PENYAJIAN DATA OMUNIKASI DAN AKULTURASI (Study Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Budaya Tionghoa dan Jawa dalam Proses Akulturasi pada Kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo)

commit to user 55

BAB III PENYAJIAN DATA

Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Data yang dikumpulkan berupa komunikasi verbal wawancara antara peneliti dengan orang-orang yang berkompeten di Tripusaka Solo. Hal-hal yang dijadikan sebagai bahan wawancara dalam komunikasi antar budaya Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, meliputi : 1. Pengalaman komunikasi Faktor pengalaman komunikasi terdiri atas dua indikator, yaitu intentis komunikasi, dan suasana komunikasi. 2. Pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka. Dalam faktor pengakuan identitas kultural dan eksistensi etnis dalam kelompok Barongsai Tripusaka, terdiri atas empat indikator, antara lain : a. Penentuan peran b. Prasangka c. Membangun citra diri d. Hambatan dan solusi 3. Harapan hubungan komunikasi yang selaras antar etnis Berdasarkan atas beberapa indikator dalam proses komunikasi antara budaya Tionghoa dan Jawa dalam akulturasi pada kelompok Barongsai di Yayasan Tripusaka Solo, tersebut dapat digunakan sebagai gambaran tentang commit to user 56 komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang mendukung proses pembauran antar etnis dengan melihat pada fokus kajian komunikasi budaya dan bentuk akulturasi. Berikut hasil wawancara penulis dengan beberapa nara sumber yang berada di perkumpulan Tri Pusaka Solo. 1. Bapak Danu Bapak Danu adalah seorang anggota Tripusaka yang berusia 24 tahun, masuk sejak tahun 2002. Dalam status etnis, bapak Danu berasal dari etnis Tionghoa, dan status perkawinannya, sekarang ini Bapak Danu sudah berkeluarga. Dalam antraksi Barongsai Bapak Danu berada pada posisi belakang. Wawancara dengan bapak Danu dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 24 Oktober 2010 jam 08.15 sampai 09.00 di Kantor Yayasan Tripusaka Solo. Dalam hal bergaul dengan pemain Barongsai dari etnis Tionghoa, Bapak Danu mengatakan bahwa: Dahulu setiap hari berkumpul dengan teman-teman di Tripusaka, tetapi sekarang mulai berkurang karena sudah berkeluarga. Walaupun sekarang saya jarang berkumpul, namun tetap selalu berkomunikasi dengan teman-teman di Tripusaka dengan menggunakan media telepon. Selama bergaul dengan teman-teman di Tripusaka, tentunya banyak hal-hal yang dibicarakan. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Danu, beliau mengatakan bahwa: Biasanya yang diobrolkan waktu bertentu dengan teman-teman di Tripusaka antara lain barongsai, lomba-lomba, dan juga gojegan, dan yang memulai melalukan pembicaraan kadang-kadang saya, kadang- kadang juga teman-teman dari etnis Tionghoa. Etnis Jawa di Tripusaka sendiri sudah mulai menyatu dengan budaya Tionghoa begitu juga commit to user 57 sebaliknya etnis Tionghoa menyatu dengan budaya Jawa, ga ada yang dominan, sama semua. Selain itu dalam bergaul antara etnis Jawa dengan etnis Tionghoa di Tripusaka tidak ada hal-hal yang ditutupi. Hal ini seperti yang nyatakan oleh Bapak Danu, sebagai berikut: Waktu bergaul tidak ada yang ditutupi, malahan mereka sering curhat karena biasanya di barongsai tripusaka umur pemainnya tidak terpaut jauh dan sepantaran. Oleh karena itu ketika mengobrol lebih enak karena nyambung. Ya walaupun pernah dapat gosip, namun tingkatannya masih sebatas bercanda, walaupun sampai masalah etnis tapi tidak apa-apa karena namanya juga bercanda. Kalau bercanda masalah etnis kata-katanya antara lain “lha kwe chino ow mas”. Dalam bertemanan antara etnis harus bisa saling memahami. Sehubungan dengan faktor-faktor yang memotivasi untuk ikut menjadi pemain di Barongsai Tripusaka, seperti halnya yang diungkapkan oleh Bapak Danu, yaitu “Motivasi di barongsai antara lain: olahraga, kepuasan ikut lomba karena dilihat banyak orang, dan apabila menang bisa bangga pada orang banyak”. Ikut menjadi pemain Barongsai tidak lepas dari peran. Di Tripusaka penentuan peran tidak ditentukan oleh pelatih atau pimpinan, justru pihak pimpinan Tripusaka membebaskan bagi anggotanya, khususnya anggota baru untuk memilih posisi yang disukainya. Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Bapak Danu, yaitu : “Setiap anak baru di Barongsai Tripusaka dibebaskan untuk memilih posisi, baru setelah besar diarahkan oleh senior untuk posisi yang tepat untuk mereka”. Di samping itu mengenai hal-hal lain seperti penilaian, tanggapan, ataupun pandangan kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam berbagaul baik-baik saja. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Danu, bahwa commit to user 58 “Pandangan dengan etnis Jawa selama bergaul dengan mereka, enjoy saja, ibaratnya kita mempunyai batasan-batasan sendiri.” Nilai kehidupan yang telah memotivasi Bapak Danu, yang dapat diperoleh dari kehidupan anggota lain etnis Tionghoa, yaitu nilai pertemanan yang didapat selama bergaul dengan etnis Jawa adalah sama-sama menghargai. Namun tidak semua orang berpandangan seperti itu, biasanya punya pandangan seperti ini, “kwe wong chino dolano karo wong chino”. Tapi di Tripusaka tidak seperti itu. Tradisi barongsai yang kurang ditaati oleh etnis Jawa tidak ada. Selain itu hal dari etnis Jawa yang kurang pas dengan budaya China, tidak ada. Tetapi biasanya etnis Jawa suka minum-minuman keras, sedangkan etnis China tidak semua suka minum, namun baiknya di Tripusaka tidak ada pemaksaan untuk minum. Di Barongsai Tripusaka ada aturan kalau sebelum bertanding dilarang minum-minuman keras, oleh karena kegemaran etnis Jawa minum-minuman keras diharapkan dapat mengontrol kegemarannya agar dapat terus menaati peraturan. Dan selama melakoni peran dalan permainan Barongsai di Tripusaka, kadang diberikan masukan oleh teman yang lebih senior, seperti “Nu, mainmu kurang gini…kurang gitu.” Namun juga memberikan timbale balik untuk saling memberikan masukan. Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu keputusan, di Barongsai Tripusaka adalah bersama-sama. Tidak ada yang dominan. Atasan hanya sebagai pemberi usul, keputusan tetap bersama. Sehubungan dengan harapan kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi Barongsai Tripusaka, Bapak Danu mengatakan, bahwa: commit to user 59 Harapan ke depan, karena 90 pemain barongsai di Indonesia adalah etnis Jawa, maka diharapkan dapat memotivasi etnis Tionghoa untuk dapat turut serta mengembangkan kebudayaannya, dan hal-hal yang bisa lakukan untuk mewujudkan yaitu hubungan yang baik antar etnis yaitu harus bisa membatasi diri kita, harus saling memahami karakter tiap orang, saling instropeksi diri. 2. Erwin Erwin adalah salah satu anggota Tripusaka yang berasal dari etnis Jawa berusia 23 tahun. Menjadi anggota Tripusaka sejak tahun 2002. Wawancara dengan saudara Erwin pada hari Minggu tanggal 24 Oktober 2010 jam 09.00 sampai 10.00 di Kantor Yayasan Tripusaka Solo. Adapun hasil wawancara dengan saudara Erwin sebagai berikut: Dalam hal berbaul dengan teman-teman dari etnis Tionghoa, saudara Erwin mengatakan, “hampir setiap hari kumpul dengan orang etnis Tionghoa”. Hal-hal yang menyebabkan sering atau tidaknya bergaul dengan mereka, saudara Erwin mengatakan “Awal mula waktu kelas 1 SMP lihat latihan barongsai, kemudian merasa tertarik dan ikut latihan sampai sekarang.” Sehubungan dengan komunikasi yang dilakukan dengan teman-teman di Tripusaka, saudara Erwin mengatakan, bahwa: Biasanya media komunikasinya telephone, tatap muka, mendatangi rumah. Hal-hal yang sering dibicarakan pada setiap kesempatan bergaul dengan mereka, yaitu barongsai, gossip tentang teman-teman, dan yang biasa memulai pembicaraan, biasanya teman dari etnis China. Dalam bergaul sama sekali gak ada yang ditutupi. Dalam bergaul dengan teman-teman di Tripusaka, kadang mengalami ketidakmulusan, seperti halnya yang dilalami oleh saudara Erwin. Saudara Erwin mengatakan, bahwa “Pernah digosipin, antara lain: Maen salah dikit commit to user 60 trus diprotes padahal dia tidak merasa salah. Yang memprotes itu orang Jawa. Orang Tionghoa itu malah jarang protes.” Masuk menjadi anggota Tripusaka dan menjadi pemain Barongsai, tentunya ada hal-hal yang memotivasinya, seperti halnya yang