Kondisi ini sesuai dengan penelitian Khairurahmi 2009 yang menemukan bahwa pengaruh persepsi keparahan penyakit berhubungan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan masyarakat di Kota Medan untuk memanfaatkan pelayanan VCT. Hal ini disebabkan karena masyarakat memanfaatkan VCT karena perasaan
malu. Berdasarkan hasil responden dapat diketahui bahwa penyebab persepsi
keparahan yang cenderung kurang adalah faktor pengetahuan yang masih kurang. Berdasarkan penelitian Aswar 2013 bahwa faktor pengetahuan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif di kabupaten biak dalam memanfaatkan pelayanan VCT.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Dayaningsih 2009 yang menemukan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor klien yang mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan VCT di RSUD Kariadi Semarang. Artinya agar masyarakat mampu mempersepsikan penyakit secara baik maka akan dapat meningkatkan minat
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan VCT.
5.1.3. Pengaruh Persepsi Ancaman Penyakit terhadap Minat Memanfaatkan VCT
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil persepsi ancaman merupakan faktor dominan yang mendorong informan untuk memanfaatkan klinik VCT. Persepsi
terhadap ancaman dan kerentanan merupakan kedua faktor yang mempengaruhi minat dalam memanfaatkan pelayanan VCT.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan konsep Health Belief Model yang dinyatakan oleh Rosenstock 1974 dalam Sarwono 2006. Model ini menyebutkan bahwa perilaku
kesehatan akan dipengaruhi oleh 6 faktor, meliputi persepsi kerentanan terhadap penyakit perceived susceptibility, persepsi keseriusan terhadap ancaman kesehatan
perceived seriousness, persepsi manfaat dan hambatan terhadap perubahan perilaku kesehatan perceived benefit and barrier, self efficacy, serta faktor pendorong cues
to action. Kondisi ini juga sejalan menurut penelitian Purwaningsih 2011 yang
menemukan bahwa kerentanan untuk terinfeksi HIVAIDS pada orang risiko tinggi yang memanfaatkan VCT di Puskesmas Dupak dalam kategori kuat, Keseriusan yang
dirasakan perceived seriousness orang risiko tinggi terhadap HIVAIDS sudah kuat, kedua hal ini merupakan faktor yang mendorong masyarakat khususnya orang resiko
tinggi untuk dapat memanfaatkan pelayanan VCT di Puskesmas. Ancaman sosial berupa stigma masyarakat merupakan faktor dorong yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan VCT. Perasaan dikucilkan di masyarakat cenderung jadi faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Hal ini sejalan dengan
penelitian Aswar 2013 yang menyatakan bahwa faktor stigma merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif di kabupaten
biak dalam memanfaatkan pelayanan VCT. Hal ini juga didukung oleh penelitian Dayaningsih 2009 yang menemukan
bahwa stigma merupakan bagian dari faktor masyarakat yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan pelayanan VCT di RSUD Kariadi Semarang. Ancaman yang dirasakan secara sosial ternyata lebih menimbulkan pengaruh daripada ancaman fisik.
5.2. Analisis Persepsi Nilai Syariat Islam terhadap Minat Memanfaatkan VCT