Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MASYARAKAT (NASABAH) MELAKUKAN QARDHUL

HASAN DI BMT WAASHIL MEDAN

OLEH

ENDANG TRI ASTUTY 080501031

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi nasabah sehingga melakukan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil. Pembiayaan Qardhul Hasan dibagi kepada pinjaman produktif dan pinjaman konsumtif yang digunakan sebagai modal usaha atau untuk keperluan lainnya. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 nasabah yang menerima pembiayaan Qardhul Hasan dari BMT Waashil Medan. Penelitian ini juga melihat perkembangan pembiayaan di BMT selama 2007-2012.

Untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan digunakan metode descriptive analyze dengan bantuan software SPSS 16.0. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan dilakukan dengan membandingkan berbagai faktor yang ada di BMT pada periode I (2007-2009) dengan periode II (2010-2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan peminjaman menjadi faktor utama nasabah memilih pembiayaan Qardhul Hasan dan faktor utama yang kedua adalah tidak adanya jaminan dan bunga dalam peminjaman. Sedangkan untuk perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan pada periode II. Kenaikan yang signifikan terjadi kepada kedua jenis pinjaman baik pinjaman produktif maupun pinjaman konsumtif.

Kata kunci: BMT (Baitul Maal wa Tamwil), pembiayaan Qardhul Hasan, pinjaman produktif, pinjaman konsumtif


(3)

ABSTRACT

This research is related with factors that influence people (customer) to do Qardhul Hasan in BMT Waashil Medan. This research has purpose to get understanding of which factors that influence customer to do Qardhul Hasan financing in BMT Waashil. Qardhul Hasan financing has devided into productive loan and consumptive loan that used as financial capital bussines or others. This reasearch has taken sample of 40 customer who have got Qardhul Hasan financing of BMT Waashil Medan. This reasearch also concern with development of Qardhul Hasan financing in BMT as long 2007-2012 period.

To get factors that influence customer to do Qardhul Hasan in BMT Waashil Medan used by descriptive analyze method with SPSS 16.0 Software. And to get development of Qardhul Hasan financing, this reasearch has compared any kind of factors in first period (2007-2009) with second period (2010-2012).

The result of this research shown that simplicity of lending has became the first major factor while the second major factor shown that there are no interest and guarantee of lending became why the customer choosen Qardhul Hasan financing. And development of Qardhul Hasan financing in BMT Waashil Medan show significant of increasing in second period. Both of productive loan and consumptive loan are increase significantly.

Keywords : BMT (Baitul Maal wa Tamwil), Qardhul Hasan financing, productive loan, consumptive loan


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Yutam dan ibunda Ramlah. Kakak-Kakak tercinta, Siti Aisyah, S.E dan Mei Lestari, AMd. dan Keponakan-Keponakan saya Adittya, Harrisya, Sabina, dan Humaira beserta sahabat seperjuanganku yang tidak henti – hentinya memberikan kekuatan lahir dan batin beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan merangkap Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Bapak Kasyful Mahali, SE, MSi selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Bapak dan Ibu staff administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada pimpinan BMT Waashil Medan Bapak Drs. Chairial As’adi beserta pegawai-pegawai BMT yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 17 April 2012 Penulis

Endang Tri Astuty 0 8 0 5 0 1 0 31


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR SINGKATAN………xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 11

1.3 Tujuan Penelitian………... 11

1.4 Manfaat Penelitian………... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Baitul Mal wa Tamwil (BMT)... 13

2.1.1. Sejarah Berdirinya Baitul Mal wa Tamwil (BMT)…. 13 2.1.2. Pengertian Baitul Mal wa Tamwil (BMT)……… 14

2.1.3. Kedudukan dan Status Baitul Mal wa Tamwil (BMT).. 18

2.1.4. Karakteristik Baitul Mal wa Tamwil (BMT)...19

2.1.5. Fungsi dan Peran Baitul Mal wa Tamwil (BMT)... 21

2.1.6. Visi dan Misi Baitul Mal wa Tamwil (BMT)...22

2.1.7. Manfaat dan Tujuan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)... 23

2.1.8. Pengembangan BMT: Peluang dan Tantangan... 25

2.1.9. Lokasi Baitul Mal wa Tamwil (BMT)...26


(7)

2.2 Produk-Produk Jasa Keuangan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)...28

2.2.1. Produk Pengumpulan Dana Masyarakat………...28

2.2.2. Produk Penyaluran Dana...34

2.3 Koperasi Syariah………...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian………...42

3.2 Jenis dan Sumber Data………42

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel...42

3.4 Teknik Pengumpulan Data...43

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data...44

3.6 Definisi Operasional………...45

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum BMT Waashil Medan ………...47

4.1.1. Sejarah Singkat BMT Waashil Medan ………...47

4.1.2. Profil BMT Waashil Medan ...………...47

4.1.3. Visi dan Misi BMT Berkah Madani ………...48

4.1.4. Program BMT Waashil Medan………...49

4.1.5. Filosofi BMT Waashil Medan...49

4.1.6. Tujuan BMT Waashil Medan ………...50

4.1.7. Ruang Lingkup Usaha BMT Waashil Medan ...50

4.1.8. Produk-Produk Pembiayaan BMT Waashil Medan...52

4.1.9. Struktur Organisasi BMT Waashil Medan...56

4.2. Hasil Analisa Data dan Pembahasan ………...57

4.2.1. Profil Responden ………..………...57

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...57

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …….58

4.2.4. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...59

dan Pekerjaan 4.2.5. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...61 dan Pendapatan


(8)

4.2.6. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...65 dan Lama Menjadi Nasabah

4.2.7. Alasan Responden Memilih BMT Waashil Medan...64 4.2.8. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi...65 di BMT Waashil Medan

4.2.9. Hasil Analisa Data dan Pembahasan...63 4.2.9.1. Lama Responden Mengenal Produk...68 Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan

4.2.9.2. Jumlah Pinjaman Qardhul Hasan Berdasarkan...69 Pinjaman Terakhir

4.2.9.3. Frekuensi Responden Melakukan Pinjaman...71 Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan

4.2.9.4. Tujuan Responden Melakukan Pinjaman...73 Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan

4.2.9.5. Tanggapan Responden Terhadap Prosedur...75 Peminjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.2.9.6. Faktor Pendorong Nasabah Melakukan...77 Pinjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan...78 4.3.1. Perkembangan Jumlah Nasabah Qardhul Hasan...79 di BMT Waashil Medan

4.3.2. Jumlah Pembiayaan Qardhul Hasan Yang Tersalur...85 4.3.3. Jumlah Penghimpunan Dana Zakat, Infaq,...90 dan Sedekah BMT Waashil Medan


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………...98

5.2. Saran ………...99

DAFTARPUSTAKA...101


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah Dana Terhimpun dan Jumlah Dana Tersalur...9

di BMT Waashil Medan Pada 3 Tahun Awal Pendirian 2.1 Nama dan Alamat BMT di Kota Medan...16

2.2 Penerimaan dan Penyaluran Badan Amil Zakat Nasional... 32

4.1 Profil Responden Menurut Jenis Kelamin...58

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 58

4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan...60

4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...61

dan Pendapatan 4.5 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lama Menjadi Nasabah...62

4.6 Alasan Responden Memilih BMT Waashil Medan... 64

4.7 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi... 66

BMT Waashil Medan 4.8 Lama Responden Mengenal Produk Qardhul Hasan... 68

di BMT Waashil Medan 4.9 Jumlah Pinjaman Qardhul Hasan Berdasarkan... 70

Pinjaman terakhir 4.10 Frekuensi Responden Melakukan Pinjaman Qardhul Hasan.... 71

di BMT Waashil Medan 4.11 Tujuan Responden Melakukan Pinjaman Qardhul Hasan... 74

di BMT Waashil Medan 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Prosedur Peminjaman... 76

Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.13 Faktor Pendorong Responden Melakukan... 77

Pinjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.14 Jumlah Nasabah Pinjaman Produktif Qardhul Hasan... 80

Periode I (2007-2009) 4.15 Jumlah Nasabah Pinjaman Produktif Qardhul Hasan... 80

Periode II (2010-2012) 4.16 Jumlah Nasabah Pinjaman Konsumtif Qardhul Hasan... 81

Periode I (2007-2009) 4.17 Jumlah Nasabah Pinjaman Konsumtif Qardhul Hasan... 82

Periode II (2010-2012) 4.18 Jumlah Nasabah Pinjaman Produktif dan Pinjaman... 84

Konsumtif BMT Waashil Medan Tahun 2007-2012 4.19 Jumlah Pembiayaan Pinjaman Qardhul Hasan Produktif... 86


(11)

