Efek Kebosanan Mempengaruhi Perilaku Belajar

belajar tempat mereka belajar sehari-hari juga kurang nyaman untuk mereka belajar. Anak-anak dalam hal memebersihkan lingkungan tempat tinggalnya memang cenderung kurang peduli. Hal ini mempengaruhi perilaku belajar mereka juga yang membuat tidak bersemangat dan malas belajar. Faktor lingkungan sekitar juga terkadang menuntut anak untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Anak di tuntut untuk mengikuti semua kondisi yang ada di sekitar yang menurut dirinya itu monoton atau bahkan membosankan. Perilaku malas belajar yang ditunjukkan oleh anak-anak di panti asuhan ini karena anak tidak mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Dari hasil observasi yang peneliti lihat saat jam belajar tiba anak-anak sangat sulit untuk diajak belajar dan ada juga beberapa anak bahkan ada yang tidur saat jam belajar. Kegiatan yang monoton dan membosankan ini menyebabkan anak menjadi sulit diatur dan menjadi anak yang pembangkang karena kurangnya perhatian dari orang tua atau pamong panti. Jika hal ini di diamkan maka anak akan menganggap bahwa sekolah dan belajar itu bukanlah sesuatu hal yang penting karena orang tua atau pamong panti saja tidak memperhatikan mereka. 2. Faktor Non Sosial Faktor non sosial dalam hal ini adalah faktor yang ada dalam diri subjek sendiri. Subjek harus bisa mengkondisikan dirinya sendiri jika saat rasa bosan tersebut datang dalam dirinya. Subjek harus bisa melawan rasa bosan dengan kehidupan di panti dengan melakukan kegiatan lain sehingga rasa bosan tersebut tidak membuat perilaku belajarnya menjadi malas-malasan. Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada kedua subjek jawaban yang mereka berikan tidak jauh berbeda. Mereka sejauh ini bisa mengendalikan rasa bosan yang ada dalam diri mereka sendiri pada hal-hal yang membuat dirinya menjadi terhibur. berikut kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan Andre: Andre: “ya aku sih biasanya tidur mbak kalau ngga main PS Play Station atau ngga ke warnet tapi itu kalau aku ada uang mbak ,” Andre: “itu aku lakuinnya diem-diem mbak, kalau sampai ketahuan bruder kaluar panti aku bisa dihukum mbak .” WS1ALAS-PART015-020 Andre mengaku kalau hal yang paling sering ia lakukan jika perasaan bosannya sedang datang ialah tidur atau saat Andre punya uang ia akan pergi ke warnet atau bermain PS Play Station. Andre biasanya mendapatkan uang dari orang tuanya jika saat orang tuanya menengok dirinya di panti atau Andre mendapatkan uang dari pamong panti jika di sekolah sedang ada acara dan uang yang diberikan lebih maka ia bisa pergi ke warnet atau bermain PS Play Station. Hasil wawancara peneliti dengan Tama juga tidak jauh berbeda jawabannya dengan Andre. Tama juga lebih memilih tidur dan mendengarkan musik dari pada harus bermain dengan teman-temannya. Berikut kutipan wawancara dengan Tama: Tama: “ya kalau aku sih mbak biasanya tidur atau ngga dengerin musik .” Peneliti: “memang kamu ngga mau bermain dengan teman- teman mu? Tama: “ah ngga lah mbak enakan sendiri tidur atau ngga dengerin musik .” WS2ALAS-PART011-016 Tama memang termasuk kedalam anak yang tidak suka keramaian, disaat teman-temannya sedang bermain bola biasanya Tama hanya mendengaran musik dari MP3 Player yang ia miliki. Tama merupakan anak yang memang sulit untuk bersosialisasi dengan teman-temannya di panti asuhan. Tama mengatakan bahwa ia mengatasi kebosanan yang ada dalam dirinya dengan cara tetap tenang dan berdoa. Tama memang termasuk kedalam anak yang bisa mengatur dirinya sendiri jika perasaan bosannya datang namun dalam hal belajar Tama memang sulit untuk berkonsentrasi. Saat jam belajar tiba Tama biasanya mengajak bicara teman sebelahnya dan mengganggu teman-teman lainnya. Pada dasarnya anak-anak pada usia tersebut sedang banyak ingin melakukan kegiatan yang diinginkannya karena mereka sedang mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam diri mereka. Sebagai pamong anak-anak di panti sebenarnya pamong mengetahui bahwa anak-anak sedang menginginkan sesuatu yang baru di dalam panti hanya saja pamong memikirkan jika anak- anak diberikan kebebasan maka nantinya anak-anak akan menjadi tidak tertib dan semaunya sendiri. Peneliti: “pak apa bapak tahu kalau anak-anak ingin diberikan kebebasan dalam mereka melakukan kegiatan?” Pamong: “iya saya tahu kok mbak, mereka pengen banget banget bisa keluar panti dan diberikan hari bebas.” Peneliti: “lalu kenapa tidak diberikan saja pak waktu bebas tersebut?” Pamong: “wah sulit mbak kalau seperti itu karena jumlah anak-anak yang banyak takut tidak terkontrol semua mbak, takut nanti jika ada sesuatu yang terj adi.” WTPERS- PART025-033 Ketakutan pamong panti terhadap sesuatu hal yang bisa terjadi terhadap anak-anak memang sangat beralasan karena pamong panti takut kalau anak-anak diberikan kebebasan maka nantinya anak-anak akan menjadi tidak terkontrol dan sulit untuk diatur. Sikap yang demikian dilakukan karena pamong mendapatkan tanggung jawab dari orang tua mereka yang menitipkan anak-anak mereka di panti agar anak-anak bisa di