commit to user 66
antara etnis Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, meliputi: 1 Pengalaman komunikasi, 2 Pengakuan
identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dan 3 Harapan hubungan komunikasi yang selaras antar etnis.
A. Pengalaman Komunikasi
Dalam berkomunikasi bukanlah semata-mata hanya proses penyaluran pesan saja atau yang disebut komunikasi satu arah, namun lebih daripada itu
diharapkan muncul juga adanya efek atau dampak tertentu feedback dari proses komunikasi yang dilakukan komunikator tersebut. Efek yang
diharapkan muncul dari proses komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, efek kognitif yang mengacu efek perubahan pada pikiran atau pertambahan
pengetahuan. Lalu efek afektif atau berhubungan dengan sikap dan persepsi seseorang serta efek behaviorioral yaitu efek yang mengacu pada perubahan
perilaku dan tindakan. Situasi-situasi sosial tertentu tersebut menyebabkan komunikasi berada
dalam konteks-konteks tertentu. Secara luas, konteks berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi. Pertama, aspek bersifat fisik seperti
keadaan lingkungan, cuaca, suhu, bentuk, ruangan, dan jumlah peserta komunikasi. Kedua, aspek psikologis, seperti sikap, prasangka, dan emosi
peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yaitu kapan waktu
berkomunikasi.
commit to user 67
Dengan memperhatikan empat aspek komunikasi tersebut, tentunya proses komunikasi akan dapat berhasil dengan baik. Berhasilnya proses
komunikasi, di samping memperhatikan aspek komunikasi, juga perlu adanya faktor pengalaman komunikasi. Pengalaman komunikasi dapat diketahui dari
intensitas komunikasi, dan suasana komunikasi. 1. Intensitas komunikasi
Seseorang akan memperoleh pengalaman komunikasi, apabila didukung dengan intensitas komunikasi yang tinggi. Intensitas
komunikasi mengandung maksud sering tidaknya seseorang melakukan komunikasi. Komunikasi yang terjadi di Yayasan Tripusaka Solo, seperti
yang dilakukan oleh Danu, bahwa dahulu setiap hari berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka, tetapi sekarang mulai berkurang karena sudah
berkeluarga. Walaupun sekarang jarang berkumpul, namun tetap selalu berkomunikasi dengan teman-teman di Tripusaka dengan menggunakan
media telepon. Ini menunjukkan bahwa dengan adanya situasi-situasi sosial tertentu, seperti yang dialami oleh Danu yaitu karena sudah
berkeluarga, menyebabkan frekuensi berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka menjadi berkurang.
Begitu juga komunikasi yang dilakukan oleh Sandy, dulu sering kumpul tiap hari, tapi sekarang sudah jarang karena kesibukan kuliah. Dan
apabila tidak berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka, Sandy masih menyempatkan untuk selalu berkomunikasi dengan berbagai media. Media
commit to user 68
komunikasi yang sering digunakan Sandy dengan teman-teman di Tripusaka, antara lain : lewat tatap muka, Facebook, dan telepon.
Lain halnya dengan Erwin, hampir setiap hari kumpul dengan orang etnis Tionghoa. Bila tidak sempat berkumpul, Erwin menyempatkan
diri untuk melakukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan Erwin dengan teman-teman di Tripusaka tersebut melalui berbagai cara,
diantaranya menggunakan media telepon, tatap muka, maupun mendatangi rumahnya.
Intensitas komunikasi yang dilakukan oleh para pemain Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo ini tergolong tinggi, terlihat apabila tidak
bertemu langsung di Yayasan Tripusaka, mereka selalu melakukan komunikasi dengan menggunakan media, seperti telepone dan facebook.
2. Suasana komunikasi Tercapainya pengalaman komunikasi, selain didukung dari
intensintas komunikasi juga didukung dari suasana komunikasi. Suasana komunikasi mengandung maksud suatu keadaan dalam berkomunikasi,
apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan. Suasana komunikasi seperti yang diketahui penulis, bahwa apabila
ada kesalahan saat berlatih barongsai mereka menyikapinya dengan bercanda, tidak ada marah-marahan. Yang marah-marah biasanya adalah
pelatihnya namun hal itu wajar karena memang pelatih terkadang harus tegas. Namun demikian pelatih tidak asal memarahi saja, dia
melakukannya dengan cara sedikit bercanda, agar para anggota tidak
commit to user 69
menjadi tertekan. Komunikasi seperti inilah yang dapat menciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan.
Demikian juga komunikasi yang dilakukan oleh Danu, Danu mengatakan :
Waktu bergaul tidak ada yang ditutupi, malahan mereka sering curhat karena biasanya di Barongsai Tripusaka umur pemainnya
tidak terpaut jauh dan sepantaran. Oleh karena itu ketika mengobrol lebih enak karena nyambung. Ya walaupun pernah
dapat gosip, namun tingkatannya masih sebatas bercanda, walaupun sampai masalah etnis tapi tidak apa-apa karena namanya
juga bercanda. Kalau bercanda masalah etnis kata-katanya antara lain “lha kwe chino ow mas”. Dalam bertemanan antara etnis harus
bisa saling memahami.
Komunikasi yang dilakukan oleh Danu dengan teman-teman di Tripusaka ini menunjukkan suasana komunikasi yang penuh keakraban,
terlihat tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi, saling curhat, bercanda dan bisa saling memahami. Komunikasi semacam inilah yang dapat
menciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan.
B. Pengakuan Identitas Kultural dan Eksistensi Etnis Dalam Kelompok Barongsai Tripusaka