4.20 Jumlah Pembiayaan Pinjaman Qardhul Hasan Produktif ... 86 Yang Tersalur Pada Periode II (2010-2012)

4.21 Jumlah Pembiayaan Pinjaman Qardhul Hasan Konsumtif... 87 Yang Tersalur Pada Periode I (2007-2009)

4.22 Jumlah Pembiayaan Pinjaman Qardhul Hasan Konsumtif ... 87 Yang Tersalur Pada Periode II (2010-2012)

4.23 Jumlah Penyaluran Pembiayaan Pinjaman Qardhul Hasan... 89 BMT Waashil Medan Tahun 2007-2012

4.24 Jumlah Penghimpunan Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah... 91 BMT Waashil Medan Periode I (2007-2009)

4.25 Jumlah Penghimpunan Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah ... 92 BMT Waashil Medan Periode II (2010-2012)

4.26 Jumlah Penghimpunan Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah... 96 BMT Waashil Medan Tahun 2007-2012


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Qardhul Hasan………... 38

4.1 Struktur Organisasi BMT Waashil Medan …………... 63

4.2 Alasan Responden Memilih BMT Waashil Medan... 65

4.3 Tanggapan Responden Terhadap BMT Waashil Medan... 67

4.4 Lama Responden Mengenal Produk Qardhul Hasan... 69

di BMT Waashil Medan 4.5 Jumlah Pinjaman Qardhul Hasan Berdasarkan Jumlah... 71

Pinjaman Terakhir 4.6 Frekuensi Responden Melakukan Pinjaman Qardhul... 73

Hasan di BMT Waashil Medan 4.7 Tujuan Responden Melakukan Pinjaman Qardhul... 75

Hasan di BMT Waashil Medan 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Prosedur Peminjaman... 76

Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.9 Faktor pendorong Responden Melakukan Pinjaman... 78

Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan 4.10 Perkembangan Jumlah Nasabah Qardhul Hasan... 85

di BMT Waashil 4.11 Jumlah Pembiayaan Qardhul Hasan Yang Tersalur... 90

Di BMT Waashil Medan Tahun 2007-2012 4.12 Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah Yang Terhimpun... 97 Oleh BMT Waashil Medan


(13)

DAFTAR SINGKATAN

AT = Asuransi Takaful

BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah BAZNAS = Badan Amil Zakat Nasional BMI = Bank Muamalat Indonesia BMT = Baitul Maal wa Tamwil

BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPS = Badan Pusat Statistik

ICMI = Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

LAZ = Lembaga Amil Zakat

LKS = Lembaga Keuangan Syariah LKMS = Lembaga Keuangan Mikro Syariah

LSIK = Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan PINBUK = Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

POKUSMA = Kelompok Usaha Muamalah

SPSS = Statistic Product and Service Solution

UKM = Usaha Kecil Mikro

UPZ = Unit Pengumpulan Zakat USPS = Unit Simpan Pinjam Syariah ZIS = Zakat Infaq Sedekah

ZISWAF = Zakat Infaq Sedekah Wakaf


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi nasabah sehingga melakukan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil. Pembiayaan Qardhul Hasan dibagi kepada pinjaman produktif dan pinjaman konsumtif yang digunakan sebagai modal usaha atau untuk keperluan lainnya. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 nasabah yang menerima pembiayaan Qardhul Hasan dari BMT Waashil Medan. Penelitian ini juga melihat perkembangan pembiayaan di BMT selama 2007-2012.

Untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan digunakan metode descriptive analyze dengan bantuan software SPSS 16.0. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan dilakukan dengan membandingkan berbagai faktor yang ada di BMT pada periode I (2007-2009) dengan periode II (2010-2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan peminjaman menjadi faktor utama nasabah memilih pembiayaan Qardhul Hasan dan faktor utama yang kedua adalah tidak adanya jaminan dan bunga dalam peminjaman. Sedangkan untuk perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan pada periode II. Kenaikan yang signifikan terjadi kepada kedua jenis pinjaman baik pinjaman produktif maupun pinjaman konsumtif.

Kata kunci: BMT (Baitul Maal wa Tamwil), pembiayaan Qardhul Hasan, pinjaman produktif, pinjaman konsumtif


(15)

ABSTRACT

This research is related with factors that influence people (customer) to do Qardhul Hasan in BMT Waashil Medan. This research has purpose to get understanding of which factors that influence customer to do Qardhul Hasan financing in BMT Waashil. Qardhul Hasan financing has devided into productive loan and consumptive loan that used as financial capital bussines or others. This reasearch has taken sample of 40 customer who have got Qardhul Hasan financing of BMT Waashil Medan. This reasearch also concern with development of Qardhul Hasan financing in BMT as long 2007-2012 period.

To get factors that influence customer to do Qardhul Hasan in BMT Waashil Medan used by descriptive analyze method with SPSS 16.0 Software. And to get development of Qardhul Hasan financing, this reasearch has compared any kind of factors in first period (2007-2009) with second period (2010-2012).

The result of this research shown that simplicity of lending has became the first major factor while the second major factor shown that there are no interest and guarantee of lending became why the customer choosen Qardhul Hasan financing. And development of Qardhul Hasan financing in BMT Waashil Medan show significant of increasing in second period. Both of productive loan and consumptive loan are increase significantly.

Keywords : BMT (Baitul Maal wa Tamwil), Qardhul Hasan financing, productive loan, consumptive loan


(16)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya akar permasalahan ekonomi tersebut. Dari permasalahan-permasalahan ekonomi yang terjadi sekarang ini, kemiskinan merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kemiskinan ini sudah terjadi sejak lama dan telah menjadi kenyataan dalam hidup. Perkembangan penduduk yang sangat cepat menyebabkan persaingan kehidupan manusia semakin ketat. Perbedaan tingkat kemampuan dan kepandaian serta keterampilan seseorang menyebabkan hasil yang diperoleh dari kegiatan ekonomi yang dilakukan berbeda. Perbedaan penghasilan yang diperoleh menyebabkan tingkat hidup dan tingkat perekonomian seseorang berbeda-beda.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997 telah melipatgandakan jumlah penduduk miskin di Indonesia (Avenzora, 2003: 1). Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2010 mencapai 31,02 juta jiwa. Gini ratio pada 2010 sebesar 0,331 atau semakin baik dari tahun lalu sebesar 0,357. Sumatera Utara menempati urutan keempat jumlah penduduk terbanyak dari 33 provinsi di Indonesia. Sumatera Utara menempati urutan ke-15 daerah miskin di Indonesia (Sumber: www.bpssumut.go.id). Jumlah penduduk miskin di bawah garis kemiskinan di Sumatera Utara pada bulan Maret 2010 sebanyak 1.490.900 orang (11,31%).


(17)

Angka ini turun jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 berjumlah 1.499.700 orang (11,51%). Sedangkan selama periode Maret 2009–Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang (0,27%), sementara di daerah perkotaan bertambah sekitar 1.000 orang namun persentasenya berkurang sebesar 0,11 poin. Demikian pula Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) angkanya mengalami peningkatan dari 1,92 tahun 2009 menjadi 2,04 pada tahun 2010. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumut tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009 dari 0,50 menjadi 0,57 (Sumber

Berdasarkan fakta yang ada, kemiskinan masih menjadi masalah yang besar bagi bangsa Indonesia. Berbagai cara telah pemerintah lakukan untuk menghadapi masalah kemiskinan tersebut. Namun, hal ini belum mampu diatasi secara menyeluruh. Salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia adalah kurangnya lahan pekerjaan sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menganggur. Ada juga yang ingin memulai usaha tetapi tidak mempunyai modal karena pinjaman dari bank atau lembaga keuangan masih menerapkan sistem bunga dan jaminan. Sistem bunga dan jaminan ini merupakan satu masalah dan beban bagi masyarakat dalam mendapatkan modal dan dana usaha sehingga sebagian masyarakat mencari alternatif sumber modal dan dana dari lembaga-lembaga keuangan lainnya.

Sistem perbankan syariah muncul sebagai akibat dorongan adanya kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya riba dan kelemahan dari sistem bunga yang selama ini dianut oleh bank konvensional. Bank konvensional yang


(18)

menerapkan sistem bunga pun telah mulai tersaingi dengan hadirnya perbankan syariah yang menerapkan sistem ekonomi berbasis syariah di Indonesia.

Sistem ekonomi berbasis syariah, belakangan ini makin populer bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga di negara-negara barat (Monica, 2010: 1). Di Indonesia, perkembangan pemikiran tentang perlunya menerapkan sistem Islam dalam berekonomi muncul pada 1974. Tepatnya dimulai dalam sebuah seminar ‘Hubungan Indonesia-Timur Tengah’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsip-prinsip muamalah dalam hukum ekonomi Islam yang selanjutnya diterapakan kedalam bentuk lembaga keuangan syariah bank dan non-bank. Dalam perkembangan dewasa ini, dikenal beberapa jenis lembaga keuangan syariah bank yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank-Bank Konvensional dengan Unit Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Sedangkan lembaga keuangan syariah non-bank diwujudkan dalam bentuk Asuransi Takaful (AT), Koperasi Syariah, Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS), Koperasi Pesantren (Kopontren) di berbagai wilayah di Indonesia, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Pegadaian Syariah, bahkan Multilevel Marketing Syariah, dan Hotel Syariah (www.ekonomisyariah.com).

Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dari segi jumlah, BMT pun merupakan lembaga


(19)

keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya yang ada di Indonesia. Dalam satu dasawarsa pertama (1995 - 2005), di Indonesia telah tumbuh dan berkembang lebih dari 3.300 BMT dengan asset lebih dari Rp 1,7 triliun, melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberikan pinjaman terhadap 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil. BMT sebanyak itu telah mempekerjakan tenaga pengelola sebanyak 21.000 orang (Data PINBUK,2005). Saat ini, menurut PINBUK terdapat 3.038 BMT yang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Berdirinya lembaga keuangan syariah sejenis BMT di Indonesia merupakan jawaban terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat muslim. Kehadiran BMT muncul di saat umat Islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dan bebas dari unsur riba.

Kurang lebih 7 tahun lamanya, terhitung sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter pada akhir tahun 1997, peranan BMT cukup besar membantu masyarakat kecil (Suhendi, 2004: 27). BMT sering melakukan observasi ke berbagai lapisan masyarakat untuk memperbaiki keadaan hidup masyarakat dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain, kehadiran BMT membantu kegiatan perekonomian masyarakat dan juga sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

BMT biasanya disebut juga dengan koperasi syariah yakni suatu lembaga ekonomi yang berfungsi untuk menarik, mengelola, dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Koperasi syariah mempunyai kesamaan dengan Baitul


(20)

Mal wa Tamwil karena prinsip, tujuan, visi, dan misi keduanya hampir sama. Koperasi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan juga masyarakat pada umumnya serta turut membangun perekonomian dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Salah satu tujuan didirikannya koperasi syariah adalah untuk mengentas kemiskinan dengan membantu masyarakat miskin. Dengan demikian, terdapat persamaan konsep antara koperasi syariah dengan BMT sehingga hal ini mendukung dijadikannya koperasi syariah sebagai dasar hukum untuk BMT. Dengan demikian, BMT dan koperasi syariah merupakan lembaga swadaya ekonomi yang dibentuk untuk masyarakat.

Hampir sama dengan lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan non-bank sejenis BMT pun menerapkan prinsip-prinsip Muamalah dalam setiap kegiatannya (Janwari, 2004: 2). Banyak prinsip dalam fikih muamalah yang dijadikan sebagai prinsip operasional atau produk yang digunakan dalam mekanisme lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan syariah kontemporer, seperti mudharabah, musyarakah, wadi’ah, murabahah, Al-bai bitsaman ajil, salam, istishna’, wakalah, kafalah, qardhul hasan dan sebagainya. BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki produk yang sangat beragam dan bisa dikatakan lebih dari sebuah bank (Beyond Banking). Tidak semua Bank Islam maupun lembaga keuangan non-bank memiliki produk pembiayaan diatas.

Salah satu produk yang belum banyak diterapkan oleh Bank Islam atau lembaga keuangan syariah adalah produk Qardhul Hasan. Qardhul Hasan


(21)

adalah pinjaman kebajikan yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Di BMT, pengembalian pinjaman tidak ditentukan waktunya (tidak ada tempo). Berbeda dengan prinsip Qardhul Hasan pada Bank BNI Syariah, dimana Qardhul Hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dan nasabah yang dianggap layak menerima dengan prioritas bagi pengusaha kecil yang potensial dan perorangan yang berada dalam keadaan terdesak, peminjam (nasabah) wajib melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (Buku Pedoman Qardhul Hasan BNI Syariah, 2000). Perbedaan lainnya adalah bank menyalurkan dana Qardhul Hasan kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) sehingga bank secara tidak langsung menyalurkan dana Qardhul Hasan tersebut. Sedangkan BMT bertindak sebagai penghimpun sekaligus penyalur dana Qardhul Hasan kepada nasabah.

Qardhul Hasan dapat bersifat pinjaman produktif dan juga konsumtif. Dari pinjaman produktif, produk ini memungkinkan pengucuran dana segar kepada masyarakat yang kurang mampu (dhuafa) dan termasuk ke dalam mustahiq (yang berhak menerima zakat) sebagai modal untuk melakukan usaha dengan jumlah pinjaman yang juga disesuaikan dengan kapasitas usahanya. Sedangkan pinjaman konsumtif salah satunya digunakan untuk membantu nasabah yang terlilit utang terhadap rentenir. Tetapi dewasa ini, sistem Qardhul Hasan telah diaplikasikan pada beberapa lembaga keuangan syariah, khususnya di Bank Islam dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Implementasi prinsip Qardhul


(22)

Hasan di kedua lembaga keuangan syariah tersebut memiliki pemaknaan yang hampir sama (Janwari, 2004: 22).

Kerangka operasional prinsip Qardhul Hasan pada bank Islam dan BMT itu mengandung arti bahwa bank atau BMT memberikan pinjaman lunak kepada nasabah yang membutuhkan dana, khususnya untuk pinjaman produktif dan pinjaman konsumtif. Prinsip ini sama dengan pinjaman lunak di lembaga-lembaga keuangan konvensional. Berbeda dengan praktek lembaga-lembaga keuangan konvensional, prinsip Qardhul Hasan di lembaga keuangan syariah tidak dikenakan suku bunga. Dalam pengertian kewajiban nasabah hanya mengembalikan sejumlah uang yang telah dipinjamnya. Kalaupun ada beban yang mesti ditanggung oleh nasabah, hanyalah beban biaya untuk pengurusan administrasi saja (Ahmad, 2004: 22).

Selain merupakan lembaga pengelola dana masyarakat yang memberikan pelayanan tabungan, pinjaman kredit dan pembiayaan, BMT juga dapat berfungsi mengelola dana sosial umat diantaranya menerima titipan dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Semua produk pelayanan dan jasa BMT dilakukan menurut ketentuan syariah yakni prinsip bagi hasil (profit and loss-sharing). Dengan adanya pola pinjaman sosial (Qardhul Hasan) semacam ini, maka BMT tidak memiliki resiko kerugian dari kredit macet yang dialokasikan untuk masyarakat paling miskin, karena produk Qardhul Hasan, bersifat non profit oriented. Jika BMT sebagai Baitul Mal berfungsi sebagai lembaga sosial, maka BMT sebagai Baitul Tamwil berfungsi sebagai lembaga bisnis yang profit oriented.


(23)

Peran strategis BMT dalam mengurangi kemiskinan terlihat dari kegiatan ekonomi BMT yang mempunyai kegiatan sosial (Baitul Mal) dan kegiatan bisnis (at-Tamwil). Kegiatan sosial ekonomi BMT dilakukan dengan gerakan zakat, infaq, dan sedekah. Hal ini merupakan keunggulan BMT dalam mengurangi kemiskinan. Dengan menggunakan dana ZISWAF ini, BMT menjalankan produk pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan).

Dari hasil himpunan dana zakat, infaq, dan sedekah ini digunakan untuk menolong masyarakat yang kesulitan dalam ekonomi. Pinjaman masyarakat hasil dana titipan umat tersebut biasanya digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan. Tetapi dana titipan umat seperti zakat, infaq, dan sedekah ini biasanya digunakan untuk membantu masyarakat melalui pembiayaan Qardhul Hasan. Dimana pembiayaan Qardhul Hasan ini memang dirancang untuk kaum dhuafa penerima zakat, infaq, sedekah yang ingin memulai usaha atau untuk membayar lilitan hutang mereka (Janwari, 2000: 107).

Dari sekian banyak BMT yang menyalurkan pendanaan berupa Qardhul Hasan ini, sebagian dari BMT tersebut beroperasi di Kota Medan. Menurut data PINBUK Sumatera Utara tahun 2010, jumlah BMT di Kota Medan sebanyak 50 BMT. Salah satunya adalah BMT Waashil yang telah berdiri sejak tahun 1996 dan berbadan hukum pada tahun 1998. BMT Waashil memperoleh badan hukum berdasarkan pengesahan akte pendirian koperasi oleh Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Republik Indonesia. Di mulai pada tahun 1997, BMT Waashil mulai memberikan pinjaman Qardhul Hasan kepada masyarakat yang


(24)

membutuhkan. Adapun data awal jumlah dana yang terhimpun dan tersalur yang dilakukan oleh BMT Waashil kepada masyarakat pada tiga tahun pertama pendiriannya diuraikan dalam Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Jumlah Dana Terhimpun dan Jumlah Dana Tersalur di BMT Waashil Medan Pada 3 Tahun Awal Pendirian

Sumber: BMT Waashil Medan

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan mengalami perkembangan di 3 tahun awal pendiriannya. Hal ini dapat terlihat dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang terhimpun oleh BMT Waashil Medan. Dari tahun 1997-1999, dana zakat mengalami kenaikan yang signifikan dimana pada tahun 1997 jumlah yang terhimpun sebesar Rp 3.286.000. Sedangkan pada tahun 1999, terjadi kenaikan sebesar Rp 8.773.000. Sementara dana infaq tahun 1997-1999 juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari jumlah dana infaq tersebut yaitu Rp 1.870.000, Rp 3.610.000, dan Rp 5.860.000 . Sedangkan untuk dana sedekah pada tahun 1999 sebesar Rp 6.750.000. Angka ini turun jika dibandingkan dengan tahun 1998 sebesar Rp 8.488.000.