lakukan saudara Erwin, yaitu ingin mendalami barongsai secara lebih lanjut. Di samping itu mengenai hal-hal lain seperti penilaian, tanggapan, ataupun pandangan kepada orang lain yang beretnis Tionghoa dalam berbagaul dengan teman di Barongsai Tripusaka, seperti yang diungkapkan oleh saudara Erwin, bahwa “Tanggapan selama bergaul dengan Tionghoa antara lain, etnis Tionghoa suka apabila barongsai dimainkan oleh orang Jawa. Namun ada juga orang etnis Jawa yang mengejek kok wong Jowo main barongsai.” Harapan kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi Barongsai Tripusaka, saudar Erwin menyatakan: Harapan di barongsai adalah agar barongsai lebih maju ke depannya dan ingin agar orang lain tertarik main barongsai. Dan hal-hal yang perlu dilakukan menjalin hubungan yang selaras antar etnis yaitu dengan cara mengobrol bareng-bareng apabila ada suatu masalah. 3. Sandy Sandy merupakan salah satu anggota Tripusaka yang berasal dari etni Jawa, masuk di Tripusaka sejak tahun 2002. Sandy sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Surakarta. Dalam bermain barongsai, saudara Sandy termasuk pemain yang berada di posisi depan. Menjadi pemain Barongsai sejak dari duduk di bangku SD. commit to user 61 Waktu wawancara dengan saudara Sandy yaitu pada hari Minggu tanggal 24 Oktober 2010 jam 10.10 sampai 11.00 di Kantor Yayasan Tripusaka Solo. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut: Dalam hal berbaul dengan pemaian Barongsai dari etnis Tionghoa, saudara Sandy mengatakan: “Dulu sering kumpul tiap hari, tapi sekarang sudah jarang karena kesibukan kuliah.” Media komunikasi yang sering digunakan saudara Sandy dengan teman-teman di Tipusaka, antara lain : lewat tatap muka, Facebook, telepon. Hal-hal yang sering dibicarakan pada setiap kesempatan anda bergaul dengan mereka, saudara Erdwin mengataka, bahwa: Yang dibicarakan kalau bertemu antara lain; tanya kabar, lomba, barongsai, dan yang mulai pembicaraan adalah etnis China. Selama bergaul tidak ada yang ditutupi karena semua adalah sama, bahkan pernah dimarahi teman-teman karena salah. Hal-hal yang memotivasi untuk turut serta menjadi pemain di Barongsai Tripusaka, saudara Sandy mengatakan, “Motivasi ikut barongsai, awal mulnya karena suka film jet li, kemudian ditawrai latihan wushu dan kemudian dari wushu dikembangkan ke barongsai.” Sehubungan dengan hal tersebut penilaian, tanggapan, pandangan kepada anggota lain yang beretnis Tionghoa dalam pengalaman bergaul dengan mereka di Barongsai, Sandy mengatakan, “asik dan tidak ada perbedaan.” Nilai kehidupan yang telah memotivasi, yang dapat diperoleh dari kehidupan anggota lain etnis Tionghoa, menurut pernyataan saudara Sandy, yaitu “Nilai kehidupan etnis Tionghoa yang dapat menjadi motivasi, saklek, commit to user 62 cuek, senang makan bersama dan hal-hal yang tidak atau kurang sesuai dengan falsafah hidup orang Jawa, adalah sama dan tidak ada bedanya.” Selama melakoni peran, hambatan-hambatan yang pernah dialami oleh saudara Sandy, antara lain waktu mau lomba grogi, dan stress. Dalam menghadapi masalah atau ketika harus mengambil suatu keputusan, yang sering menjadi pengambil keputusan, menurut saudara Sandy adalah semua diobrolib bareng dahulu. Harapan kedepannya untuk kelangsungan dan regenerasi Barongsai Tripusaka, saudara Sandy mengatakan, bahwa: Harapan ke depannya untuk barongsai, besok dapat menyaingi barongsai Malaysia karena Malaysia adalah juara 1 lomba Internasional dengan cara komunikasi antar etnis yang baik yaitu antara lain, jangan sok-sokan, mengalir apa adanya, jangan ada gap, serasi. Di Tripusaka tidak ada gap, namun di tempat lain masih ada gap. “Kita semua manusia, saya piker ga ada masalah, asal kita maennya bagus, mereka bagus, ya hasilnya bagus mas. Orang Jawa, Orang China, Orang Batak ya sama saja”. Dari ketiga orang anggota Tripusaka Surakarta yang diwawancarai tersebut, semua menunjukkan bahwa proses akulturasi di Tripusaka berjalan dengan baik. Saling menghargai dan tidak memandang etnis. Antara orang China dengan Jawa saling mempunyai peran di kelompok barongsai tersebut. commit to user 63