didik menjadi lebih disiplin. Pamong: “anak-anak itu belum bisa diberikan tanggung jawab mbak, mereka terkadang suka seenanknya sendiri mbak. Contohnya saja seperti bangun tidur mereka harus merapikan tempat tidurnya, hal sekecil itu saja mereka belum bisa melakukannya mbak, belum bisa bersikap disiplin apalagi kalau diberikan kebebasan mbak semakin tidak terkontrol nantinya. Padahal di luar sana nantinya mereka harus menjalani kehidupan yang lebih keras lagi.” WTPERS-PART034-042 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memaparkan keseluruhan hasil penelitian. Bagian saran memuat masukan bagi peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang jauh lebih baik dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini ialah, subjek merasa bosan tinggal di panti karena tidak adanya perubahan kegiatan di dalam panti. Anak merasa kurang bebas dalam melakukan kegiatan yang mereka inginkan di dalam panti. Kebosanan yang terjadi dalam diri anak panti ini mempengaruhi perilaku belajarnya. Saat jam belajar anak menjadi malas-malasan dalam belajar dan sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar atau mengerjakan pekerjaan rumahnya. Anak lebih sering bermain saat jam belajar karena saat jam belajar pimpinan panti terlihat jarang mendampingi anak-anak belajar, sehingga anak-anak merasa bebas bermain dalam jam belajar tersebut. Pada hasil penelitian yang dilaksanakan dengan kedua subjek dan pembahasan yang telah di paparkan, kebosanan yang dialami kedua subjek sangat buruk. Hal tersebut terlihat pada saat jam belajar subjek sangat sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kedua subjek lebih suka bermain dan mengganggu teman lainnya yang sedang belajar. Perilaku belajar subjek yang malas belajar ini membuat prestasi belajar subjek di sekolah menjadi rendah. Perilaku demikian dilakukan kedua subjek karena mereka menginginkan sesuatu hal yang baru dalam panti, namun tidak bisa di wujudkan. Kebosanan yang terjadi pada subjek juga dipengaruhi oleh lingkungan serta orang-orang yang ada di dalam panti. Kurangnya perhatian dari pamong panti dan lingkungan di dalam panti asuhan ini membuat anak merasa cepat bosan dan kegiatan yang monoton juga membuat anak merasakan kebosanan yang tinggi. Faktor diri sendiri juga mempengaruhi rasa kebosanan itu timbul karena anak kurang bisa mengendalikan perasaannya ketika rasa bosan tersebut datang. Anak cenderung melampiaskan pada hal-hal yang justru membuatnya semakin merasa bosan. Kebosanan yang terjadi dalam diri anak ini mempengaruhi perilaku belajar anak di dalam panti maupun di sekolah. Pada saat jam belajar berlangsung anak sering terlihat bermain-main dan mengganggu teman-teman yang sedang belajar. Selain bermain subjek juga sering tidur di ruang belajar dan saat ditegur oleh pamong biasanya subjek marah dan dengan terpaksa baru akan belajar. Namun dengan kondisi yang demikian kedua subjek tetap berusaha menjadi anak yang baik dan menunjukkan perilaku yang baik saat di panti.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran bagi peneliti lain, pamong panti, orang tua, pembaca dan anak panti asuhan: 1. Bagi Peneliti Lain a. Membangun hubungan dengan baik dan relasi yang dekat agar subjek merasa nyaman dengan peneliti. b. Menunjukkan penerimaan yang baik melalui komunikasi non-verbal atas setiap pernyataan yang diutarakan subjek. 2. Bagi Pamong Panti a. Pamong panti seharusnya bisa memberikan perhatian kepada anak sehingga mengetahui apa yang selama ini mereka rasakan. b. Memberikan kegiatan yang berbeda agar anak tidak merasakan bosan dan nyaman tinggal di dalam panti. 3. Bagi Orang Tua a. Orang tua seharusnya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anaknya yang berada di dalam panti. b. Sebagai orang tua seharusnya mengetahui perkembangan anaknya dan bisa memberikan kasih sayang lebih terhadap anaknya, 4. Bagi Pembaca a. Pembaca diharapkan mampu ikut berempati dengan apa yang dirasakan oleh anak panti yang kurang perhatian dari orang tua. b. Pembaca juga diharapkan mampu merasakan bagaimana kehidupan di dalam panti asuhan. 5. Bagi Anak Panti Asuhan a. Anak panti harus mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan selama di panti itu semata-mata untuk kebaikan dan bermanfaat bagi diri sendiri di masa depan. b. Anak panti harus bisa menjaga menjaga perasaannya saat rasa bosan datang sehingga tidak melakukan hal-hal negatif yang melanggar peraturan panti. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi Rulam, 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media http:www.sarjanaku.com201012teori-belajar.html. Di unduh pada tanggal 11- 09-2014, pukul 20.38 WIB http:herrystw.wordpress.com20110523pengertian-belajar-menurut-para- ahli. Di unduh pada tanggal 11-09-2014, pukul 21.00 WIB http:psychologynews.infoartikelpanti-asuhan . Di unduh pada tanggal 11-09- 2014, pukul 21.45 WIB Ling Jonathan, 2012. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Sugiyono, 2011. Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta Sunaryo Wowo, 2012. Taksonomi Kognitif. Bandung: Remaja Rosdakarya