Tahun

Jumlah Dana Terhimpun (Rp 000)

Jumlah Dana Tersalur (Rp 000)

Zakat Infaq Sedekah Qardhul Hasan

Produktif Konsumtif 1997 3.286 1.870 6.574 10.260 3.760 6.500 1998 5.768 3.610 8.488 16.765 12.565 4.200 1999 8.773 5.860 6.750 20.750 15.750 5.000


(25)

Berdasarkan uraian diatas, BMT Waashil Medan ini merupakan BMT yang memiliki kelebihan dan keutamaan dibandingkan dengan BMT lainnya terutama dalam keberhasilan penghimpunan dan penyaluran dana Qardhul Hasan, sehingga hal tersebut membuats penulis tertarik memilihnya sebagai objek kajian. Disamping itu, pada wawancara awal dengan pihak BMT Waashil Medan, sebagai lembaga keuangan, BMT Waashil Medan lebih terprogram, terencana, terstruktur, transparan, amanah, obyektif, berdasarkan skala prioritas dan sangat potensial sebagai lembaga yang dikelola oleh masyarakat dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, BMT Waashil Medan ikut membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan produk-produk jasa keuangan yang dimilikinya. Disamping itu, BMT Waashil Medan juga merupakan lembaga penghimpun dana umat seperti zakat, infaq, dan sedekah. Dana ini, dapat membantu masyarakat miskin melalui pinjaman pembiayaan kebajikan atau yang biasa disebut dengan Qardhul Hasan. Dengan pinjaman tersebut akan membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya konsumtif dan untuk melakukan usaha-usaha yang bersifat produktif.

Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan keinginan masyarakat melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan, untuk itu penulis mengambil judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan”.


(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan?

2. Bagaimanakah perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan ditinjau dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan, dan jumlah pengumpulan dana zakat, infaq, dan sedekah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan.

2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan ditinjau dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan, dan jumlah pengumpulan dana zakat, infaq, dan sedekah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi lembaga keuangan syariah.

2. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi terkait seperti Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS), Departemen Agama, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan


(27)

Kenaziran Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.

3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah untuk mendapatkan informasi tentang produk Qardhul Hasan dan memfasilitasi masyarakat menengah kebawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPRS.


(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Ruang Lingkup Baitul Mal wa Tamwil (BMT) 2.1.1 Sejarah Berdirinya Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Latar belakang berdirinya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) bersamaan dengan usaha pendirian Bank Syariah di Indonesia, yakni tepatnya pada tahun 1990-an. BMT semakin berkembang tatkala pemerintah mengeluarkan kebijakan hukum ekonomi UU No. 7/1992 tentang Perbankan dan PP No. 72/1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Bagi Hasil. Pada saat bersamaan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian intensif tentang pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Dari berbagai penelitian dan pengkajian tersebut, maka terbentuklah BMT-BMT di Indonesia. ICMI berperan besar dalam mendorong pendirian BMT-BMT di Indonesia. Di samping ICMI, beberapa organisasi massa Islam seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan ormas-ormas Islam lainnya mendukung upaya pengembangan BMT-BMT di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk membangun sistem ekonomi Islam melalui pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah.

BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Prinsip dasar BMT (Huda, 2010: 365) adalah:


(29)

1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan betanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.

3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah) 4. Demokrasi, partisipatif, dan inklusif.

5. Keadilan sosial dan kesetaraan gender (non-diskriminatif). 6. Ramah lingkungan

7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.

8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.

2.1.2 Pengertian Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sendiri terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Mal terdiri dari kata bait yang berarti rumah sedangkan maal berasal dari kata mall yang artinya harta, jadi baitul mal artinya rumah harta. Baitul maal lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq, dan sedekah serta mengoptimalkan pendistribusiannya sesuai dengan peraturan dan amanah. Sedangkan baittul tamwiil secara etimologi berasal dari kata baitun dan mawala, tetapi jamaknya tamwil yang artinya berputar atau produktif


(30)

sehingga dana yang ada dapat disimpan untuk dibiayakan atau diputar melalui usaha agar produktif. Dengan kata lain baittul tamwil adalah usaha yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonomi. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPRS. BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang mengalami hambatan psikologis bila berhubungan dengan pihak bank.

Kegiatan utama BMT antara lain adalah menyumbangkan usaha-usaha produktif dan investasi-investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sedangkan kegiatan Baitul Mal, BMT dapat menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq, dan sedekah dan menjalankan sesuai dengan peraturan serta amanahnya sehingga fungsi BMT tidak hanya profit oriented, tetapi juga social oriented.

Perkembangan BMT cukup pesat. Saat ini menurut PINBUK seluruh Indonesia, jumlah BMT yang melaporkan kegiatannya berjumlah 3.000 BMT. Sedangkan untuk kota Medan sendiri, jumlah BMT yang berhasil di data oleh PINBUK Sumatera Utara berjumlah 50 BMT. Jumlah ini merupakan data yang diperoleh pada tahun 2010. Rincian nama dan alamat BMT tersebut akan disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut:


(31)

Tabel 2.1

Nama dan Alamat BMT di Kota Medan

NO. NAMA-NAMA BMT ALAMAT

1 BMT RAMADHAN Jl. Puskesmas No. 683 Bandar Khalifah – Tembung

2 BMT NURUL HIJRAH Jl. Puskesmas Dusun VII No. 33-C Bandar Khalifah – Tembung 3 BMT KUBE SEJAHTERA

003

Jl. M. Yaqub Lubis No. 195 Dusun IV Bandar Kahlifah

4 BMT KUBE SEJAHTERA

001 Jl. Pengabdian No. 35-B Bandar Setia

5 BMT EL-HAFIZ Jl. Bromo No. 28

6 BMT QANIA Jl. Bromo Gg. Aman No. 10 7 BMT EL-RIDHO Jl. Bromo No. 64-A

8 BMT AL-MUNAWAR Jl. A.R. Hakim No. 135 Lantai 2, Kel. Pasar Merah Timur, Medan Area 9 BMT AMANAH RAY Jl. Sutrisno No. 732

10 BMT GPA MANDIRI Jl. Sisingamangaraja No. 114 11 BMT EL-IKLA Jl. Bridgejen Katamso 12 BMT AL-KAUTSAR Setia Budi

13 BMT ANANDA PUTRA Jl. Bersama No. 122 A 14 BMT HARAPAN MANDIRI Klambir 5

15 BMT SYARIAH MANDIRI Jl. Pasar V Tembung

16 BMT DIRGANTARA Jl. Medan – Batang Kuis No. 66 17 BMT MASYARAKAT

MADANI Jl. Sidomulyo Dusun XIII Tembung

18 BMT ZAM-ZAM Jl. Letda Sujono No. 32

19 BMT LKM – BMT TERPADU Jl. Makmur Dusun VII Tanjung. Kantor Desa Sambirejo Timur 20371 20 BMT EL- HIJRAH 01 Jl. Beringin Pasar VII No. 59

21 BMT AMANAH SEJAHTERA Jl. Besar Tembung No. 01

22 BMT BMT EL-SABIL Jl. B. Zein Hamid Gg. Sepakat No. 2-A Titi Kuning Medan


(32)

24 BMT AR – ROUDAH Pesantren Ar-Roudah 25 BMT BANGUN BERSAMA Batang Kuis

26 BMT P3TM PETISAH Pasar Petisah Lantai 2 27 BMT MITRA BANGSA Bandar Setia

28 BMT SEJAHTERA Klumpang, Amparan Perak 29 BMT SERUMPUN Jl. Sultan Mukmin Al-Rasyid 30 BMT AL – AMELINA Jl. Mahkamah

31 BMT PUTI BATUAH Jl. Perjuangan no.72, Setia Budi

32 BMT MES Jl. Gagak Hitam

33 BMT AR-RIDWAN Jl. Ayahanda – Gatot Subroto 34 BMT AMANAH SYARIAH Jl. Perhubungan No. 17 35 BMT KUBE SEJAHTERA

BERSAMA

Jl. Perhubungan No. 47 Laut Dendang

36 KSP KAHMI DELI

SEJAHTERA Jl. Binjai Km. 10,8 Medan 37 BMT EL KUBE CITRA

BERSAMA

Jl. Sudirman Dsn III No. 18 Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang 38 BMT KB AMIN Jl. Brigdejen Katamso No. 387 40 BMT BINA MITRA

MANDIRI (Pusat) Jl. H.M. Yamin No. 504 41 BMT BINA MITRA

MANDIRI (Cabang) Jl. Durung 14

42 BMT AR-RAHMAN Jl. Gaperta komp. Trikarya 44 BMT AR-RAUDHATUL

HASANAH Jl. Jamin Ginting

45 BMT AL-MASYHUR Jl. Karya Kasih 46 BMT AS-SALAM Jl. Gaharu Medan 47 BMT MUSLIMIN Jl. Laksana Medan 48 BMT AL-AMILINA Jl. Mahkamah No. 66A

49 BMT JUM’AT Jl. Sunggal Komp. Pusri No. 10 50 BMT USWAH HASANAH

YAMKI Jl. Sentosa Baru No. 53


(33)

2.1.3 Kedudukan dan Status Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Sama halnya dengan lembaga-lembaga ekonomi lainnya, kedudukan dan status BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki badan hukum. Tiga landasan pokok pendirian BMT (Solehudin, 2004: 49) yakni:

1. Filosofis

Gagasan pendirian BMT didasarkan kepada kepentingan menjabarkan prinsip-prinsip ekonomi Islam (fiqh al-muamalah) dalam praktek. Prinsip-prinsip ekonomi Islam sejenis tauhid, keadilan, persamaan, kebebasan, tolong-menolong, dan toleransi menjadi kerangka filosofis bagi pendirian BMT di Indonesia. Selain itu, azas-azas muamalah seperti kekeluargaan, gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta kepedulian terhadap golongan ekonomi lemah menjadi dasar utama bagi kepentingan mendirikan BMT di Indonesia.

