Peraturan Yang Mengatur Masalah Perijinan dalam Hal

commit to user secukupnya bagi karyawan untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan agamanya. Kerja regu atau shift dapat diadakan oleh perusahaan dengan waktu kerja yang berbeda dari hari kerja normal dan jam kerja normal berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan. Perusahaan mempunyai wewenang untuk mengubah hari kerja, jam kerja, dan istirahat, sebatas yang dibenarkan oleh peraturan Perundang-undangan.

B. Peraturan Yang Mengatur Masalah Perijinan dalam Hal

Mempekerjakan Wanita Pada Malam Hari dan izinan yang dimiliki di PT. Kusuma Mulia dalam Mempekerjakan Wanita pada Malam Hari. Menurut Sjachran Basah yang dikutip dalam bukunya Ridwan HR 2010. Hal 207 izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal kongkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh kekuatan peraturan perundang- undangan. Sedangkan Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang- undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan yang secara umum dilarang. N,M Spelt dan J.B.J.M ten Berge dalam bukunya Ridwan HR 2010 . Hal 208 membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit adalah sebagai berikut. Izin merupakan suatu instrumen yang banyak digunakan dalam hukum administrasi negara sebagai sarana yudikatif yang digunakan untuk mengendalikan warganya, dengan adanya izin pemerintah memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Dalam arti sempit izin merupakan pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang- undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu untuk menghindari keadaan- keadaan yang buruk. Hal yang pokok pada perizinan adalah bahwa suatu commit to user tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dapat dengan teliti diberikan batas- batas tertentu bagi tiap kasus. Fungsi dari sebuah izin adalah selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah , perekayasa dan perancang masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan Ridwan HR . 2010 . Hal 217-218. Dalam hal ini persyaratan dalam sebuah izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Sedangkan tujuan dari perizinan adalah : a. Keinginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu b. Izin mencegah bahaya lingkungan c. Keinginan melindingi obyek-obyek tertentu d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit e. Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas. Perizinan dalam mempekerjakan wanita pada malam hari sebelum berlakunya Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, telah diatur pada pasal 7 Undang-undang No 1 Tahun 1951 yang men- yebutkan bahwa seorang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan oleh orang wanita, dari ketentuan tersebut dipertegas dengan ketentuan lain yang mengatur kerja malam tenaga kerja wanita adalah Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam Bagi Wanita Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647 yang menetapkan “ Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat , tempat, dan keadaan seharusnya dijalankan oleh wanita, serta mempunyai izin”. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.04MEN1989 pada pasal 1 mengatakan bahwa pengusaha yang akan mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari harus mengajukan permohonan tertulis dengan bermetarai Kepada Kandepnaker setempat dengan dilampiri izin usaha dan sifat pekerjaan perusahaan yang bersangkutan, permohonan perusahaan untuk commit to user mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari dan surat pernyataan kesanggupan pengusaha untuk memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal yang ada dalam peraturan tersebut. Undang-undang Nomor 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, malam hari adalah waktu antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00. dalam pasal 98 ayat 1 huruf c disebutkan bahwa Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan wanita untuk melakukan pekerjaannya pada waktu tertentu malam hari. Pada ayat 3 disebutkan Dalam hal jenis dan tempat pekerjaan mengharuskan dilakukan pada malam hari, maka pengusaha diwajibkan memperoleh izin. Pada