commit to user 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Wujud akulturasi budaya Cina-Jawa telah berlangsung ratusan tahun hingga menghasilkan berbagai karya seni bermutu, seperti kesenian
Barongsai. Di Solo, salah satu kelompok Barongsai yang tetap eksis adalah kelompok Barongsai Tripusaka. Barongsai kelompok Tripusaka ini populer
karena sering diminta untuk tampil menghibur sejumlah pejabat Tanah Air. Kelompok seni Barongsai Tripusaka Solo ini, selain menjadi favorit pejabat,
juga memiliki keunikan yang menonjolkan kekuatan akulturasi, dimana kelompok seni Barongsai binaan Adjie Chandra ini 80 persennya, justru
dimainkan masyarakat lokal dari suku Jawa. Kelompok seni Barongsai yang dinaungi organisasi MAKIN Majelis
Agama Khonghucu Indonesia ini memiliki tiga misi. Pertama, misi ritual, entertainment, dan yang terakhir olahraga. Untuk acara ritual, biasanya
Barongsai dan Liong yang dimainkan berwarna hitam dan putih atau merah dan putih sebagai simbol unsur Yin dan Yang karena dipercaya dapat menolak
bala. Untuk misi entertainment sendiri, Barongsai maupun Liong bebas
bahkan terkesan menyolok berwarna warnai, acara ini bisa disaksikan setiap saat yaitu pada Pesta Pernikahan, Pesta Ulang Tahun, Promosi dan lain
sebagainya, tergantung kepada permintaan konsumen. Sedangkan untuk misi
commit to user 78
olahraga setiap tahunnya grup Tripusaka ini mengikuti berbagai perlombaan. Dari ketiga misi ini merupakan wujud dari komunikasi antar budaya.
Komunikasi antar budaya di Yayasan Tripusaka Solo, meliputi beberapa hal, antara lain:
1. Pengalaman Komunikasi Berhasilnya proses komunikasi, di samping memperhatikan aspek
komunikasi, juga perlu adanya faktor pengalaman komunikasi. Pengalaman komunikasi dapat diketahui dari intensitas komunikasi, dan
suasana komunikasi. Bagi para anggota Tripusa, dalam menjalin komunikasi selain
bertatap muka, juga menggunakan sarana komunikasi, seperti telepon, dan maupun menggunakan facebook. Komunikasi yang dilakukan penuh
dengan suasana keakraban. 2. Pengakuan Identitas Kultural dan Eksistensi Etnis Dalam Kelompok
Barongsai Tripusaka Potensi akulturasi ditentukan kemiripan antara budaya asli
Tionghoa dan budaya pribumi Jawa. Selain itu, ditentukan juga oleh usia dan latar belakang pendidikan yang terbukti berhubungan dengan
potensi akulturasi. Yang terakhir yang menentukan juga potensi akulturasi adalah pengetahuan etnis Jawa tentang budaya Tionghoa sebelum
memasuki wilayah budaya pribumi kontak budaya. Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, dapat
diketahui dari empat indikator, yaitu: 1 Penentuan peran, 2 Prasangka, 3 Membangun citra diri, 4 Hambatan dan solusi.
commit to user 79
3. Harapan Hubungan Komunikasi yang Selaras Antar Etnis Harapan di barongsai adalah agar barongsai lebih maju ke
depannya dan ingin agar orang lain tertarik main barongsai. Dan hal-hal yang perlu dilakukan menjalin hubungan yang selaras antar etnis yaitu
dengan cara mengobrol bareng-bareng apabila ada suatu masalah. Perkumpulan barongsai tak hanya didominasi oleh pemain dari
Tionghoa tapi pembauran telah terjadi di setiap lini. pemain barongsai Tripusaka merupakan masyarakat setempat dan memang pembauran sudah
terlihat sekarang. Harapan ke depan, karena 90 pemain barongsai di Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi etnis
Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik
antar etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami karakter tiap orang, dan saling instropeksi diri.
B. Saran