2. Sosiologis

Pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan kepada adanya tuntutan dan dukungan dari umat Islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan syariah. Seperti diketahui, umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi belum ada lembaga keuangan berbasis syariah. Pada gilirannya, ide pembentukan BMT semakin mencuat ke permukaan di awal tahun 1990-an (Antonio, 2001: 25).

3. Yuridis

Pendirian BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7 / 1992 dan PP No. 72 / 1992 tentang


(34)

Perbankan. Ketika bank-bank syariah banyak didirikan diberbagai wilayah, pada saat bersamaan BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti kebijakan pemerintah tersebut.

BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan / koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal. Sebagi lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus professional.

2.1.4 Karakteristik Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki karakteristik (Suhendi, 2004: 29-30) sebagai berikut:

1. Berorientasi bisnis, yakni memiliki tujuan mencari laba bersama dan meningkatkan pemanfaatan segala potensi ekonomi yang sebanyak-banyaknya bagi para anggotra dan lingkungannya.


(35)

2. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana sosial umat seperti zakat, infaq, sedekah, hibah, dan wakaf.

3. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat disekitarnya.

4. Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat bawah dan kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok tertentu diluar masyarakat sekitar BMT.

5. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif dan dinamis, berpandangan positif, dan produktif dalam menarik dan mengelola dana masyarakat. 6. Kantor BMT dibuka pada waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah

staf dan karyawan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah. Sebagian lainnya terjun langsung ke lapangan mencari nasabah, menarik, dan menyalurkan dana kepada nasabah, menyetor dana ke kas BMT, memonitor, dan melakukan supervisi.

7. BMT memiliki komitmen melakukan pertemuan dengan semua komponen masyarakat dilapisan bawah melalui forum-forum pengajian, dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial-ekonomi yang berimplikasi kepada kegiatan produktif di bidang ekonomi.

8. Manajemen dan operasional BMT dilakukan menurut pendekatan profesional dengan cara-cara Islami.


(36)

2.1.5 Fungsi dan Peran Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Adapun fungsi BMT (Soemitra, 2009: 448) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi professional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

4. Menjadi perantara keuangan antara gharim ( yang berhutang ) sebagai shahibul maal dengan duafa sebagai mudharib, terutama untuk dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll.

5. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.

Adapun peranan BMT (Musfidin, 2012) antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif

melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam. Hal ini biasa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi Islami.

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro.


(37)

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir.

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. 2.1.6 Visi dan Misi Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Semakin banyaknya lembaga keuangan syariah bank dan non-bank, maka semakin banyak masyarakat beralih memanfaatkan pelayanan jasa keuangan syariah yang ditawarkan. Mereka menuntut suatu kepercayaan bahwa sistem bagi hasil di lembaga keuangan syariah tidak akan membebani mereka dalam aspek pengembalian kredit dan pembiayaan seperti di lembaga keuangan konvensional. Dalam hal ini, BMT pun hendaknya mempertegas kembali visinya (Suhendi, 2004: 35-36) yang mencakup:

1. Mengusahakan pengelolaan modal yang berasal dari simpanan-simpanan anggota dengan sistem syariah dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan misi BMT.

2. Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para anggota untuk tujuan-tujuan produktif dengan sistem pelayanan yang cepat, layak, dan tepat sasaran.

3. Mengusahakan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi anggota untuk menambah pengetahuan dan keterampilan para kewirausahaan anggota.

4. Melakukan program pembinaan keagamaan kepada para anggota BMT. 5. Usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi anggota dan tidak bertentangan


(38)

Disamping mempertegas visinya, BMT pun hendaknya mempertegas pula misinya yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan dikalangan anggota pada khususnya dan kemajuan ekonomi dilingkungan kerja pada umumnya.

2. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syariah.

3. Mengembangkan sikap hemat dari kegiatan menyimpang. 4. Menumbuhkembangkan usuha-usaha yang produktif ditengah

masyarakat dan anggotanya di lingkungannya.

5. Memperkuat bargaining power, sikap amanah, dan jaringan komunikasi bisnis yang lebih luas dengan anggota dan masyarakat dilingkungannya. 2.1.7 Manfaat dan Tujuan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Sebagai lembaga pengelola dana masyarakat dalam skala kecil dan menengah, BMT sesungguhnya menawarkan pelayanan jasa dalam bentuk kredit dan pembiayaan kepada masyarakat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelayanan BMT (Suhendi, 2004: 41), antara lain:

1. Meraih keuntungan bagi hasil dan investasi dengan cara syariah.

2. Pengelolaan dana berdasarkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan akan menjadikan setiap simpanan dan pinjaman di BMT aman baik secara syari’i maupun ekonomi.

3. Komitmen kepada ekonomi kerakyatan, di mana BMT membuat setiap transaksi keuangan, memperoeh kredit berikut pengelolaannya bermanfaat bagi pengembangan ekonomi umat Islam.


(39)

4. BMT dan masyarakat dapat berperan membangun citra perekonomian yang dikelola umat Islam.

5. Menggairahkan usaha-usaha kecil produktif dan membebaskan mereka dari jeratan rentenir.

6. Partisipasi positif bagi kemajuan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan Islam termasuk di dalamnya BMT.

Jika dilihat dalam kerangka sistem ekonomi Islam, tujuan BMT (Suhendi, 2004: 33) adalah sebagai berikut:

1. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program pengentasan kemiskinan.

2. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan umat.

3. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syariah.

4. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar menabung.

5. Menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya. 6. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola

perekonomian Islam.

7. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjaman. 8. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan


(40)

2.1.8 Pengembangan BMT: Peluang dan Tantangan

Selama ini, perkembangan BMT di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam mendorong pendirian BMT di Indonesia. Di samping itu, seiring dengan berbagai kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, saat ini upaya mendirikan sebuah lembaga BMT dalam hal mendapatkan status badan hukum tidaklah terlalu sulit. Berkenaan dengan hal tersebut, upaya untuk mendirikan dan mengembangkan BMT sesungguhnya mudah dan terbuka lebar. Akan tetapi, bukan tanpa hambatan bahwa pendirian dan pengembangan BMT ke depan akan dihadapkan kepada peluang dan tantangan. Dilihat dari segi peluangnya, BMT memiliki banyak peluang untuk dikembangkan di masa mendatang karena alasan berikut:

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi 2. Peluang pasar yang luas

3. Kebijakan pemerintah 4. Akuntabilitas publik

5. Kerja sama inter-antar lembaga

Dilihat dari segi eksistensinya di masa depan, BMT akan dihadapkan kepada berbagai tantangan dan kendala sebagai berikut:

1. BMT masih kurang dikenal oleh masyarakat luas, sehingga jumlah nasabahnya pun tidak terlalu banyak.

2. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki perhatian dan kompeten di bidang ekonomi syariah, khususnya bagi mereka yang secara personal aktif menjadi praktisi lembaga keuangan syariah.


(41)

3. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang bagi pelayanan jasa keuangan kepada masyarakat.

4. Kurang promosi terhadap lembaga itu sendiri, maka kepercayaan masyarakat terhadap BMT masih kurang.

5. Mayoritas orang – orang kota mempunyai rasa gengsi untuk menabung dalam jumlah kecil.

6. Minimnya modal yang dimiliki oleh lembaga BMT.

7. Minimnya dukungan lembaga lain terhadap lembaga ini, karena lembaga BMT dibentuk oleh, dari, dan untuk masyarakat di wilayah tertentu. 2.1.9 Lokasi Kantor Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

Lokasi kantor BMT merupakan lokasi yang strategis, berdekatan dengan pusat perdagangan, khususnya pasar terdekat yang strategis, usaha-usaha industri kecil dan rumah tangga, dan usaha ekonomi lain yang ada atau sengaja dikembangkan untuk “menggerakkan ekonomi masyarakat”. Singkatnya dekat dengan kegiatan simpan pinjam. Lokasi dapat juga berdekatan dengan mesjid atau mushala karena BMT melakukan pengajian rutin dan pertemuan bisnis. 2.1.10 Prinsip Operasional Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

a. Pertumbuhan

• Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat, orang berada (aghnia) dan Kelompok Usaha Muamalah (POKUSMA) yang ada didaerah tersebut.


