Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin dalam Sampel

dengan pembentukan dispersi padat, kurkumin yang molekulnya berbentuk kristal diubah menjadi bentuk amorphous dengan bantuan spray dryer. Pada saat proses spray drying, kurkumin yang awalnya berbentuk kristal dengan adanya penghilangan pelarut etanol 96 yangcepat membuat molekul kurkumintidak sempat menata dirinya sehingga molekulnya tersusun tidak beraturan dan menjadibentuk amorphousGoldberg et al, 1965. Bentuk amorphous memiliki energy state yang besar, untuk membuatkondisinya stabil maka bentuk amorphous memiliki kecenderungan untukmenyerap air dengan cepat, baik air dari udara maupun dari medium yang ada.Maka dari itu ketika dispersi padat kontak dengan air maka obat yang terdispersidalam matriks akan lebih cepat larut. Jadi kurkumin yang diformulasikan dalam dispersi padat akan lebih mudah melarut dalam medium disolusi dibandingkandengan kurkumin yang diformulasikan dalam serbuk campuran fisik karena dalam serbuk campuran fisikkurkumin masih berada dalam bentuk kristalLeuner dan Dressman, 2000. Pada serbuk campuran fisik, karena tidak diberi perlakuaan apapun makakurkumin yang ada dalam sistem tersebut molekulnya masih berbentuk kristalin.Bentuk kristalin memiliki susunan molekul yang teratur dan rapat, sehinggamembuat molekul air sulit untuk masuk. Maka dari itu disolusi kukumin padadispersi padat isolat ekstrak rimpang temulawak-HPMC E-15 memiliki profil yang lebih baik dibandingkan dengan serbuk campuran fisik.Pembentukan dispersi padat juga menghasilkan ukuran partikel yangkecil, karena saat pembentukan dispersi padat, serbuk telah terlebih dahuludidispersikan dalam pelarut yang sesuai dan ketika dilakukan proses spray makadispersi tersebut akan melewati nozzle dengan ukuran yang kecil sehinggadihasilkan partikel yang fines halus. Ukuran partikel juga berpengaruh terhadapdisolusi obat. Menurut Aulton 2002, semakin kecil ukuran partikelmaka luas permukaan spesifiknya akan semakin besar sehingga luas kontaknyadengan medium akan semakin besar dan kemungkinan partikel akan terbasahisempurna akan semakin besar dengan demikian akan mempercepat disolusinya.

