konfirmasi bahwa metode analisis yang akan digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan Rohman, 2009.
Kategori yang terdapat dalam United States Pharmacopeia:
1. Kategori I
Metode untuk kuantifikasi komponen mayor dalam produk ruahan zat aktif, termasuk senyawa-senyawa pengawet dalam produk akhir obat,
diklasifikasikan dalam kategori I. Metode uji dan keseragaman kandungan masuk dalam kategori ini. Analisis zat dengan kadar kecil ini tidak diisyaratkan pada uji
keseragaman kandungan, karenanya penentuan Limit of Detection dan Limit of Quantification dalam uji ini tidaklahpenting Rohman, 2009.
2. Kategori II
Metode kategori II ditujukan untuk menentukan pengotor pengganggu impurities dalam ruahan obat bulk, produk-produk degradasi dalam produk
akhir obat atau dalam proses pembersihan cleanng process. Metode ini lebih lanjut dibagi menjadi 2 yaitu ke dalam uji kuantitatif dan uji bataslimit test
Rohman, 2009.
3. Kategori III
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik kinerja produk akhir jatuh pada kategori III. Uji disolusi tidak termasuk pengukurannya
dan uji-uji pelepasan obat merupakan contoh metode yang masuk kategori ini Rohman, 2009.
Tabel I. Elemen-elemen data yang dibutuhkan untuk uji validasi
Parameter Kinerja
Analisis
Pengujian kategori I
Pengujian kategori II
Uji
kategori
III Kuantitatif
Uji Batas
Akurasi Ya
Ya Presisi
Ya Ya
Tidak Ya
Spesifisitas Ya
Ya Ya
LOD Tidak
Tidak Ya
LOQ Tidak
Ya Tidak
Linearitas Ya
Ya Tidak
Kisaran range Ya
Ya Ruggedness
Ya Ya
Ya Ya
Mungkin dibutuhkan, tergantung pada uji spesifiknya Rohman, 2009.
H. Landasan Teori
Kurkumin merupakan senyawa yang dapat diekstrak dari temulawak ataupun kunyit. Senyawa tersebut dikenal memiliki beberapa aktivitas seperti
antioksidan anti radikal bebas, anti inflamasi anti radang, anti kolesterol, dan anti kanker. Karena kurkumin memiliki beberapa kelemahan, seperti kelarutan
dalam air yang rendah sehingga bioavailibilitas ketersediaan dalam darah yang rendah oleh karena itu harus dicari penyelesaian dari masalah tersebut.
Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dilakukan Dispersi padat kurkumin dengan matriks HPMC. Dispersi padat adalah dispersi satu atau lebih
bahan aktif dalam suatu pembawa inert atau matriks dalam bentuk padat yang dibuat dengan metode peleburan, pelarutan atau pelarutan-peleburan. Teknik
dispersi padat pertama kali diperkenalkan oleh Sekiguchi dan Obi 1961 dengan
pembawa yang mudah larut diantaranya: polivinilpirolidon, polietilen glikol, dan urea dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel, meningkatkan laju
dissolusi obat yang tidak larut dalam air. Drug loadyaitu jumlah kurkumin yang terkandung dalam keseluruhan
total kurkumin dan pembawa. Semakin tinggi nilai drug load menunjukkan bahwa semakin banyak obat yang terkandung dalam dispersi padat sedangkan jumlah
pembawa yang ada semakin sedikit sehingga disolusi obat menjadi lebih rendah. Uji disolusi menggunakan alat uji disolusi. Metode uji disolusi yang
dilakukan adalah dengan metode klasik. Metode ini mengukur jumlah zat aktif yang terlarut hanya pada waktu tertentu. Kemudian kadar kurkumin diukur
dengan KLT-Densitometri.
I. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, dapat dihipotesiskan bahwa proporsi drug load berpengaruh terhadap peningkatan disolusiefisiensi kurkumin ekstrak
temulawak dalam HPMC dengan spray drying,dimana semakin kecil proporsi drug
load diperkirakan
semakin besardisolusiefisiensikurkuminekstrak
temulawak.