(42)

• Modal awal (Rp 20-30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri dan POKUSMA dalam bentuk Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok Khusus.

• Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai oleh perseorangan dalam jangka panjang.

• BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT menggunakan dana maal.

b. Profesional

• Pengelola profesional, bekerja penuh waktu, pendidikan S1 minimum D3, mendapat pelatihan pengelolaan BMT oleh PINBUK selama 2 minggu, memiliki komitmen kerja, penuh waktu, penuh hati, dan perasaanya untuk mengembangkan bisnis dan lembaga BMT.

• Menjemput bola, aktif membaur dalam masyarakat.

• Pengelola profesional berlandaskan sifat-sifat amannah, siddiq, tabligh, fattonah, sabar, dan istiqomah.

• Berlandaskan sistem dan prosedur: SOP dan Sistem Akuntansi yang memadai.

• Bersedia mengikat kerjasama dengan PINBUK untuk menerima dan membayar secara cicilan, jasa manajemen, dan teknologi informasi.


(43)

• Pengurus mampu melakukan pengawasan yang efektif. • Akuntabilitas dan transparansi dalam pelaporan. c. Prinsip Islamiyah

• Menerapkan cita-cita dan nilai-nilai Islam. • Akad yang jelas.

• Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas dan penerapannya yang tegas dan lugas.

• Berpihak pada yang lemah.

• Program pengajian/penguatan ruhiyah yang teratur dan berkelanjutan sebagai program dari BMT.

2.2 Produk-Produk Jasa Keuangan BMT

Sama halnya dengan lembaga keuangan syariah lainnya, BMT menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produk-produk BMT (Yusup, 2004: 124-125) tersebut mencakup atas:

2.2.1 Produk Pengumpulan Dana Masyarakat

Pelayanan jasa simpanan yang diselenggarakan oleh BMT merupakan suatu bentuk simpanan yang terkait dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh BMT relatif sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut. Sedangkan transaksi yang mendasari bagi berlakunya simpanan BMT adalah akad wadi’ah dan mudharabah.


(44)

a. Simpanan Wadi’ah adalah titipan dana ynag dilakukan setiap waktu dan dapat ditarik pemilik atau nasabah dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindah bukuan/transfer dan perintah membayar lainnya. Pihak-pihak penyimpan dana dapat menerima keuntungan bagi hasil yang sesuai dengan jumlah dana yang diinvestasikan di BMT. Simpanan terbagi dua yaitu wadi’ah dhomanah dan wadi’ah amanah.

b. Simpanan Mudharabah adalah simpanan para pemilik dana yang penyetoran dan atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

c. Selain kedua jenis simpanan tersebut, BMT juga mengelola dana ibadah seperti zakat, infaq, sedekah (ZIS) yang dalam hal ini BMT berfungsi sebagai badan amil. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim. Zakat memiliki hikmah yang dikategorikan dalam dua dimensi: dimensi vertikal dan dimensi horizontal (Mimbar ulama No. 258/XXI, Zakat dan pajak untuk kemaslahatan (Februari, 2000). Dalam kerangka ini, zakat sekaligus perwujudan kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari rasa kepedulian sosial (ibadah sosial). Dilihat dari segi bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka (bentuk masdar), yang mempunyai arti: berkah, tumbuh, bersih, suci, dan baik. Sedangkan menurut terminologi, zakat adalah mengeluarkan bagian tertentu dari harta yang mencapai satu nisab, untuk orang yang berhak menerimanya. Adapun unsur-unsur zakat adalah harta yang di pungut, basis harta, dan subjek yang berhak menerima zakat.


(45)

Pendistribusian zakat boleh dilakukan dengan dua cara yaitu konsumtif dan produktif. Konsumtif untuk tujuan membantu masyarakat muslim yang mengalami kesulitan sedangkan untuk zakat produktif bersifat profit oriented. Secara umum zakat bertujuan untuk menata hubungan dua arah yaitu hubungan vertikal dengan tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan kesyukuran hamba kepada Allah. Sedangkan secara horizontal zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang berkemampuan dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema dan kesenjangan sosial serta ekonomi umat (Asnaini, 2008: 42).

Zakat disalurkan menurut ketentuan disalurkan kepada tujuh golongan, yaitu:

1. Fakir dan miskin, termasuk didalamnya biaya penyantunan orang-orang miskin di lembaga-lembaga sosial, panti-panti asuhan, dan lembaga modal bagi fakir miskin agar mereka dapat berusaha secara produktif.

2. Kelompok amil (petugas zakat), termasuk biaya-biaya administrasi dan personel badan atau organisasi amil itu serta aktivitas yang dilakukannya untuk meningkatkan kesadaran berzakat di masyarakat. 3. Kelompok muallaf (orang yang baru masuk Islam). Dana ini digunakan untuk membantu penyantunan dan pembinaan orang-orang yang baru masuk Islam disediakan juga dana untuk membiayai lembaga dakwah agama.


(46)

4. Memerdekakan budak belian yakni dana untuk membebaskan petani, pedagang, dan nelayan kecil dari hisapan lintah darat, penijon, dan rentenir.

5. Kelompok gharim atau kelomopok yang berutang. Orang atau lembaga Islam yang jatuh pailit atau mempunyai tanggungan utang sebagai pelaksanaan kegiatan yang baik dan sah menurut hukum.

6. Fi sabilillah, termasuk segala keperluan peribadatan, pendidikan, dakwah, penelitian, penerbitan buku-buku, dan majalah ilmiah.

7. Ibnu sabil, orang yang terputus bekal di perjalanan, termasuk segala usaha guna membantu biaya perjalanan seseorang yang kehabisan biaya, beasiswa, dan biaya-biaya ilmiah.

Lembaga zakat sebagaimana tercantum dalam UU zakat adalah lembaga yang dapat dibentuk oleh masyarakat. Lembaga zakat lingkup operasinya dapat di tingkat regional ataupun nasional. Lembaga zakat menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Lembaga zakat bisa dibentuk organisasi politik, takmir masjid, pesantren, media massa, bank dan lembaga keuangan, dan lembaga kemasyarakatan. BMT sebagai lembaga keuangan syariah juga merupakan lembaga zakat. Karena BMT bisa bertindak sebagai amil zakat. Dimana nantinya, akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun jumlah penerimaan dan penyaluran dana zakat yang diterima oleh BAZNAS akan disajikan pada Tabel 2.2 dibawah ini:


(47)

Tabel 2.2

Penerimaan dan Penyaluran Badan Amil Zakat Nasional

Sumber: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Dalam Undang-Undang No. 38/1999 Pasal 11 (2) Bab IV tentang Pengelolaan Zakat, disebutkan tujuh jenis harta yang dikenai zakat, yaitu:

1. Emas, perak, dan uang

2. Perdagangan dan Perusahaan

3. Hasil pertanian. Perkebunan, dan perikanan 4. Hasil pertambangan

5. Hasil Perternakan

6. Hasil pendapatan dan jasa 7. Rikaz

Harta-harta kekayaan sebagaimana disebutkan diatas, wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat (mencapai nisab, kadar, dan waktu/haul).

Penerimaan Tahun 2001

Jenis Nominal

Zakat 120.685.550

Zakat fitrah 27.254.342

Infaq 34.078.962

Jumlah 182.018.854

Penerimaan Tahun 2002

Zakat 272.649.437

Zakat fitrah 7.252.400

Infaq 15.880.000

Ketupat Lembaran 225.400.000


(48)

Didin Hafidhuddin (2002) mengemukakan jenis harta yang wajib dizakati sesuai dengan perkembangan perekonomian modern saat ini meliputi:

1. Zakat Profesi 2. Zakat Perusahaan

3. Zakat surat-surat berharga 4. Zakat perdagangan mata uang

5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan 6. Zakat madu dan produksi hewani

7. Zakat investasi properti 8. Zakat asuransi syariah

9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias, dan sektor modern lainnya yang sejenis

10.Zakat sektor rumah tangga modern.

Selanjutnya sedekah dalam pengertian umum adalah memberikan harta atau nilainya dan juga manfaatnya kepada yang berhak atau patut diberi, karena perintah Allah/Rasul-Nya, baik perintah wajib maupun perintah sunnah, yang merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan (Nukthoh, 2005: 19-20).

Menurut H. Nukthoh Arfawie Kurde bahwa sedekah itu adalah pemberian/amal sukarela dari seorang muslim dan tidak tertentu jumlahnya, seperti kotak amal, list derma, shalawat Jum’at/pengajian, permintaan dan lain-lain. Karena sedekah itu lebih luas cakupannya, karena tidak terbatas jumlahnya dan untuk keperluan yang tidak terbatas pula.