J. Hubungan Proporsi Drug load Terhadap Disolusi Kurkumin

Gambar 5. Grafik hubungan antara persentase kurkumin yang terdisolusi dengan waktu Dari ketiga kurva hubungan persentase kurkumin terdisolusi terhadapwaktu diketahui bahwa dispersi padat dengan drug load 2,4 Formula -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 -20 20 40 60 80 100 120 140 T e rd is o lu si Waktu menit Hubungan persentase kurkumin terdisolusi vs waktu pada dispersi padat isolat ekstrak rimpang temulawak – HPMC E-5 Formula 1:1 Formula 1:2 Formula 1:4 3, 4 Formula 2 dan 6 Formula 1 menghasilkan profil disolusi kurkumin yang lebih baik dibandingkan denganserbuk campuran fisik, hal tersebut karena pada campuran fisik tidak terjadi proses disolusi. Dispersi padatdengan drug load yang semakin kecil yaitu, dengan proporsi drug load 2,4memberikan disolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi drug load 4 dan 6. Hal ini dikarenakan semakin kecil proporsi drug load maka jumlahpembawa yang ada dalam sistem lebih banyak jika dibandingkan denganjumlah pembawa yang terkandung dalam sistem dispersi padat dengan proporsi drug load yang besar, sehingga sistem dispersi padat dengan proporsi drug load yang kecilakan menghasilkan disolusi yang lebih tinggi. Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin dapat dilihat dengan membandingkan disolusi efisiensi tiap formula.Disolusi efisiensi merupakan perbandingan luas di bawah kurva disolusi dengan luas segi empat seratus persen zat aktif larut dalam medium pada saat tertentu. Penggunaan disolusi efisiensi dalam penggambaran hasil uji disolusi memiliki keuntungan salah satunya adalah dengan satu ekspresi, dapat terungkap semua titik yang ada dalam kurva uji disolusi, sehingga banyak formula dapat dibandingkan Fudholi, 2013. Tabel VIII. Penghitungan DE pada menit ke 120 Formula Perbandingan Ekstrak : HPMC DE 120 Rata - rata DE 120 Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 1 1 : 1 7,57 7,59 8,71 7,96 ± 0,65 2 1 : 2 14,42 14,08 13,81 14,13 ± 0,3 3 1 : 4 19,26 18,64 19,76 20,12 ± 0,56 Untuk pengujian normalitas data digunakan uji Shapiro-Wilk karena datayang diuji jumlahnya kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk, nilaisignifikansi p untuk Formula 1 adalah 0.0151sedangkan nilai signifikansi Formula 2 dan 3 masing masing adalah 0.9807 dan 0.6496. MenurutDahlan 2009, apabila nilai p 0,05 menunjukkan bahwa kelompok datamempunyai distribusi tidak normal. Dari hasil uji Shapiro-Wilk maka diketahui bahwa dari tiga variabel yang diteliti ternyata ada satu variabel yang memilikinilai signifikansi atau p 0,05 yang menunjukkan bahwa distribusi data tidaknormal. Untuk mengetahui variansi dari semua data sama atau tidak, maka dilakukan Levene test, setelah diuji didapatkan nila p sebesar 0.2898, kare na nila p ≥ 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variansi dari data tersebut adalah sama. Metode Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan Disolusi Efisiensi pada menit ke 120 antara masing-masing formula dengan melihat nilai signifikansi. Bila nilai signifikansi yang diperoleh 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan Disolusi Efisiensi pada menit ke 120 antara masing-masing formula, sedangkan bila nilai signifikansi yang diperoleh 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan Disolusi Efisiensi pada menit ke 120 antara masing-masing formula. Dari uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p adalah0.02732menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Disolusi Efisiensi pada menit ke 120 antara masing-masing formula. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon Sign Rank Test merupakan uji statistik yang dilakukan untuk melihat apakah adaperbedaan median dari suatu observasi berpasangan dengan memperhitungkan besarnya selisih-selisihdari dua observasi yang bersesuaian. Wilcoxon Sign Rank Test merupakan suatu ujinonparametrik yang biasanya digunakan pada data-data kualitatif skala nominal dan ordinal atau untuk data kuantitatif yangtidak berdistribusi normal. Dari uji Wilcoxon, CFormula 3 dibandingkan dengan AFormula 1, menghasilkan nilai p ≥ 0,05, yaitu 0,05, maka Ho deterima maka C lebih besar daripada A, begitu juga dalam uji t.test C dibandingkan dengan BFormula 2dengan p = 0,05, Ho deterima maka C lebih besar daripada B, dan dalam uji t.test B dibandingkan dengan A menghasilkan nila p = 0,05, Ho deterima maka B lebih besar daripada A, jadi kesimpulan dari uji statistik ini, urutan Disolusi Efisiensi dari yang besar ke kecil adalah dari CFormula 3,BFormula 2 dan AFormula 1 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh proporsi drugload terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak dalam HPMC. Dispersi padat dengan drug load 2,4 memberikan Efisiensi Disolusi yang lebih tinggi daripada pada drug load 4 dan 6 , dan dari uji disolusi diperoleh bahwa disolusi kurkumin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah HPMC E-15 dalam dispersi padat.

B. Saran

1. Perlu melihat glass transition temperature dari serbuk dispersi padat danserbuk campuran fisik dengan menggunakan Differential ScanningCalorimetry DSC. 2. Perlu dilakukan uji bioavailibilitas.

Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 / Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin.

2 7 60

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying.

2 6 96

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Hydroxypropyl Methycellulose (HPMC) dengan spray drying.

0 2 87

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin

1 2 58

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator.

1 3 90

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) dengan spray drying

0 2 94

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma donestica C 95)-HPMC E-5 - USD Repository

0 2 118

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator - USD Repository

0 0 88