pasal 99 dijelaskan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan, pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja wanita yang sedang hamil danatau sedang menyusui pada waktu tertentu malam hari. Dalam Undang- undang Nomor 25 Tahun 1997 peraturan yang mengatur pekerja wanita pada malam hari lebih mengatur ketentuan waktu karena dalam pasal 100 disebutkan bahwa waktu kerja malam hari : 6 enam jam 1 satu hari dan 35 tiga puluh lima jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu; atau 7 tujuh jam 1 satu hari dan 35 tiga puluh lima jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Tenaga Kerja juga melarang kaum wanita melakukan pekerjaan pada malam hari kecuali ada hal- hal yang bersifat khusus, dalam Pasal 7 disebutkan : 1. Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya di- jalankan oleh orang wanita. 2. Dapat dikecualikan dari larangan termaksud dalam ayat 1 hal-hal di mana pekerjaan wanita pada malam hari itu tidak dapat dihindarkan berhubung dengan Kepentingan atau kesejahteraan umum. 3. Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan hal-hal yang dikecualikan termaksud dalam ayat 2 beserta syarat-syarat untuk menjaga kesehatan dan kesusilaan buruh wanita itu. commit to user Tahun 1990 Konferensi Perburuhan Internasional mengadopsi sebuah protokol dari Konvensi Revisi Kerja Malam Perempuan tahun 1948, yang menyatakan pelarangan kerja malam terhadap perempuan bisa dicabut dimana organisasi pengusaha dan serikat pekerja mencapai persetujuan yang sesuai menghadapi masalah ini. Pada tahun yang sama, konferensi juga mengadopsi Konvensi Kerja Malam No. 171 untuk menjaga para pekerja malam secara umum. Konvensi ini menyatakan bahwa perempuan diberikan alternatif untuk bekerja malam sebelum dan sesudah melahirkan, tetapi dari semua konferensi tersebut Indonesia tidak meratifikasi. ILO. 2004 : 21. Peraturan yang ada mengenai masalah harus adanya izin dalam mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari satu persatu sudah mulai tidak berlaku lagi, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1951 dan Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam Bagi Wanita Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647 ini sudah tidak lagi berlaku semenjak dikeluarkannya Undang-undang No 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.04MEN1989 juga sudah tidak berlaku lagi setelah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan KEP.224MEN2003 tentang kewa- jiban Pengusaha Yang Mempekerjakan PekerjaBuruh Perempuan Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 07.00. Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 yang didalamnya mengatur jika seorang pengusaha mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari harus memperoleh izin semenjak berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, udang-undang tersebut tidak berlaku lagi. Dari beberapa uraian di atas dapat jika diperhatiakn bahwa sebelum ber- lakunya Undang-undang tentang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 ada larangan mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari. Selain itu dalam peraturan-peraturan yang lama seperti disebutkan diatas juga diharuskan adanya izin pada perusahaan yang akan mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari. Akan tetapi setelah berlakunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pengaturan pekerja perempuan malam hari telah banyak mengalami commit to user perubahan dari ketentuan yang sebelumnya melarang perempuan dipekerjakan pada malam hari, kecuali karena sifat pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh perempuan dengan meminta izin instansi yang bertanggungjawab pada bidang ketenagakerjaan, dalam undang-undang ini tidak lagi disebutkan jika sebuah perusahaan haruslah memperoleh ijin terlebih dahulu dari pihak-pihak terkait misalnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat jika ingin mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari. Tidak perlunya pemberian izin terhadap para pengusaha yang akan mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari dapat diliht pula dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 