(49)

Dalam kasus sedekah, ibadah privat sekaligus menjadi ibadah publik sebuah individual yang berwujud dalam bentuk sosial. Dengan demikian, nilai sedekah terbagi dua:

1. Nilai spiritual (vertikal) 2. Nilai sosial (horizontal)

Sedangkan, Infaq adalah amal/pemberian seseorang Muslim atau badan hukum karena sesuatu kebutuhan yang didasari rasa taqarrub kepada dan mengharapkan pahala dari Allah SWT (Nukthoh, 2005: 18-19).

Lembaga sedekah sangat digalakkan oleh ajaran Islam untuk menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain. Bentuk sedekah tidak hanya berupa materi, tetapi dapat juga berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain (Mohammad Hidayat, 2010: 317). Setiap orang bisa saja melakukakn infaq dan sedekah itu. Zakat, infaq, dan sedekah inilah yang nantinya dijadikan sebagai sumber dana pembiayaan Qardhul Hasan di BMT. 2.2.2 Produk Penyaluran Dana

BMT bukan sekedar lembaga keuangan non-bank yang berfungsi sosial, tetapi juga dapat menjadi lembaga bisnis yang berperan dalam meningkatkan dan membangun sistem perekonomian umat. Sejalan dengan kedua fungsi tersebut, maka kumpulan dana dari nasabah yang dikelola oleh BMT selanjutnya disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (nasabah). Pinjaman yang diberikan oleh BMT kepada masyarakat disebut kredit pembiayaan. Kredit pembiayaan merupakan suatu fasilitas produk yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya untuk digunakan sebagai dana pendukung kegiatan usaha. Berbagai


(50)

bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT kepada masyarakat bergantung kepada dua jenis akad, yaitu: musyarakah dan jual-beli (bai’). Di antara pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT maupun lembaga keuangan syariah lainnya (Yusup, 2004: 125-127) adalah:

a. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil

Pembiayaan berakad jual-beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan dana investasi atau berupa pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pemnjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati bersama.

b. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan berakad jual-beli. Pembiayaan murabahah pada dasarnya merupakan kesepakatan antara BMT dengan pemberi modal dan anggota sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti pembiayaan BBA, tetapi proses pengembaliannya akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.

c. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dengan akad syirkah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota, di mana BMT menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya.


(51)

d. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai pemilik modal dalam kegiatan usaha, di mana terjadinya kesepakatan untuk menanggung resiko dan keuntungan yang berimbang sesuai dengan penyertaan modal masing-masing.

e. Pembiayaan Qardhul Hasan

Pinjaman kebajikan yaitu suatu perjanjian antara BMT sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apa pun. Peminjam (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang dipinjam, dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman. BMT sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta peminjam untuk membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi BMT dibenarkan untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela yang besarnya tidak ditentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah. Tujuan utama pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif dan hati-hati terutama kepada peminjam yang dinilai jujur dan mempunyai reputasi baik. Dana Qardhul Hasan ini berasal dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang dititipkan di BMT (Sumitro: 107).

Dana Qardhul Hasan ini dapat bersumber dari bagian modal BMT, keuntungan BMT yang disisihkan, atau dari lembaga lain atau individu yang


(52)

mempercayakan penyaluran infaknya kepada BMT. Dasar hukum dari Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:

1. Q.S. Al-Baqarah (2): 282, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…”

2. Q.S. Al-Hadid (57): 11, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”

3. HR. Muslim “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan dunia, Allah akan melepaskan kesulitan di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”

Adapun ketentuan mengenai Qardhul Hasan telah diatur dalam fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000. Dalam fatwa ini, ketentuan umum Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:

1. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.

2. Nasabah Qardhul Hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.


(53)

5. Nasabah Qardhul Hasan bisa memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. 6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan nasabah telah memastikan ketidakmampuannya, bak dapat:

a. Memperpanjang waktu pengembalian, atau

b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Adapun mekanisme pembiayaan Qardhul Hasan akan disajikan dalam Gambar 2.1 dibawah ini:

Perjanjian Qardh

Tenaga Kerja Modal 100%

Kembali Modal 100%

Gambar 2.1 Skema Qardhul Hasan

Nasabah

Proyek/Usaha

Lembaga

Keuangan


(54)

2.3 Koperasi Syariah

Koperasi syariah adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan dengan berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sehingga sesuai dengan syariat Islam. Sama halnya dengan BMT, koperasi syariah juga dalam perkembangannya memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Sebagaimana lembaga ekonomi lainnya, koperasi adalah salah satu bentuk persekutuan yang melakukan kegiatan muamalah di bidang ekonomi. Dalam koperasi juga berlaku kaidah fiqh yang menyatakan bahwa pada asalnya segala bentuk muamalah itu hukumnya boleh (mubah) sampai ada dalil yang mengharamkannya. Jadi koperasi boleh melakukan kegiatan apa saja di bidang ekonomi sepanjang bukan kegiatan yang dilarang oleh syariah, seperti memproduksi dan memperdagangkan barang-barang terlarang, transaksi-transaksi yang bersifat ribawi, spekulatif (maysir), dan manipulatif (gharar), atau memperoleh keuntungan secara tidak sah menurut syariah, seperti perzinaan, penipuan, dan sebagainya (Zainul Arifin, 2004: 45).

Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan rakyat kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kesejahteraan bersama. Dalam Islam, koperasi tergolong


(55)

sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Maka tak heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimana ditulis oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, diantaranya dengan Sai bin Syarik di Madinah.

Sebagian besar konsep dasar koperasi sudah sejalan dengan syariah (Ani Widyastuti, 2009). Tinggal sedikit penajaman dan modifikasi pada beberapa aspek, sehingga koperasi memiliki jiwa syariah secara sempurna. Penyesuaian itu, misalnya, berupa landasan koperasi syariah yang harus sesuai Alquran dan Sunnah dengan dijiwai semangat saling menolong (ta’aawun) dan saling menguatkan (takaaful). Koperasi syariah semestinya menegakkan prinsip-prinsip Islam seperti:

1. Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dimiliki siapa pun secara mutlak

2. Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih bersesuaian dengan syariah Islam

3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi

4. Menjunjung tinggi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan pemusatan sumber daya ekonomi pada segelintir orang.


(56)

Kalau dilihat dari keberadaan simpanan pokok, wajib, dan suka rela, pada dasarnya koperasi syariah dapat didirikan atas dasar prinsip syirkah mufawadhah dan syirkatul inan. Syirkah mufawadhah adalah perkongsian antara dua orang atau lebih, dengan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (simpanan pokok dan wajib) yang sama. Sedangkan simpanan suka rela tergantung pada masing-masing anggota. Bentuk lain adalah syirkatul inan, yaitu perkongsian dua orang atau lebih dengan kontribusi dana dari masing-masing anggota kongsi bervariasi. Dana itu dikembangkan bersama-sama dan pembagian keuntungannya berdasarkan kesepakatan bersama.

BMT dan koperasi syariah adalah salah satu lembaga keuangan syaria h mikro yang memiliki payung hukum yang sama. Selain itu, kedua lembaga tersebut juga memiliki peran dan fungsi yang sama dalam sistem keuangan dan perekonomian dan membantu dalam perekonomian masyarakat. Perbedaan BMT dan koperasi syariah adalah dalam penghimpunan dananya BMT mengambil dana dari masyarakat melalui dana tabungan. Sedangkan dalam koperasi syariah penghimpunan dana hanya diperbolehkan melalui sistem perkoperasian yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal penyaluran pembiayaan, BMT dapat menyalurkan pembiayaan kepada siapa saja yang termasuk ke dalam nasabahnya. Sedangkan koperasi syariah, hanya boleh menyalurkan pembiayaan kepada sesama anggota koperasi. Sejauh ini produk-produk yang terdapat dalam BMT tidak jauh berbeda dengan yang telah ada di perbankan syariah, hanya saja masih berskala mikro.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan yang beralamatkan di Jl. Gatot Subroto Km 4,5 Kelurahan Sei Sikambing Medan Sunggal.

3.2 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, di peroleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para nasabah Qardhul Hasan BMT Waashil Medan melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.

2. Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel

Dalam penetapan sampel dikemukakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil antara 10%-15%, 20%-25%” (Arikunto, 1994:104), karena besarnya populasi dalam penelitian ini diatas 300 yaitu 359 nasabah maka sampel yang akan diambil untuk dijadikan sebagai responden dalam


(58)

penelitian ini adalah 40 orang atau sekitar 11%. Jumlah sampel ini telah memenuhi ketentuan seperti pendapat Arikunto diatas. Sampel adalah sebagian/himpunan bagian dari unit populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian. Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling yaitu salah satu metode sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Muhammad Teguh,1999: 160). Populasi yang dimaksud oleh penulis yaitu para nasabah Qardhul Hasan yang tinggal di sekitar BMT Waashil Medan dimana jarak antara tempat tinggal nasabah dan BMT Waashil Medan radius maksimumnya adalah 10 Km. Populasi merupakan nasabah pembiayaan aktif selama 6 tahun terakhir (2007-2012). Selanjutnya berdasarkan database alamat nasabah yang diperoleh dari BMT Waashil Medan, diambil 40 orang responden secara acak. Kemudian penulis mendatangi rumah para nasabah untuk diberikan kuesioner atau daftar pertanyaan. Jika ada responden yang tidak bersedia menjawab kuesioner, maka penulis menggunakan sampel cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara dan kuesioner. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai responden yng dalam hal ini adalah nasabah Qardhul Hasan pada BMT Waashil Medan. Sedangkan dalam kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang disusun dengan sangat teliti dan


(59)

hati-hati. Kuesioner ini di tujukan kepada nasabah Qardhul Hasan yang melakukan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan. Jawaban atas pertanyaan ini digunakan sebagai dasar utama dalam pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap lembaga yang akan diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung dilakukan terhadap aktivitas BMT Waashil Medan termasuk data mengenai jumlah nasabah yang melakukan Qardhul Hasan, dana ZIS yang terhimpun dan tersalur serta jumlah pinjaman produktif dan pinjaman konsumtif.

3. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini antara lain diperoleh dari buku-buku, internet, dan lain-lain.

3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 descriptive analysis untuk pengolahan data. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data-data yang diperoleh dianalisis dengan cara tabulasi, sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari variabel yang diteliti. Disamping itu dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti: grafik tabulasi silang (cross tab), tabel, frekuensi, dan gambar (grafik) sehingga diperoleh berbagai gambaran informasi


(60)

yang menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan.

Khusus pada permasalahan kedua dalam penelitian ini yaitu mengenai perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan dianalisis data pada 6 tahun terakhir. Data dianalisis dengan cara membandingkan data dan keadaan 3 tahun terakhir (2010-2012) dengan data dan keadaan 3 tahun sebelumnya (2007-2009). Data yang dianalisis merupakan jumlah nasabah BMT Waashil, jumlah dana terhimpun dan tersalur, dan jumlah penghimpunan dana ZIS oleh BMT Waashil Medan. Dengan demikian akan diketahui perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan yang terjadi di BMT Waashil Medan.

3.6 Defenisi Operasional

1. Qardhul Hasan adalah merupakan pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan peminjam untuk menggunakan dana tersebut. Qardhul Hasan pada prinsipnya pinjaman yang baik, karena dana yang diberikan diperuntukan kepada orang yang kurang mampu atau yang terlilit banyak utang dengan tujuan untuk usaha sehingga dana ini tidak perlu jaminan, dan tidak boleh mengambil manfaat atas pinjman tersebut. Dana ini dikembalikan sesuai dengan pokoknya, karena dana ini dikumpulkan dari infak, sedekah, zakat, dan sejenisnya. Qardhul Hasan tidak ada jaminan dan bunga.

2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sedangkan


(61)

infak dan sedekah adalah pemberian berupa materi kepada pihak tertentu yang hukumnya tidak wajib.

3. Qardhul Hasan produktif yaitu pinjaman ini dilakukan oleh para pedagang, pengusaha, para petani, dan pihak lainnya yang ingin memulai usaha untuk tujuan-tujuan yang produktif.

4. Qardhul Hasan konsumtif yaitu pinjaman-pinjaman yang dilakukan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Pinjaman jenis ini biasa terjadi di kalangan orang-orang miskin dan menengah. Sebagian besar orang mengambil pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Nasabah BMT Waashil Medan adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan dalam lembaga keuangan syariah BMT Waashil Medan.


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum BMT Waashil Medan

4.1.1 Sejarah Singkat BMT Waashil Medan

BMT Waashil merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dijalankan menurut sistem syariat Islam dengan usaha pokoknya adalah menghimpun dana umat (Funding) dan menyalurkannya (Landing) kembali kepada umat secara produktif dan menguntungkan.

BMT Waashil didirikan dalam kondisi bangsa yang krisis, baik krisis ekonomi maupun krisis kepercayaan. BMT Waashil memperoleh surat keputusan Pengurus dari PINBUK TK. I Sumatera Utara, Nomor: 092/BP/Pb.SU/XI/96, tanggal: 08 November 1996. BMT Waashil sejak tanggal 23 Juli 1998 memperolah pengesahan akte pendirian koperasi oleh Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Republik Indonesia. Dengan nomor: 01/KBMT/W/VII/1998, tanggal: 17 Juli 1998 yang diterima tanggal: 23 Juli 1998. Semenjak itu, BMT Waashil telah berbadan hukum koperasi.

Selama ini Koperasi BMT Waashil melakukan kegiatan usaha dengan market pasar adalah masyarakat sekitarnya dan di dukung oleh lokasi yang strategis yaitu terletak di tengah kota yang strategis dan sangat terjangkau oleh masyarakat.


(63)

4.1.2 Profil BMT Waashil Medan

Koperasi BMT Waashil Medan melakukan kegiatan usaha di Jl. Jend. Gatot Subroto Km 4,5 No. 07 Sei Sikambing Medan. BMT Waashil merupakan unit usaha simpan pinjam. Pada saat pendirian, terdapat 21 orang anggota pendiri dengan modal sebesar Rp 903.000.000; dan total aset sebesar Rp 450.000.000;. Sampai pada akhir tahun 2011, terdapat anggota pembiayaan aktif sebanyak 868 orang. Dimana yang dimaksud dengan anggota pembiayaan aktif adalah semua anggota BMT dan nasabah simpan pinjam yang berperan sebagai pengguna jasa dan produk pembiayaan yang ada di BMT Waashil Medan.

4.1.3 Visi dan Misi BMT Waashil Medan a. Visi BMT Waashil

Adapun visi BMT Waashil adalah “Sarana terbaik pemberdayaan ummat”. Artinya BMT merupakan lembaga yang mampu menjadi mitra masyarakat untuk saling bekerja sama dan saling tolong-menolong dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat melalui produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT Waashil sekaligus membantu masyarakat dalam menciptakan lapangan pekerjaan dengan memberikan pinjaman dana untuk usaha kecil mikro. Sehingga BMT mampu menciptakan kemandirian dalam diri masyarakat tanpa perlu adanya campur tangan dari pemerintah.

b. Misi BMT Waashil

1. Pemberdayaan ummat dengan sistem syariah


(64)

berintegrasi

3. Mengantarkan mustahiq menjadi muzaki

4. Menjadikan LKS BMT Waashil sebagai pioneer lembaga keuangan syariah pada segmen kecil dan mikro.

Sebagai lembaga keuangan syariah BMT berpegang teguh pada prinsip syariah. Memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan memberikan modal usaha sehingga masyarakat yang tadinya menjadi mustahiq (pemerima zakat) menjadi muzzaki (pembayar zakat). Sehingga dengan kehadiran BMT diharapkan menjadi sarana untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.

4.1.4 Program BMT Waashil Medan

1. Penggalangan simpanan/tabungan untuk menolong diri sendiri dan saudara sesama pengusaha kecil/mikro

2. Pengembangan usaha kecil/mikro melalui fasilitas pembiayaan/kredit untuk modal usaha dan pendampingan manajemen serta pengembangan jaringan.

Sebagai badan hukum yang berbentuk koperasi, salah satu kegiatan BMT adalah simpan pinjam. Simpanan yang dititipkan oleh masyarakat diberikan lagi sebagai pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Program diatas sudah sangat baik karena mampu membantu masyarakat pengusaha kecil/mikro. Hanya saja, pihak BMT harus selalu melakukan pengawasan dan pembinaan secara berkala kepada para pengusaha baru ataupun terhadap usaha yang telah ada sehingga apabila terjadi kemunduran dalam berusaha akan mampu diatasi secara cepat.


(1)

LAMPIRAN I

Kepada Yth

Bapak/Ibu Nasabah BMT Waashil Medan Di

Medan-

Perihal : QUESSIONER PENELITIAN

Dengan hormat, saya maklumkan kepada Bapak/Ibu bahwa saya: ENDANG TRI ASTUTY adalah mahasiswa dari Fakultas Ekonomi USU – Medan. Sebagaimana Bapak/Ibu tahu salah satu beban tugas seorang mahasiswa adalah melakukan penelitian akademik guna menyelesaikan masa studi.

Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Bapak/Ibu kiranya bersedia membantu menjadi responden penelitian saya tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan Di BMT Waashil Medan”. Saya maklumkan kepada Bapak/Ibu bahwa penelitian ini semata-mata hanya untuk keperluan akademik saja.

Besar harapan saya agar kiranya Bapak/Ibu bersedia mengisi kuesioner ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

ENDANG TRI ASTUTY


(2)

Isilah titik-titik dibawah ini atau beri tanda X pada salah satu

jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.

Identifikasi Responden:

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan 4. