsi Informan tentang Nilai Syariat Islam dalam Pencegahan HIVAIDS
Informan Pernyataan
Informan ke-1 “ Pada prinsipnya, Islam melarang kemungkaran terjadi pada
manusia, dan kehidupan Islam haruslah senantiasa membuat umatnya selalu sehat. Jadi syariat Islam sudah mengajarkan
aturan-aturan yang melarang menyebakan kemungkaran bagi manusia, misalnya berhubungan seks bukan dengan pasangan
yang sah, menggunakan narkoba. Jadi sebenarnya Islam menghindarkan dari penyakit HIVAIDS”
Informan ke-2 “Menurut saya, nilai syariat Islam dapat menjauhkan kita dari
penyakit AIDS, Islam melarang berduaan dengan yang bukan muhrim apalagi melakukan hubungan seks, Islam melarang untuk
mabuk-mabukkan, jadi pokoknya kalau Islam kita jalani secara benar kita bisa bebas dari AIDS.
Informan ke-3 “Tadi saya sudah bilang kalau agama Islam pasti bisa buat
umatnya terhindar dari AIDS, karena Islam punya larangan- larangan yang menurut saya bisa menjauhkan kita dari penyakit
ini”.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Lanjutan Informan
Pernyataan
Informan ke-4 “ Penerapan syariat Islam di Langsa menurut saya dapat
menjauhkan kita dari HIVAIDS, karena syariat Islam yang dijalankan sesuai dengan aturan Islam. Jadi apa yang ada dalam
aturan Islam pastilah menghindarkan umatnya dari penyakit HIVAIDS. Misalnya saja kalau dihotel ditangkap pasangan
bukan muhrim berada dalam satu kamar pasti akan ditangkap, inikan salah satu hal yang dapat mencegah terjadinya AIDS
dengan tidak menyediakan tempat bagi orang yang bukan muhrim untuk berbuat zina”
Berdasarkan informasi pada matriks dapat disimpulkan, infoman memiliki
persepsi bahwa nilai syariat Islam dengan segala aturannya menciptakan kemaslahatan bagi pemeluknya. Islam membuat aturan-aturan yang dapat mencegah
individu dari aktivitas-aktivitas yang dapat beresiko untuk menularkan HIVAIDS. Persepsi responden yang baik terhadap nilai syariat Islam, menjauhkan
informan dari aktivitas-aktivitas yang menjadi faktor penyebab terjangkitnya HIVAIDS. Nilai Syariat Islam diyakini memiliki aturan-aturan khusus berkaitan
dengan interaksi manusia yang menjaga manusia dari dampak yang berbahaya khususnya bagi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan lainnya :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Matriks Persepsi Informan tentang Nilai Syariat Islam dalam Pencegahan HIVAIDS
Informan Pernyataan
Informan ke-7 “ Sesungguhnya Islam adalah rahmat bagi sekalian alam, karena
dia rahmat pasti dapat menghindarkan manusia dari hal-hal yang mudhorat. Penyakit HIVAIDS adalah penyakit yang merupakan
azab Allah yang menimbulkan kemudharotan bagi manusia”. Alquran secara tegas mengungkapkan dalam surat Al-Isra ayat 32
yang bunyinya
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”
“Orang yang berhubungan seks dengan bukan muhrim termasuk Zina, sedangkan kita sama-sama tahu kalau kita berhubungan
seks apalagi dengan bukan muhrim dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan salah satunya adalah penyakit AIDS, penyakit
menular seksual lainnya” “ Jadi sudah jelas bahwa ajaran Islam dapat menghindarkan kita
dari HIVAIDS. Syariat Islam yang diterapkan di Langsa yang ada di Qanun semuanya bersumber dari Alquran, karena itu bila
Qanun itu dijalankan maka kita bisa terhindar dari hal-hal yang mudhorat”
Informan ke-8 “ Sesungguhnya Qanun yang diterapkan di Langsa ini sumber
utamanya adalah nilai-nilai Alquran yang dijalankan umat Islam, Islam sangat tegas melarang umatnya untuk melakukan aktivitas
yang mungkar, berzina, mabuk-mabukkan merupakan hal yang sangat dilarang oleh Allah, dan itukan jadi penyebab terjadinya
HIVAIDS” “ Sejarah dalam Alquran tentang bangsa Sodom yang merupakan
kaum nabi Luth merupakan contoh dari peradaban manusia yang melanggar sunatullah dan akhirnya di azab oleh Allah, semuanya
itu tergambar di Alquran. “ Sebenarnya Islam ini sudah sangat luar bisa mengatur umatnya
baik skala individu maupun skala sosial, hanya saja semuanya sangat bergantung pada umatnya, Qanun yang dibuat merujuk
pada Alquran bisa saja tidak dijalani, atau dijalani hanya sebatas karena ketakutan belaka bukan atas dasar keadaran oleh karena
itu kesadaran manusia yang harus ditingkatkan caranya mulai dengan paksaan tapi juga harus sejalan dengan menanamkan
kesadaran secara kontinyu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan informasi informan di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam syarat dengan nilai-nilai yang mengajarkan umatnya untuk dapat terhindar dari
penyakit HIVAIDS. Nilai-nilai yang ada tersebut sudah tertuang dalam kitab suci dan diajarkan pada manusia. Hanya saja dalam pelaksanaanya tidak semua manusia
dapat menjalankannya. Nilai syariat Islam secara prinsip mengatur tentang hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya HIVAIDS begitu juga dengan qanun yang dihasilkan yang mengacu pada Alquran. Akan tetapi tidak ada secara langsung dalam Qanun tertuang
teknis-teknis yang sesuai dengan teknis kesehatan.Nilai syariat Islam yang ada dalam qanun masih bersifat prinsipil, belum mampu merumuskan pada hal yang lebih teknis
dalam mendukung masyarakay untuk memanfaakan pelayanan VCT secara khusus.
4.6. Minat Memanfaat Pelayanan VCT