202 Tahun 2008 tentang Peraturan Daerah Nomor Pembatalan kota Bekasi 5 Tahun 2001 tentang Pelayanan dan Retribusi Bidang ketenagakerjaan, dalam Keputusan tersebut dikatakan bahwa Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pelayanan dan Retribusi Bidang Ketenagakerjaan, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Isi dari Keputusan tersebut adalah Membatalkan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pelayanan dan Retribusi Bidang Ketenagakerjaan dengan alasan bertentangan dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, salah satunya pembatalan Izin penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat, serta izin kerja malam bagi wanita tidak diperlukan karena hanya memerlukan persetujuan dari buruhpekerja yang bersangkutan sesuai dengan Pasal 76 ayat 3 dan 4 serta Pasal 78 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan demikian penyelenggaraannya tidak memerlukan izin dari Pemerintah Daerah. Berlakunya Undang-undang No 13 Tahun 2003 sangat membebaskan pengusahan dari perizinan untuk mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, padahal izin tersebut sangat penting untuk melindungi para pekerja commit to user wanita, tidak dapat dipungkiri wanita adalah makluk yang lemah dan ada hal- hal yang harus diperhatikan antara lain : 1. Para wanita pada umumnya bertenaga lemah, halus, tetapi tekun; 2. Norma susila harus diutamakan agar tenaga kerja wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya laki- laki terutama kalau bekerja pada malam hari; 3. Para tenaga kerja wanita pada umumnya mengerjakan pekerjaan halus sesuai dengan kehalusan sifat dan tenaganya; 4. Para tenaga kerja wanita yang masih gadis, telah bersuami yang dengan sendirinya mempunyai beban rumah tangga yang harus dilaksanakan pula Tetapi untuk Kabupaten Karanganyar sendiri memiliki kebijakan jika ada perusahaan yang mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari disarankan untuk memiliki surat rekomendasi agar Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mudah untuk memantaunya, surat rekomendasi ini diterbitkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans kabupaten Ka- ranganyar berdasarkan surat rekomendasi dari Kepala dinas kabupaten karanganyar. Surat rekomendasi ini diterbitkan dengan cara perusahaan mengajukan permohonan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi selanjutnya pihak Disnakertrans akan meneliti dokumen serta syarat-syarat yang telah ditetapkan, syarat tersebut antara lain harus ada izin dari keluarga. Setelah semua syarat terpenuhi Disnakertrans akan mengecek perusahaan tersebut jika semua telah sesuai akan dikeluarkan atau diterbitkan surat rekomendasi. Keberadaan surat rekomendasi dari Disnakertrans Kabupaten Karang- anyar tersebut hanya bersifat rekomendasi tidak bersifat mewajibkan untuk mendata perusahaan yang mempekerjakan wanita pada malam hari, dan keberadaan surat rekomendasi bagi perusahaan yang mempekerjakan wanita pada malam hari tersebut tidak dapat dikenai sanksi secara hukum PT. Kusuma Mulia memiliki pekerja wanita pada malam hari yang berada pada bagian knitting atau rajut dengan daftar pekerja sebagai berikut : Tabel 1 Daftar Pekerja Malam Hari di Bagian Knitting PT.Kusuma Mulia commit to user JADWAL MASUK DEPT . KNITTING No Nama Jenis Kelamin Waktu Kerja 1 Eko Suranto Laki-Laki SIANG 2 Hariawan Laki-Laki 3 Sapta Afriana Perempuan 4 Enny Purwanti Perempuan 5 Purwoko Laki-Laki 6 Latief Nogroho Laki-Laki 7 Tutik DJ Perempuan 8 Nur Fitri Perempuan 9 Abdul Hamid Laki-Laki 1 Sadino Laki-Laki MALAM 2 Agus Setyo Laki-Laki 3 Hartati Perempuan 4 Achad Qosim Laki-Laki 5 Joko Purnomo Laki-Laki 6 Meiria Ambar I Perempuan 7 Sriyanto Laki-Laki 8 Rudi Purnomo Laki-Laki 9 Nur Roini H Perempuan 1 Widodo Laki-Laki PAGI 2 Dwi Tupono Laki-Laki 3 Tri Hastatik Perempuan 4 Titik Handayani Perempuan 5 Agung Wibowo Laki-Laki 6 Agung Riyadi Laki-Laki 7 Tri Tarwanti Perempuan 8 Ari Eko Saputri Perempuan commit to user Pergantian Shift masuk yang berlaku di Dept. Knitting adalah setelah selama satu minggu bekerja 6 hari kerja senin sampai sabtu mendapat shift pagi seminggu kemudian akan ganti ke shift malam dan dari shift