Perilaku malas belajar yang ditunjukan oleh Tama ini seolah- olah menunjukkan bahwa Tama menginginkan sesuatu yang baru
atau yang berbeda dalam panti. Tama juga malas jika saat jam bekerja seperti membersihkan panti datang, Tama lebih sering
terlihat mendengarkan musik di MP3 Player yang dimilikinya daripada harus bekerja dan membantu teman-temannya yang lain.
3. Keadaan yang Monoton
Keadaan yang monoton sering terjadi pada masa anak-anak yang meranjak ke usia remaja. Biasanya pada usia remaja
kebanyakan sering menghabiskan waktu bermain dengan teman- temannya untuk memberikan selingan kegiatan yang dilakukan
setiap hari sehingga keadaan yang di rasa anak tidak akan menoton. Tama juga termasuk ke dalam anak-anak yang sedang
ingin mencari suasana baru bagi dirinya sehingga tidak merasakan kehidupan yang monoton.
Peneliti: “emang kamu pengennya apa sih buat menghilangkan perasaan bosan mu itu?”
Subjek: “ya setidaknya ya mbak kita mengadakan jalan-jalan keluar panti bersama-sama atau diberikan ijin keluar panti
untuk bermain dengan teman-teman di l uar panti.”
WS2PERS-PART029-034 Keadaan yang monoton seperti ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku belajar anak saat di panti atau di sekolah. Perilaku belajar yang di tunjukan Tama adalah perilaku malas
belajar. Kondisi seperti ini sangat menuntut pamong panti untuk melakukan pekerjaan ekstra dalam menjaga dan mengawasi anak-
anak panti. Pamong panti sebenarnya sudah mengetahui perilaku
malas belajar yang tampak pada diri Tama karena bosan dengan keadaan dalam panti, namun pamong panti takut jika Tama dan
anak-anak lain diberikan kebebasan maka nanti anak-anak menjadi susah di atur.
Peneliti: “pak apakah bapak tahu bahwa Tama saat jam belajar itu tidak pernah belajar?”
Pamong panti: “saya tahu kok mbak. Pernah saya tegur hanya Tama tetap mengulangi
hal itu.” Peneliti: “apakah bapak tahu apa yang menyebabkan perilaku
malas belajar Tama tersebut bisa terjadi?” Pamong panti: “tahu mbak, mereka itu sebenarnya bosan
tinggal disini, anak-anak itu sebenarnya hanya ingin kebebasan mbak. Tidak ingin terikat ini itu. Tapi jika kita
berikan kebebasan untuk anak juga tidak baik mbak karena
takut anak menjadi pembangkang dan menjadi sulit diatur.” WTPERS-PART013-024
Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kebosanan yang di alami oleh kedua subjek adalah sangat buruk. Dapat dilihat dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh kedua
subjek mereka merasa bahwa kehidupan di dalam panti asuhan sangat membosankan karena kegiatan yang dilakukan di dalam
panti sangat monoton dan subjek tidak mendapatkan kegiatan extra serta jarang sekali mendapatkan ijin untuk melakukan
kegiatan lain di luar dari kegiatan panti yang sudah ada. Hal ini membuat subjek merasa bosan tinggal di dalam panti.
E. Efek Kebosanan Mempengaruhi Perilaku Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak-anak.
Perilaku belajar dimana anak tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itu dapat
dikatakan bahwa anak merasa kesulitan belajar. Ada dua faktor yang menyebabkan anak merasa sulit belajar yaitu faktor sosial dan faktor non sosial.
1. Faktor Sosial
Perilaku belajar anak yang malas belajar semua tergantung pada keadaan dirinya sendiri atau di luar dirinya. Dalam hal ini
orang tua sangat mempengaruhi perilaku belajar anak malas belajar. Banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya karena sibuk bekerja, ada pula orang tua yang menitipkan anaknya di panti asuhan hanya karena orang tua tidak
ada waktu untuk anaknya. Orang tua terkadang tidak mengatahui bahwa belum tentu anak yang mereka titipkan tersebut merasa
nyaman dan senang tinggal di panti dengan keadaan yang ramai dan tidak diberikan kasih sayang yang penuh dari orang tua.
Hal seperti ini yang mendorong anak menjadi malas belajar dan merasa bosan tinggal di panti asuhan yang kehidupannya
monoton. Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua subjek, apa yang mereka ungkapkan tidak
jauh berbeda. Mereka menganggap bosan tinggal atau berada di panti asuhan karena tidak ada yang memperhatikan dan
memberikan kasih sayang penuh terhadap diri mereka. Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang seharusnya
menjadi pengganti orang tuanya di panti asuhan tidak memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh terhadapnya.
Andre menganggap bahwa pamong dan pimpinan panti galak dan selalu memarahi dirinya dan teman-temannya. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan wawancara berikut: Peneliti: Apakah kamu merasa senang hidup di panti?
Subjek: “tidak mbak, disini suruh kerja terus sih. Waktu
mainnya sedikit .”
Peneliti: Memang kalian tidak pernah mengungkapkan sama bruder kalau kalian ingin kegiatan yang lain?
Subjek: “udah pernah mbak tapi yang ada kita dimarahin sama bruder, kata bruder nanti keenakan dikita mbak kalau
jalan-jalan terus ,”
Peneliti: pernah atau tidak bruder memperhatikan kalian kalau saat kalian belajar atau bekerja?
” Subjek: “ngga mbak, bruder jarang nengok kita pas lagi
belajar, paling kalau saat pembagian alat tulis atau buku baru saja mbak.
” WS1PERT-PART001-014 Andre menganggap bahwa pamong atau pimpinan panti yang
seharusnya bisa menjadi pengganti orang tuanya di rumah tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka.
Kegiatan yang ada di panti justru membuat Andre merasa bosan karena Andre merasa bahwa kegiatan yang dilakukan hanya
seperti itu saja setiap hari. Andre merasa meskipun suasana di panti ini ramai hanya kegiatan di panti yang membuat Andre
merasa bosan dengan kehidupan di panti. Saat melakukan wawancara dengan Tama jawaban yang
Tama berikan tidak jauh berbeda dengan Andre. Tama menganggap bahwa kegiatan di panti asuhan ini sangat
membosankan dan membuat Tama lebih suka menyendiri dari pada bersosialisasi dengan teman-teman lainnya.
Subjek: “tinggal disini bosan mbak, kegiatannya hanya itu-itu saja, semua fasilitas yang diberikan juga tidak semuanya
boleh dipergunakan . makanya biasanya aku kalau di panti
paling cuma dikamar dengerin musik mbak kalau pas jam bermain.”
Subjek: “kalau dirumah kan ada banyak fasilitas mbak, bisa bermain sepuasnya mbak kalau dirumah. Makanya aku lebih
nyaman ting gal dirumah dari pada di panti.” WS2ALAS-
PART001-010 Kebosanan yang dialami oleh kedua subjek adalah subjek
merasa bahwa kehidupan yang mereka alami di panti sifatnya monoton dan tidak ada hal-hal baru yang mereka alami. Hal ini
meyebabkan perilaku belajar mereka yang mereka tunjukan saat jam belajar sangat malas dan sulit untuk diajak belajar. Saat
peneliti sedang melakukan penelitian di panti tersebut mereka sedang melaksanakan ujian nasional tingkat SD Sekolah Dasar,
namun saat jam belajar tiba mereka justru bermain dan mengobrol dengan teman-temannya. Tidak ada ketakutan dalam diri mereka
kalau tidak lulus ujian. Hal demikian dapat terjadi karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh pamong panti terhadap
anak-anaknya. Pamong panti seharusnya bisa menjadi pengganti orang tua mereka dan bisa memberikan perhatian kepada anak-
anak. Faktor berikutnya adalah lingkungan yang saat ini tempat
tinggal subjek yaitu panti asuhan. Panti asuhan yang saat ini menjadi tempat tinggal kedua subjek termasuk kedalam
lingkungan yang bersih dan terawat. Hanya masih ada beberapa tempat yang tidak teratur seperti tempat tidur anak-anak yang
berantakan dan kotor karena anak-anak sulit untuk di minta membersihkan tempat tidur mereka masing-masing. Ruangan
belajar tempat mereka belajar sehari-hari juga kurang nyaman untuk mereka belajar. Anak-anak dalam hal memebersihkan
lingkungan tempat tinggalnya memang cenderung kurang peduli. Hal ini mempengaruhi perilaku belajar mereka juga yang
membuat tidak bersemangat dan malas belajar. Faktor lingkungan sekitar juga terkadang menuntut anak untuk menjadi seseorang
yang bukan dirinya sendiri. Anak di tuntut untuk mengikuti semua kondisi yang ada di sekitar yang menurut dirinya itu
monoton atau bahkan membosankan. Perilaku malas belajar yang ditunjukkan oleh anak-anak di
panti asuhan ini karena anak tidak mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Dari hasil observasi yang peneliti lihat saat jam
belajar tiba anak-anak sangat sulit untuk diajak belajar dan ada juga beberapa anak bahkan ada yang tidur saat jam belajar.
Kegiatan yang monoton dan membosankan ini menyebabkan anak menjadi sulit diatur dan menjadi anak yang pembangkang
karena kurangnya perhatian dari orang tua atau pamong panti. Jika hal ini di diamkan maka anak akan menganggap bahwa
sekolah dan belajar itu bukanlah sesuatu hal yang penting karena orang tua atau pamong panti saja tidak memperhatikan mereka.
2. Faktor Non Sosial
Faktor non sosial dalam hal ini adalah faktor yang ada dalam diri subjek sendiri. Subjek harus bisa mengkondisikan dirinya