Tinjauan tentang Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Perempuan

commit to user 2 Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib membayar upah kerja lembur. 3 Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. 4 Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Keputusan Menteri. Selain Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, penyimpangan waktu kerja dapat dilakukan dengan memperhatikan Ke- putusan Menteri Tanaga Kerja Nomor Kep.608MEN1989 tentang pemberian ijin penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengusaha-pengusaha yang mempekerjakan pekerja 9 jam sehari dan 54 jam seminggu. Di tahun 1990 Konferensi Perburuhan Internasional mengadopsi sebuah protokol dari Konvensi Revisi Kerja Malam Perempuan tahun 1948, yang menyatakan pelarangan kerja malam terhadap perempuan bisa dicabut di mana organisasi pengusaha dan serikat pekerja mencapai persetujuan yang sesuai menghadapi masalah ini. Di tahun yang sama, Konferensi juga mengadopsi Konvensi Kerja Malam No. 171 untuk menjaga para pekerja malam secara umum. Konvensi ini menyatakan bahwa perempuan diberi alternatif untuk bekerja malam sebelum dan sesudah melahirkan, tetapi untuk hal ini Indonesia tidak meratifikasi. ILO .2004 : 21

2. Tinjauan tentang Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Perempuan

Masalah yang sering dialami para pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari seperti yang dikutip dari jurnal Internasional yang berjudul When there is “No Respect”at Work: Job Quality Issues for Women in Egypt’s Private Sector 2009.Hal 4 dan 10 adalah bentuk ke- amanan kerja, serta masalahyang nyata kurang terjaminnya keamanan, kebe- commit to user basan, dan martabat manusia ILO, 1999.selanjutnya, ILO mengidentifika- sikan pekerjaan yang layak sebagai keterlibatan dalam produktif kerja dimana hak dilindungi, penghasilan yang dihasilkan memadai, dan dengan perlindungan sosial yang memadai. Selain itu Perempuan takut mereka pelecehan seksual dan asosiasi dengan pekerjaan kesesuaian tempat, dan pengertian tentang kesucian, moralitas, dan reputasi yang terhormat. Yang bermasalah efek dari jam kerja yang panjang untuk wanita, tidak hanya secara hukum, tetapi dalam rangka beban ganda yang dilakukan o- leh perempuan di wilayah ini, adalah penting untuk kesesuaian tempat kerja perempuan. Kami juga memeriksa kondisi perempuan yang beker- ja untuk upah rendah, kesenjangan gender dalam upah tempat kerja, dan masalah keamanan sosial dalam konteks manfaat, dan adanya perjanjian antara karyawan dan majikan. Pada jurnal Internasional yang berjudul Working the Night Shift: Gender and the Global Economy 2006 : 10 salah satu bentuk yang diberikan negara pada para pekerja wanita yang bekerja pada malam hari dengan perempuan harus tetap mencerminkan kerangka pikir yang didasarkan pada keamanan dan perlindungan dari tubuh perempuan tentang kesusilaan yang lebih diutamakan, serta bentuk-bentuk baru temporal yang terkait dengan tuntutan ekonomi global bagi para pekerja selama bekerja pada waktu malam , misalnya harus menyerahkan bukti kerja untuk komunitasnya asosiasi perumahan karena tetangga mempertanyakan mengapa ia akan keluar pada malam hari.Pihak keamanan juga dikirim kerumahnya untuk memberitahu dan menjamin keamanannya . Perlindungan bagi seorang pekerja dapat dilakukan dengan jalan memberikan sebuah tuntunan atau arahan dan dengan peningkatan pada hak- hak asasi manusia selain itu juga dilakukan dengan perlindungan fisik , teknis dan ekomoni melalui norma-norma yang ada dalam lingkungan kerja tersebut. Menurut G. Kartasapoetra dan Rience Indraningsih yang dikutip dari buku H. Zainal Asikin dkk 2008 : 96 perlindungan kerja mencakup : commit to user a. Norma keselamatan kerja yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan mesin, alat-alat kerja, pesawat dan proses pekerjaannya, serta keadaan tempat kerjadan lingkungan serta cara melakukan pekerjaan. b. Norma kesehatan kerja dan Heigiene kesehatan perusahaan yang meliputi : pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja, dilakukan dengan pemberian obat-obatan dan perawat bagi tenaga kerja yang sakit. Mengatur persediaan tempat cara dan syarat kerja memenuhi heigiene kesehatan perusahaan dan pekerja untuk mencegah penyakit. c. Norma kerja yang meliputi : perlindungan tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu bekerja, sistem pengupahan, istirahan, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut kesusilaan masing-masing yang telah diakui oleh pemerintah. d. Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan atau menderita penyakit karena kuman yang diakibatkan dari sebuah pekerjaan, ia berhak mendapat ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat pekerjaan, ahli waris juga berhak mendapat ganti rugi. Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Soepomo yang dikutip dalam bukunya H. Zainal Asikin dkk 2008 : 97 membagi perlindungan pekerja mejadi tiga macam: a. Perlindungan ekomonis merupakan perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bagi kehidupannya dan keluarganya, termasuk dalam hak pekerja pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena suatu alasan tertentu. Disebut juga dengan perlindungan dengan jaminan sosial. b. Perlindungan sosial yaitu perlindungan ini berkaitan dengan usaha kemasyarakatan yang bertujuan memungkinkan pekerja itu mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya. c. Perlindungan teknis yaitu perlindungan yang berkaitan dengan usaha- usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang timbul dari alat-alat kerja, bahan yang diolah, pesawat. commit to user Perlindungan kerja bertujuan untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk ini pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai peraturan perUndang-undangan yang berlaku. Menurut jurnal Nasional yang berjudul Pekerja Wanita diperusahaan dalam Perspektif Hukum dan Jender Sinta uli ,2005:7, Aspek perlindungan hukum ketenagakerjaan mengatur perlindungan sejak sebelum dalam hubungan kerja, selama dalam hubungan kerja dan setelah hubungan kerja berakhir. Perlindungan sebelum kerja misalnya jaminan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi, untuk memperoleh pekerjaan, pelanggaran dalam hal itu dapat dikenai sanksi. Perlindungan setelah hubungan kerja misalnya adanya kewajiban pengusaha untuk membayar pesangon agar dapat menjamin hidupnya dalam waktu tertentu . Secara yuridis dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat. Sedangkan dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, mewajibkan para pengusaha untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja atau buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik. a. Kebijakan perlindungan tenaga kerja wanita Upaya perlindungan hukum bagi tenaga kerja wanita didasar pada peraturan perundang-undangan nasional juga standard ketenagakerjaan internasional yang telah diadopsi menjadi peraturan perundang-undangan nasional, tujuannya adalah untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja wanita. Pada dasarnya sifat kebijakan perlindungan tenaga kerja wanita dapat dikategorikan menjadi tiga hal Sulistyowati Irianto, 2006:449 : commit to user 1 Protektif Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada perlindungan fungsi reproduksi bagi tenaga kerja wanita, seperti pemberian istirahan haid, cuti melahirkan atau gugur kandung. 2 Korektif Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada peningkatan kedudukan tenaga kerja wanita seperti larangan pemutusan hubungan tenaga kerja bagi tenaga kerja wanita karena menikah, hamil atau melahirkan. Selain itu juga menjamin tenaga kerja wanita agar dilibatkan dalam penyusuna peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama. 3 Non-diskriminasi Kebijakan perlindungan ini diarahkan pada tidak adanya perlakuan yang bersifat diskriminatif terhadap tenaga wanita dengan tenaga kerja laki-laki ditempat kerjanya. b. Penerapan operasional 1 Perlindungan yang bersifat protektif Tenaga kerja wanita merupakan kelompok yang karena kodratnya mempunyai karakteristik tertentu yang perlu mendapat perhatian. Oleh sebab itu dalam beberapa hal terhadap tenaga kerja wanita ini diberlakukan peraturan khusus terutama yang menyangkut perlindungan tenaga kerja wanita, perlindungan tersebut mencakup : larangan melakukan pekerjaan yang mem- bahayakan kesehatan kesusilaan perempuan misal, tidak boleh bekerja dibidang tambang dibawah tanah, cuti haid, dan kesempatan menyusui anak pada waktu jam kerja. Untuk melihat sampai seberapa jauh peraturan perundang- undangan telah memperhatikan ekssistensi tenaga kerja wanita, berikut ini disajikan ketentuan-ketentuan atau perturan yang mengatur masalah-masalah tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari yaitu : commit to user Dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 76 diatur hal-hal berikut : a Pekerjaburuh perempuan yang berumur kurang dari 18 delapan belas tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. b Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerjaburuh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. c Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib : 1 Memberikan makanan dan minuman bergizi dan 2 Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. d. