commit to user 69
menjadi tertekan. Komunikasi seperti inilah yang dapat menciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan.
Demikian juga komunikasi yang dilakukan oleh Danu, Danu mengatakan :
Waktu bergaul tidak ada yang ditutupi, malahan mereka sering curhat karena biasanya di Barongsai Tripusaka umur pemainnya
tidak terpaut jauh dan sepantaran. Oleh karena itu ketika mengobrol lebih enak karena nyambung. Ya walaupun pernah
dapat gosip, namun tingkatannya masih sebatas bercanda, walaupun sampai masalah etnis tapi tidak apa-apa karena namanya
juga bercanda. Kalau bercanda masalah etnis kata-katanya antara lain “lha kwe chino ow mas”. Dalam bertemanan antara etnis harus
bisa saling memahami.
Komunikasi yang dilakukan oleh Danu dengan teman-teman di Tripusaka ini menunjukkan suasana komunikasi yang penuh keakraban,
terlihat tidak ada hal-hal yang ditutup-tutupi, saling curhat, bercanda dan bisa saling memahami. Komunikasi semacam inilah yang dapat
menciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan.
B. Pengakuan Identitas Kultural dan Eksistensi Etnis Dalam Kelompok Barongsai Tripusaka
Akulturasi banyak berkenaan dengan usaha menyesuaikan diri dengan menerima pola-pola dan aturan-aturan komunikasi dominan. Akulturasi
merupakan suatu proses yang dilakukan satu etnis tertentu yang disebut Young Yun Kim sebagai ‘imigran Tionghoua’ untuk menyampaikan
informasi mengenai kebudayaannya agar dapat diterima oleh masyarakat pribumi Jawa, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi. Asimilasi
merupakan derajat tertinggi akulturasi yang secara teoritis mungkin terjadi.
commit to user 70
Hal ini berarti bahwa secara bertahap masyarakat Jawa belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi-relasi yang tepat dalam menerima budaya Tionghoa
Barongsai sejalan dengan berbagai transaksinya yang dilakukan dengan orang lain. Sehingga pada saatnya, masyarakat Jawa akan menggunakan cara-
cara berperilaku orang Tionghoa untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang sesuai dengan orang Tionghoa. Perubahan perilaku juga terjadi ketika
seorang etnis Jawa menyimpang dari pola-pola budaya lama yang dianutnya dan mengganti pola-pola lama tersebut dengan pola-pola baru dalam budaya
Tionghoa. Akulturasi dipandang sebagai proses mengembangkan kecakapan
berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, maka perlu kecakapan berkomunikasi. Proses akulturasi yang berjalan baik dapat menghasilkan
integrasi antara unsur kebudayaan Tionghoa dan unsur kebudayaan Jawa. Dengan demikian unsur kebudayaan Tionghoa tidak lagi dirasakan sebagai hal
yang berasal dari luar, tetapi telah dianggap sebagai unsur kebudayaan sendiri. Pola-pola akulturasi tidaklah seragam di antara individu-individu, mereka
merespon perubahan harus berdasarkan pengalaman masing-masing dan bergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki tiap individu atau kelompok.
Potensi akulturasi ditentukan kemiripan antara budaya asli Tionghoa dan budaya pribumi Jawa. Selain itu, ditentukan juga oleh usia dan latar
belakang pendidikan yang terbukti berhubungan dengan potensi akulturasi. Yang terakhir yang menentukan juga potensi akulturasi adalah pengetahuan
etnis Jawa tentang budaya Tionghoa sebelum memasuki wilayah budaya pribumi kontak budaya.
commit to user 71
Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dapat diketahui dari empat indikator, yaitu :
1. Penentuan peran Penentuan peran sangat penting dalam permainan Barongsai. Di
Tripusaka penentuan peran tidak ditentukan oleh pelatih atau pimpinan, justru pihak pimpinan Tripusaka membebaskan bagi anggotanya,
khususnya anggota baru untuk memilih posisi yang disukainya. Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Danu, yaitu : “Setiap anak baru di
Barongsai Tripusaka dibebaskan untuk memilih posisi, baru setelah besar diarahkan oleh senior untuk posisi yang tepat untuk mereka”. Dari
perkataan Danu tersebut diperjelas lagi oleh Boni dan Agus. Boni dan Agus mengatakan bahwa:
Di Tripusaka tidak ada pembedaan antara anggota lama maupun dengan yang baru. Anggota yang lama harus rela tergusur dengan
yang baru apabila memang secara kualitas masih bagus yang baru. Dalam hal ini terbukti dengan semakin berkurangnya anggota dari
etnis Tionghoa salah satunya akibat kalah bersaing.