malam akan ganti ke shift siang dengan waktu libur hari minggu, untuk lebih jelasnya akan digambarkan seperti bagan dibawah ini : Gambar 1 Jadwal Pergantian Shift PAGI MALAM SIANG Setelah melakukan penelitian pada PT. Kusuma Mulia cabang palur Karanganyar , memang benar adanya tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di bagian Knitting atau rajut yang merupakan Defisi baru PT tersebut , Defisi tersebut baru dibentuk sekitar dua tahun yang lalu, shift tiga atau shift malam yang ada berlangsung pada pukul 23.00 sampai pukul 07.00. yang kadang ada juga pada pukul 22.00 – 07.00 tetapi dalam mempekerjakan wanita pada malam hari di PT tersebut tidak memiliki surat rekomendasi dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Karanganyar, meskipun hanya surat reko- mendasi yang tidak mempunyai kekuatan hukum tetap seharusnya PT ini harus memiliki untuk memudahkan pengawasan pada perusahaan yang mem- pekerjakan pekerja wanita pada malam hari. Peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang ada, diharapkan mampu untuk melindungi keberadaan para pekerja wanita yang secara fisik memiliki fisik yang lemah dari laki-laki, dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan justru tidak disebutkan peraturan yang berbunyi harus adanya izin dari Disnakertrans dalam hal mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari, dengan adanya kelonggaran yang tidak diatur dalam undang-undang ini akan semakin banyak perusahaan yang mempekerjakan wanita pada malam hari, karena mereka menganggap commit to user mudahnya prosedur yang harus dilakukan, tanpa melakukan kewajiban- kewajiban yang harus dilaksanakannya, sedangkan bagi pekerja sendiri yang seharusnya dilindungi hak-haknya oleh adanya izin tersebut akan semakin melemahkan kedudukannya, hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan Adrian Sutendi 2010 : 284-285 bahwa perizinan memuat Kepentingan buruh, pekerja dan pemerintah, perizinan merupakan instrumen pemerintah untuk mengatur Kepentingan masyarakat secara umum, sedangkan bagi pengusaha perizinan merupakan instrumen untuk melegalkan berbagai aktivitas yang ada. Untuk para pekerja sendiri merupakan instrumen untuk melindungi dirinya dari eksploitasi pengusaha dan kondisi kerja yang tidak memadai. . Disebutkan diatas bahwa izin berfungsi salah satunya adalah melindungi keadaan-keadaan tertentu dengan fisik yang lemah seorang wanita wajib dilindungi, dengan adanya perizinan yang diatur secara tegas dalam Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 akan banyak melindungi para pekerja wanita khususnya yang bekerja pada malam hari, karena para pengusaha dituntut untuk melaksnakan syarat-syarat pemenuhan hak untuk mendapat suatu izin. Dalam sebuah perizinan Kepentingan pekerja adalah perizinan yang diberikan oleh pengusaha harus mampu memaksa pengusaha untuk me- ningkatkan kesejahteraan buruh, dengan kata lain perizinan menjadi instrumen hukum pengawasan dalam penegakan hukum normatif buruh sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh pengusaha Adrian Sutendi 2010 : 285 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans Nomor KEP.224MEN2003, dalam pasal 4 disebutkan pembangunan ketenaga- kerjaan bertujuan memberikan perlindungan pada tenaga kerja dalam me- wujudkan kesejahteraan, hal tersebut melindungi keadaan para pekerja yang cenderung lebih lemah dari pada pengusaha, perizinan merupakan hal yang penting untuk melindungi suatu aktivitas-aktivitas tertentu, mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari merupakan aktivitas-aktivitas yang seharusnya perlu suatu perizinan, namun dalam peraturan yang ada saat ini commit to user berlaku masalah perizinan mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari tidak diatur lagi, berarti peraturan yang ada tidak dapat berlaku secara efektif karena belum memberikan perlindungan yang maksimal pada para pekerja wanita khususnya pekerja wanita pada malam hari. Seharusnya undang- undang ketenagakerjaan atau peraturan yang ada haruslah mencantumkan secara kuat masalah perizinan Undang-undang No 13 tahun 2003, Kepmena- kertrans Nomor KEP.224MEN2003 Tentang Kewajiban Pengusaha yang