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerjaburuh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. Pengaturan pekerja wanita dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 telah banyak mengalami perubahan dari ketentuan sebelumnya yang melarang perempuan dipekerjakan pada malam hari, kecuali karena sifat pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh perempuan dengan meminta izin instansi yang bertanggungjawab pada bidang ketenagakerjaan dalam undang-undang tersebut sudah tidak mengatur masalah perizinan lagi. Selain Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dikeluarkan Kepmenakertrans Nomor Kep.224MEN2003 yang mengatur tentang kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul 23.00 sempai dengan 07.00, dalam keputusan tersebut diterangkan kewajiban pengusaha yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari ini antara lain : commit to user a Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan pekerja atau buruh perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf b dengan : 1 Menyediakan petugas keamanan ditempat kerja. 2 Menyediakan kamar mandi WC yang layak dengan penerangan yang memadahi sarta terpisah antara pekerja buruh perempuan dan laki-laki. b Makanan dan minuman yang diberikan harus sekurang- kurangnya 1400 kalori yang diberikan pada waktu istirahat antara jam kerja dan tidak dapat diganti dengan uang. c Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat higiene dan sanitasi. Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerjaburuh harus secara bervariasi. d Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya, Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. e Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerjaburuh perempuan, Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan 2 Perlindungan yang bersifat korektif Pelaksanaan perlindungan yang bersifat koreksi terhadap hal-hal yang normatif dilakukan melalui pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan. Pengertian pengawasan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan untuk melihat, melakukan pengawasan. sedangkan pengawasan ketenagakerjaan adalah lembaga yang penting dalam penyelenggarakan undang-undang dan peraturan lain commit to user yang terkait masalah ketenagakerjaan Purwono Sungkowo, Wida Astuti dan Pius Triwahyudi , 2007: 16. Tujuan pengawasan untuk mengawasi berlakunya peraturan perundang-undangan yang ada masalah ketenagakerjaan, memghimpun bahan dan keterangan masalah hubungan kerja dan keadaan tenaga kerja serta menjalankan pekerjaan lain yang menjadi kewajibannya Purwono Sungkowo, Wida Astuti dan Pius Triwahyudi , 2007: 16. Dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Tugasnya Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan sedangkan fungsinya a perumusan kebijakan di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. b pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. c perumusan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan evaluasidi bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. d pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan ,norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja. e pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral. commit to user Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 176. Pelaksanaan pengawasan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, meliputi : a Penyusunan rencana kerja. b Pemeriksaan diperusahaan atau tempat kerja c Pelaporan hasil pemeriksaan 3 Perlindungan yang bersifat non-diskriminatif Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, maka pengesahan perlindungan tenaga kerja perempuan dari perlakuan diskriminatif semakin kuat. Dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 dijelaskan tentang hak-hak wanita dalam ketenagakerjaan yaitu : a Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia. b Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk kriteria seleksi yang sama dalam penerimaan pegawai. c Hak untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak untuk kenaikan pangkat jaminan kerja dan semua tunjangan fasilitas kerja. d Hak untuk memperoleh latihan kejuruan dan latihan ulang, termasuk masa kerja sebagai magang. e Hak untuk menerima upah, termasuk tunjangn, perlakuan yang sama untuk kerja yang sama nilainya. f Persamaan penilaian kualitas pekerjaan. g Hak atas jaminan sosial. h Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk perlindungan fungsi reproduksi.

3. Tinjauan Tentang Shift Malam