Minat Memanfaat Pelayanan VCT

Berdasarkan informasi informan di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam syarat dengan nilai-nilai yang mengajarkan umatnya untuk dapat terhindar dari penyakit HIVAIDS. Nilai-nilai yang ada tersebut sudah tertuang dalam kitab suci dan diajarkan pada manusia. Hanya saja dalam pelaksanaanya tidak semua manusia dapat menjalankannya. Nilai syariat Islam secara prinsip mengatur tentang hal-hal yang dapat mencegah terjadinya HIVAIDS begitu juga dengan qanun yang dihasilkan yang mengacu pada Alquran. Akan tetapi tidak ada secara langsung dalam Qanun tertuang teknis-teknis yang sesuai dengan teknis kesehatan.Nilai syariat Islam yang ada dalam qanun masih bersifat prinsipil, belum mampu merumuskan pada hal yang lebih teknis dalam mendukung masyarakay untuk memanfaakan pelayanan VCT secara khusus.

4.6. Minat Memanfaat Pelayanan VCT

Bila berbicara minat memanfaatkan pelayanan VCT, semua responden merupakan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan VCT. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil sebagai berikut tentang minat dalam memanfaatkan pelayanan VCT. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20. Matriks Persepsi Informan tentang Minat Memanfaatkan VCT Informan Pernyataan Informan ke-1 “ Kalau ditanya mengapa saya ke klinikk VCT ini karena kemarin saya diinformasikan teman kalau ada cara untuk kita dapat mengetahui kita terserang AIDS atau tidak, saya datang ke VCT di rumah sakit itu karena saya takut terhadap penyakit ini, saya khawatir kalau saya sudah terkena, karena kalau sudah terkena dampaknya luar biasakan, gak bisa sembuh, dan saya juga bisa terkucilkan, jadi saya kemari semata karena ketakutan kalau saya sudah terkena” Informan ke-2 “ HIVAIDS itukan bisa masuk kapan saja, kita gak tahu kemarin-kemarin berjumpa, berkenalan, atau kemarin disuntik atau diinfus , namanya jaga-jaga. Kalau sudah kena kan bisa berbahaya, bukan untuk kita saja, keluarga kita juga bisa kena, itunya yang buat saya khawatir”. Informan ke-3 “ saya kemari untuk jaga-jaga aja, kalau gak kita yang terkena mungkin dari orang lain, suami misalnya. Jadi kalau kita sudah tahukan jadi lebih aman saja”. Informan ke-4 “Saya datang ke VCT ini atas anjuran istri saya agar kita sama- sama tahu kalau kita memang bebas dari penyakit HIVAIDS” Sebab kalau kita tidak sadar dan tahu kalau kita sudah terjangkit kan bisa berdampak untuk semuanya.” Berdasarkan hasil di atas didapatkan bahwa, minat informan datang ke klinik VCT dikarenakan persepsi terhadap penyakit. Persepsi terhdap ancaman penyakit bagi kehidupan merupakan faktor dominan yang melatarbelakangi informan untuk datang ke VCT. Selain itu faktor keluarga menjadi salah satu faktor dorong yang muncul yang mendorong informan untuk ke klinik VCT. Selain persepsi terhadap ancaman penyakit, faktor penguat yang berasal dari keluarga untuk memastikan ke klinik VCT menjadi faktor yang juga muncul dalam hasil penelitian. Faktor ini merupakan salah satu faktor yang bersifat eksternal yang memicu individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas didapatkan informasi bahwa : Tabel 4.21. Matriks Persepsi Informan tentang Minat Pasien Memanfaatkan VCT Informan Pernyataan Informan ke-5 “ Dari cerita-cerita saya dengan pasien VCT, sebenarnya mereka takut terjangkit HIVAIDS, ada perasaan malu bila sudah terjangkit, tapi lebih bahaya lagi kalau tidak tahu, Kebanyakan karena mereka takut akan dampaknya dan dapat menularkan sama yang lain. Selebihnya karena faktor keluarga juga ada, lalu pernah ada juga yang datang karena dia sering keluar kota ke Medan jadi untuk antisipasi, banyaklah ragamnya alasan masyarakat untuk datang” Informan ke-6 “Berdasarkan diskusi saya dengan pasien kebanyakan pasien datang takut daampak HIVAIDS ini apalagi dampak sosial yang ditimbulkannya, dampak kesehatannya juga jadi faktor yang membuat pasien banyak datang, lalu masyarakat bisa lebih dini tahu dan bisa menghindarkan dari orang-orang terderkat. Tetapi satu, dua pasien ada yang datang karena masyarakat takut saja, dengan kesibukan masyarakat ke luar kota Medan misalnya, terkadang berkenalan dengan orang baru yang tidak tahu asal usulnya bersama dalam beberapa hari menimbulkan interaksi yang lebih dalam bahkan, tapi sedikit yang begitu. “ Selain itu banyak pasien dating kemari dikarenakan informasi dari radio tentang VCT ini yang sangat sering, lalu ada juga yang dating karena masyarakat di rekomendasikan oleh dokter spesialis untuk memastikan hasil lab masyarakat sebelumnya” “ Rahasia pasien yang datang kemari untuk tidak diberitahu, makanya kami tidak kasih tahu semua, karena kami juga harus melindungi privasi pasien, tapi secara umum pasien banyak datang karena faktor takut aja dengan dampak HIVAIDS ini yang gak bisa disembuhkan dan cenderung melemahkan imunitas tubuh hingga mudah terjangkit penyakit lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dapat dipahami bahwa faktor persepsi terhadap penyakit khususnya ancaman merupakan faktor yang dominan mendorong masyarakat untuk dapat memanfaatkan pelayanan VCT. Selain itu faktor ancaman sosial merupakan faktor yang juga dominan mempengaruhi masyarakat untuk segera Universitas Sumatera Utara mendeteksi dini dari penyakit HIVAIDS. Meskipun demikian faktor kerentanan kerap juga jadi faktor dorong untuk berkunjung ke VCT, apalagi kota Langsa daerah Provinsi Aceh yang terdekat dengan kota Medan menyebabkan orang sering berinteraksi dengan masyarakat luar. Faktor lain yang juga mempengaruhi masyarakat untuk datang adalah faktor kerentanan terhadap penyakit, himbauan dokter untuk memanfaatkan pelayanan VCT menjadi faktor dorong yang bersumber pada persepsi informan terhadap kerentanan penyakit. Selain itu faktor media juga mendorong informan untuk memanfaatakan pelayanan VCT. Media menjadi faktor dorong yang bersifat eksternal dalam mempengaruhi informan untuk memanfaatkan pelayanan VCT. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Analisis Persepsi Penyakit terhadap Minat Memanfaatkan VCT

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil Untuk memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Di wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014

5 30 193

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

Pengantar Konseling VCT (Voluntary Counseling and Testing).

0 0 22

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 4

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 1 18

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)

0 0 11