mempekerjakan PekerjaBuruh Perempuan antara pukul 23.00 – 07.00. karena dari kedua peraturan yang ada tidak satu pun yang mengatur harus adanya izin yang diwajibkan pada pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari, undang-undang tersebut seharusnya mengatur secara tegas bahwa diwajibkan memiliki izin bagi perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari, dengan tidak adanya kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha yang diatur secara tegas dalam kedua peraturan perundang-undangan tersebut diatas akan sangat berpengaruh pada banyaknya perusahaan yang belum melakukan kewajiban-kewajiban dalam pemenuhan hak-hak para pekerja. Dengan ketegasan yang ada dalam peraturan perundang-undang akan memberikan perlindungan karena perusahaan tidak akan mempekerjakan para wanita yang bekerja pada malam hari dengan sembarangan tanpa memenuhi hak pekerja. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sendiri selaku Pengawasan bagi setiap perusahaan yang mempekerjakan wanita pada malam hari, dalam kenyataan dilapangan seringkali pengawasan tersebut lemah akibanya hukum tidak dapat dilaksanakan secara efektif, menurut Disnaker Kab. Karanganyar sendiri lemahnya pengawasan disebabkan karena minimnya jumlah petugas pengawas melakukan penegakan hukum, dari jumlah perusahaan di Kab. Karanganyar yang kurang lebih berjumlah 349 petugas pengawasnya hanya berjumlah 9 orang. Sedangkan disisi lain kinerja Disnakertrans kurang aktif dalam hal mengadakan sosialisasi pada pihak-pihak yang terkain, karena sering kali para pihak tidak dapat memahami masalah rasionalitas perizinan yang sering kali tidak ditemukan secara jelas sehingga para pihak terkait sulit commit to user memahami untuk apa izin tersebut harus dilakukan. “ Efektivitas sosialisasi Disnakertrans sendiri juga merupakan bagian lain yang perlu dipertanyakan” Adrian Sutendi 2010 : 286-287 Pemerintah dalam mewujudkan perlindungan hukum yang sesuai dengan tujuan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 juga perlu memperhatikan Sarana dan fasilitas agar terciptanya efektifitas hukum, tanpa adanya tunjangan fasilitas dan sarana, hukum sangat sulit untuk berlaku, dalam hal fasilitas atau sarana yang diberikan oleh pemerintah untuk proses perizinan salah satunya harus ada birokrasi yang mudah, murah, karena bagi sebuah perusahaan jika akan melakukan sebuah proses perizinan tersebut pasti akan dikaitkan dengan efisiensi biaya karena untuk mengurus suatu ijin tidaklah murah, selain itu birokrasi yang berbelit, hal itu sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya Ridwan HR 2010 : 210 Menurutnya, Organisasi disebut sebagai sebuah birokrasi, menentukan norma-normanya sendiri yang semuanya harus dilaksanakan. Menurut Adrian Sute dalam bukunya yang berjudul Hukum Perizinan dalam Sektor Hukum Publik 2010 : 282 mengatakan prosedur birokrasi yang panjang membuat para pengusaha keberatan untuk mendapatkan izin tersebut. Dalam sebuah Organisasi mempunyai peraturan dan pengaturan dan juga memberi perintah agar organisasi dapat berfungsi secara efektif di mana semua peraturan harus ditaati. Dalam konteks perizinan Kepentingan buruh adalah perizinan yang diberikan Kepengusaha harus mampu memaksa pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, dengan kata lain perizinan menjadi instrumen hukum pengawasan dalam penegakan hak-hak normatif pekerja sebagai standart minimal yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Fungsi inilah yang kurang berjalan dalam perizinan yang berlangsung, disisi lain pengusaha juga mengeluhkan adanya biaya yang tinggi yang harus dikeluarkan dalam hal mengurus izin, diluar retribusi resmi, terjadi pengutan-pungutan liar yang bahkan kadangkala lebih besar dari tarif resmi Adrian Sutedi , 2010 :285 . pemerintah harus menghilangkan anggapan-anggapan bahwa dalam mengurus suatu perizinan untuk mempekerjakan pekerja wanita pada malam commit to user hari biaya tinggi dan birokrasi yang rumit dengan muranya biaya pendaftaran perizinan diharapkan hal tersebut dapat menjadi daya terik bagi perusahaan untuk mendapatkan izin.

C. Hak-Hak Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari dan