Subjek 2 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perilaku malas belajar yang ditunjukan oleh Tama ini seolah- olah menunjukkan bahwa Tama menginginkan sesuatu yang baru atau yang berbeda dalam panti. Tama juga malas jika saat jam bekerja seperti membersihkan panti datang, Tama lebih sering terlihat mendengarkan musik di MP3 Player yang dimilikinya daripada harus bekerja dan membantu teman-temannya yang lain. 3. Keadaan yang Monoton Keadaan yang monoton sering terjadi pada masa anak-anak yang meranjak ke usia remaja. Biasanya pada usia remaja kebanyakan sering menghabiskan waktu bermain dengan teman- temannya untuk memberikan selingan kegiatan yang dilakukan setiap hari sehingga keadaan yang di rasa anak tidak akan menoton. Tama juga termasuk ke dalam anak-anak yang sedang ingin mencari suasana baru bagi dirinya sehingga tidak merasakan kehidupan yang monoton. Peneliti: “emang kamu pengennya apa sih buat menghilangkan perasaan bosan mu itu?” Subjek: “ya setidaknya ya mbak kita mengadakan jalan-jalan keluar panti bersama-sama atau diberikan ijin keluar panti untuk bermain dengan teman-teman di l uar panti.” WS2PERS-PART029-034 Keadaan yang monoton seperti ini sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar anak saat di panti atau di sekolah. Perilaku belajar yang di tunjukan Tama adalah perilaku malas belajar. Kondisi seperti ini sangat menuntut pamong panti untuk melakukan pekerjaan ekstra dalam menjaga dan mengawasi anak- anak panti. Pamong panti sebenarnya sudah mengetahui perilaku malas belajar yang tampak pada diri Tama karena bosan dengan keadaan dalam panti, namun pamong panti takut jika Tama dan anak-anak lain diberikan kebebasan maka nanti anak-anak menjadi susah di atur. Peneliti: “pak apakah bapak tahu bahwa Tama saat jam belajar itu tidak pernah belajar?” Pamong panti: “saya tahu kok mbak. Pernah saya tegur hanya Tama tetap mengulangi hal itu.” Peneliti: “apakah bapak tahu apa yang menyebabkan perilaku malas belajar Tama tersebut bisa terjadi?” Pamong panti: “tahu mbak, mereka itu sebenarnya bosan tinggal disini, anak-anak itu sebenarnya hanya ingin kebebasan mbak. Tidak ingin terikat ini itu. Tapi jika kita berikan kebebasan untuk anak juga tidak baik mbak karena takut anak menjadi pembangkang dan menjadi sulit diatur.” WTPERS-PART013-024 Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebosanan yang di alami oleh kedua subjek adalah sangat buruk. Dapat dilihat dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh kedua subjek mereka merasa bahwa kehidupan di dalam panti asuhan sangat membosankan karena kegiatan yang dilakukan di dalam panti sangat monoton dan subjek tidak mendapatkan kegiatan extra serta jarang sekali mendapatkan ijin untuk melakukan kegiatan lain di luar dari kegiatan panti yang sudah ada. Hal ini membuat subjek merasa bosan tinggal di dalam panti.

E. Efek Kebosanan Mempengaruhi Perilaku Belajar

Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak-anak. Perilaku belajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itu dapat dikatakan bahwa anak merasa kesulitan belajar. Ada dua faktor yang menyebabkan anak merasa sulit belajar yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. 1. Faktor Sosial Perilaku belajar anak yang malas belajar semua tergantung pada keadaan dirinya sendiri atau di luar dirinya. Dalam hal ini orang tua sangat mempengaruhi perilaku belajar anak malas belajar. Banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya karena sibuk bekerja, ada pula orang tua yang menitipkan anaknya di panti asuhan hanya karena orang tua tidak ada waktu untuk anaknya. Orang tua terkadang tidak mengatahui bahwa belum tentu anak yang mereka titipkan tersebut merasa nyaman dan senang tinggal di panti dengan keadaan yang ramai dan tidak diberikan kasih sayang yang penuh dari orang tua. Hal seperti ini yang mendorong anak menjadi malas belajar dan merasa bosan tinggal di panti asuhan yang kehidupannya monoton. Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua subjek, apa yang mereka ungkapkan tidak jauh berbeda. Mereka menganggap bosan tinggal atau berada di panti asuhan karena tidak ada yang memperhatikan dan memberikan kasih sayang penuh terhadap diri mereka. Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang seharusnya menjadi pengganti orang tuanya di panti asuhan tidak memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh terhadapnya. Andre menganggap bahwa pamong dan pimpinan panti galak dan selalu memarahi dirinya dan teman-temannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut: Peneliti: Apakah kamu merasa senang hidup di panti? Subjek: “tidak mbak, disini suruh kerja terus sih. Waktu mainnya sedikit .” Peneliti: Memang kalian tidak pernah mengungkapkan sama bruder kalau kalian ingin kegiatan yang lain? Subjek: “udah pernah mbak tapi yang ada kita dimarahin sama bruder, kata bruder nanti keenakan dikita mbak kalau jalan-jalan terus ,” Peneliti: pernah atau tidak bruder memperhatikan kalian kalau saat kalian belajar atau bekerja? ” Subjek: “ngga mbak, bruder jarang nengok kita pas lagi belajar, paling kalau saat pembagian alat tulis atau buku baru saja mbak. ” WS1PERT-PART001-014 Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang seharusnya bisa menjadi pengganti orang tuanya di rumah tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kegiatan yang ada di panti justru membuat Andre merasa bosan karena Andre merasa bahwa kegiatan yang dilakukan hanya seperti itu saja setiap hari. Andre merasa meskipun suasana di panti ini ramai hanya kegiatan di panti yang membuat Andre merasa bosan dengan kehidupan di panti. Saat melakukan wawancara dengan Tama jawaban yang Tama berikan tidak jauh berbeda dengan Andre. Tama menganggap bahwa kegiatan di panti asuhan ini sangat membosankan dan membuat Tama lebih suka menyendiri dari pada bersosialisasi dengan teman-teman lainnya. Subjek: “tinggal disini bosan mbak, kegiatannya hanya itu-itu saja, semua fasilitas yang diberikan juga tidak semuanya boleh dipergunakan . makanya biasanya aku kalau di panti paling cuma dikamar dengerin musik mbak kalau pas jam bermain.” Subjek: “kalau dirumah kan ada banyak fasilitas mbak, bisa bermain sepuasnya mbak kalau dirumah. Makanya aku lebih nyaman ting gal dirumah dari pada di panti.” WS2ALAS- PART001-010 Kebosanan yang dialami oleh kedua subjek adalah subjek merasa bahwa kehidupan yang mereka alami di panti sifatnya monoton dan tidak ada hal-hal baru yang mereka alami. Hal ini meyebabkan perilaku belajar mereka yang mereka tunjukan saat jam belajar sangat malas dan sulit untuk diajak belajar. Saat peneliti sedang melakukan penelitian di panti tersebut mereka sedang melaksanakan ujian nasional tingkat SD Sekolah Dasar, namun saat jam belajar tiba mereka justru bermain dan mengobrol dengan teman-temannya. Tidak ada ketakutan dalam diri mereka kalau tidak lulus ujian. Hal demikian dapat terjadi karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh pamong panti terhadap anak-anaknya. Pamong panti seharusnya bisa menjadi pengganti orang tua mereka dan bisa memberikan perhatian kepada anak- anak. Faktor berikutnya adalah lingkungan yang saat ini tempat tinggal subjek yaitu panti asuhan. Panti asuhan yang saat ini menjadi tempat tinggal kedua subjek termasuk kedalam lingkungan yang bersih dan terawat. Hanya masih ada beberapa tempat yang tidak teratur seperti tempat tidur anak-anak yang berantakan dan kotor karena anak-anak sulit untuk di minta membersihkan tempat tidur mereka masing-masing. Ruangan belajar tempat mereka belajar sehari-hari juga kurang nyaman untuk mereka belajar. Anak-anak dalam hal memebersihkan lingkungan tempat tinggalnya memang cenderung kurang peduli. Hal ini mempengaruhi perilaku belajar mereka juga yang membuat tidak bersemangat dan malas belajar. Faktor lingkungan sekitar juga terkadang menuntut anak untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Anak di tuntut untuk mengikuti semua kondisi yang ada di sekitar yang menurut dirinya itu monoton atau bahkan membosankan. Perilaku malas belajar yang ditunjukkan oleh anak-anak di panti asuhan ini karena anak tidak mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Dari hasil observasi yang peneliti lihat saat jam belajar tiba anak-anak sangat sulit untuk diajak belajar dan ada juga beberapa anak bahkan ada yang tidur saat jam belajar. Kegiatan yang monoton dan membosankan ini menyebabkan anak menjadi sulit diatur dan menjadi anak yang pembangkang karena kurangnya perhatian dari orang tua atau pamong panti. Jika hal ini di diamkan maka anak akan menganggap bahwa sekolah dan belajar itu bukanlah sesuatu hal yang penting karena orang tua atau pamong panti saja tidak memperhatikan mereka. 2. Faktor Non Sosial Faktor non sosial dalam hal ini adalah faktor yang ada dalam diri subjek sendiri. Subjek harus bisa mengkondisikan dirinya