2. Prasangka Dalam berkomunikasi timbul suatu prasangka itu merupakan hal
yang biasa. Apalagi komunikasi antar etnis, dalam hal ini etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Prasangka yang muncul dalam komunikasi antar etnis
Tionghoa dan etnis Jawa ini seperti nilai kehidupan yang diperoleh dari kehidupan anggota lain etnis Tionghoa, yaitu nilai pertemanan yang
didapat selama bergaul dengan etnis Jawa adalah sama-sama menghargai. Namun tidak semua orang berpandangan seperti itu, biasanya punya
pandangan seperti ini, “kwe wong chino dolano karo wong chino”. Selain
commit to user 72
itu hal dari etnis Jawa yang kurang pas dengan budaya China, tidak ada, hanya saja biasanya etnis Jawa suka minum-minuman keras, sedangkan
etnis China tidak semua suka minum. Di Barongsai Tripusaka ada aturan kalau sebelum bertanding dilarang minum-minuman keras, oleh karena
kegemaran etnis Jawa minum-minuman keras diharapkan dapat mengontrol kegemarannya agar dapat terus menaati peraturan.
Selama melakoni peran dalam permainan Barongsai di Tripusaka, kadang diberikan masukan oleh teman yang lebih senior, seperti “Nu,
mainmu kurang gini…kurang gitu.” Namun juga memberikan timbal balik untuk saling memberikan masukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penilaian, tanggapan, dan pandangan kepada anggota lain yang beretnis Tionghoa dalam pengalaman
bergaul dengan mereka di Barongsai, Sandy mengatakan, “asik dan tidak ada perbedaan.”
Lain halnya menurut Erwin, tanggapan, ataupun pandangan kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam bergaul dengan teman di
Barongsai Tripusaka. Erwin mengatakan: “Tanggapan selama bergaul dengan Tionghoa antara lain, etnis Tionghoa suka apabila barongsai
dimainkan oleh orang Jawa. Namun ada juga orang etnis Jawa yang mengejek kok wong Jowo main barongsai.”
3. Membangun citra diri Manusia
bukan dibentuk
oleh lingkungan
tetapi cara
menerjemahkan pesan-pesan
lingkungan yang
diterimanya. Kepribadiannya terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pula
commit to user 73
komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui komunikasi kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan
menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Seperti halnya
pada komunikasi antar budaya, dalam hal ini budaya Tionghoa yang berupa kesenian Barongsai yang dimainkan oleh orang dari etnis Jawa.
Barongsai dan liong menjadi hiburan tersendiri yang tidak pernah absen di saat perayaan Imlek. Pemain kesenian khas Tiongkok ini pun
biasanya kebanjiran order, meski mereka butuh pengorbanan besar untuk menjaga penampilannya.
Pemain barongsai Tripusaka Solo, Agus Yulianto mengatakan, saat imlek seperti sekarang inilah barongsai terlihat eksis di masyarakat umum,
commit to user 74
dengan bejibunnya beberapa kegiatan yang dilakoni. Tapi diluar tersebut, order untuk pentas sangat sepi, bahkan tidask ada sama sekali.
Para pemain barongsai terpaksa banting stir untuk menjaga kemampuannya. Salah satunya dengan tetap berlatih. Tapi hal ini justru
sering membuat kebosanan bagi pemain. Merekapun akhirnya lebih memilih untuk mengikuti kejuaraan di berbagai daerah. Berbagai
informasi dari media massa atau pun pengurus tentang kejuaraan barongsai terus dipantau.
Untuk mengikuti sebuah kejuaraan, para pemain terbentur dengan minimnya jadwal kegiatan. Meski begitu, perkumpulan barongsai
Tripusaka langsung bisa menasng. Dengan menang, bisa terpuaskan tidak hanya dari penampilan, tapi juga menjaga eksistensi perkumpulan
barongsai yang sekarang sudah diterima berbagai lapisan masyarakat. 4. Hambatan dan solusi
Komunikasi antar budaya, tentu saja menghadapi hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi
yang lain. Seperti halnya hambatan komunikasi yang terjadi saat bermain Barongsai. Selama melakoni peran sering mengalami hambatan-hambatan.
Hambatan-hambatan yang pernah dialami oleh Sandy, antara lain waktu mau lomba grogi, dan stress.
Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu keputusan, yang sering menjadi pengambil keputusan, menurut saudara
Sandy adalah semua diobrolin bareng dahulu atau melalui musyawarah. Jadi di perkumpulan Barongsai ini tidak ada yang dominan dalam
commit to user 75
mengambil suatu keputusan, semua masalah dipecahkan secara bersama- sama melalui musyawarah.
C. Harapan Hubungan Komunikasi yang Selaras Antar Etnis