BAB IV ANALISIS DATA

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Budaya dan Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban (Studi Deskriptif Pengaruh Komunikasi Antar Budaya terhadap Pernikahan Adat Aceh sebagai Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban Masyarakat Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia)

4 52 132

Akulturasi budaya Betawi dengan Tionghoa : studi komunikasi antarbudaya pada kesenian Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah

2 34 100

PERAN KESENIAN LIONG DAN BARONGSAI SEBAGAI SARANA ASSIMILASI ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA (Studi kasus perkumpulan Liong dan Barongsai Tripusaka MAKIN Solo)

0 5 6

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta)

1 17 181

Perancangan Media Promosi Pengenalan Tarian Barongsai Sebagai Akulturasi Etnis Tionghoa dan Indonesia.

0 0 16

PERILAKU KOMUNIKASI DALAM AKULTURASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang perilaku komunikasi dalam akulturasi budaya antar etnis Jawa dan etnis Madura di kab Sampang Madura).

0 0 131

Akulturasi Komunikasi Antar Budaya (1)

0 0 4

View of Persimpangan Antara Agama dan Budaya (Proses Akulturasi Islam dengan Slametan dalam Budaya Jawa)

0 0 16

AKULTURASI BUDAYA JAWA DAN BUDAYA ISLAM PADA BANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

0 1 18

PERILAKU KOMUNIKASI DALAM AKULTURASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang perilaku komunikasi dalam akulturasi budaya antar etnis Jawa dan etnis Madura di kab Sampang Madura)

0 0 17