Lean Thinking IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA.

harapan pelanggan. Menurut Wycof dalam Lovelock,2003, kualitas jasa adalah tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan perceived service sesuai dengan yang diharapkan expected service, maka kualitas jasa yang diperspsikan baik dan memuaskan. Definisi kualitas menurut American Society for Quality ASQ adalah totalitas antara fitur dan karakteristik produk atau layanan yang memiliki kemampuan untuk memenuhi suatu kebutuhan. Kualitas merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam setiap proses. Kualitas yang baik akan dihasilkan oleh proses yang terkendali. Statistik merupakan suatu metode pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisis informasi yang terkandung didalam suatu sampel dari populasi itu Montogomery, 1995 dalam Nasution 2004. Metode statistik memainkan peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik memberikan cara – cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasinya, dan informasi di dalam data itu yang digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses. Sejumlah grafik efektif digunakan sebagai alat dalam memperbaiki kualitas pada proses manufakturing, alat – alat tersebut juga cukup efektif untuk digunakan dalam usaha perbaikan proses operasi jasa.

2.4. Lean Thinking

Konsep lean production pertama kali diaplikasikan oleh Toyota Jepang. Lean Production merupakan strategi operasi dengan pendekatan waktu sebagai dasar dalam membuat produk yang akan dihasilkan Mudjahidin dan Sutedja, 2003. Dengan pendekatan waktu tersebut diharapkan perusahaan dapat mengurangi penggunaan waktu untuk keberangkatan sampai kedatangan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan model-model sistem produksi Craft Mass Lean Tenaga Kerja Mempunyai keahlian yang tinggi dalam hal desain dan pengoperasian mesin Interchangeable worker pembagian tenaga kerja Flexible teamwork, Little management layers. Tanggung jawab melaksanakan improvement oleh seluruh organisasi Organisasi Terdesentralisasi namun terkonsentrasi pada satu kota Vertical integration Adanya network antar supplier dengan kemampuan desain dan rekayasa Koordinasi oleh ownerentrepreneur Central organization design, rekayasa dan produksi pada satu lokasi Adanya Improvement sepanjang supply chain Alat General purpose Machine Dedicated machine General purpose Machine Produk Volume produksi rendah sekitar 1000 item bahkan kurang pertahun tidak ada produk yang sama Volume produksinya tinggi daur hidup produk panjang Daur hidup produk yang lebih singkat seperti Niche Model Sumber : Manufacturing Operations Supply Chain Management, Taylor and Brunt, 2003. Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa Lean Production merupakan pengembangan dari dua sistem yang lain mass production dan craft production dimana sistem ini membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan tinggi serta kefleksibelan peralatan sehingga mampu meminimasi kebutuhan sumber daya jika dibandingkan mass production. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap customer dan meminimasi biaya supply chain. Lean Production mencoba merumuskan esensi dari pendekatan lean tersebut menjadi lima prinsip kunci yang dapat diaplikasikan tidak hanya pada industri otomotif saja namun juga pada sektor-sektor lainnya. Untuk menjadi sebuah organisasi yang lean atau ramping, hal pertama yang harus dipahami adalah kebutuhan pelanggan dan value mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perusahaan harus juga memahami value stream dalam organisasinya bahkan lebih jauh lagi harus memahami pula value stream dalam supply chain-nya. Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan perlu melakukan tindakan-tindakan meniadakan atau mengurangi adanya waste atau pemborosan-pemborosan dalam value stream. Selanjutnya adalah membuat sebuah target atau sasaran dan melihat ada tidaknya perubahan yang terjadi menuju kesempurnaan. Dasar pemikiran dari lean production adalah usaha untuk mengurangi pemborosan atau waste baik dalam tubuh perusahaan maupun antar perusahaan. Dasar pemikiran ini adalah hal mendasar untuk mewujudkan sebuah value stream yang ramping atau lean. Meningkatkan produktifitas sistem berarti merampingkan proses operasi Hines dan Taylor, 2003. Menurut Yakobus Womack dan Jones, prinsip Lean Production adalah : a. Value : menyediakan produk yang benar kepada pelanggan, dengan harga yang benar, di waktu yang tepat b. Value stream : satuan tindakan yang membawa suatu produk dari konsep ke perwujudan, memesan ke penyerahan, atau bahan baku menjadi produk jadi c. Flow : pergerakan tanpa kelim sampai pada langkah-langkah penciptaan nilai d. Pull : berbuat hanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dibanding memaksa, atau mendorong, suatu produk ke pasar e. Perfection : secara terus-menerus dan dengan kejam meningkatkan nilai, arus nilai, aliran, dan mendorong operasi bisnis Menurut Shigeo Shingo, terdapat tujuh kategori waste yang diidentifikasikan dalam sistem produksi Toyota. Adapun ketujuh kategori waste yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Overproduction, merupakan kegiatan produksi yang berlebihan atau terlalu cepat yang menyebabkan buruknya aliran informasi atau material serta kelebihan persediaan Hines dan Taylor, 2003. Overproduction ini merupakan waste yang paling mengkhawatirkan karena keberadaannya dapat mengganggu kelancaran aliran produk dan jasa, bahkan sangat mungkin menghambat kualitas dan produktifitas Hines dan Rich, 2004. b. Defect, merupakan terjadinya kesalahan dalam pengerjaan dengan frekuensi tinggi, permasalahan kualitas produk atau jasa, dan kinerja kegiatan pengiriman produk dan jasa yang buruk Hines dan Taylor, 2003. Hal ini adalah suatu direct cost atau biaya langsung. c. Unnecessary Inventory, adalah persediaan produk yang berlebihan dan terjadinya penundaan aliran informasi atau produk, menyebabkan membengkaknya biaya dan rendahnya customer service Hines dan Taylor, 2003. d. Inappropriate Processing, pelaksanaan proses kerja dengan menggunakan set peralatan atau prosedur, atau sistem yang tidak tepat Hines dan Taylor, 2003. e. Excessive Transportation, perpindahan dari manusia, informasi atau material yang berlebihan, menyebabkan terjadinya pemborosan waktu, usaha dan biaya. f. Waiting, kondisi tidak aktifnya manusia, informasi atau material dalam periode yang lama, yang menyebabkan panjangnya Lead Time. g. Unnecessary Motion, tempat kerja dan peralatan yang tidak ergonomis yang menyebabkan operator harus bekerja dalam kondisi melakukan gerakan bending dan stretching yang berlebihan serta sering terjadinya kehilangan item tertentu Hines dan Taylor, 2003 Berkaitan dengan konsep waste yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam konteks system manufacturing, aktivitas-aktivitas yang terjadi didalamnya dikelompokkan menjadi tiga kategori sebagai berikut : a. Value Adding activity, adalah merupakan aktivitas-aktivitas yang dalam perspektif customer, menjadikan produk atau jasa yang dihasilkan lebih bernilai Hines dan Taylor, 2003. Termasuk didalamnya adalah pembuatan atau proses perubahan raw material atau bahan baku dengan menggunakan tenaga manual melalui kegiatan-kegiatan seperti perakitan. b. Non-value Adding activity adalah aktivitas-aktivitas yang dimata konsumen tidak membuat produk atau jasa lebih bernilai, dan tidak diprelukan dalam suatu proses produksi. Aktivitas ini merupakan pemborosan dan harus dihilangkan atau paling tidak diminimalkan, seperti waiting time, double handling, dan sebagainya. c. Necessary but Non-value Adding activity adalah aktivitas yang dimata konsumen tidak membuat suatu produk atau jasa lebih bernilai tetapi perlu karena jika tidak dilakukan maka proses suplai akan terganggu.

2.5. Big Picture Mapping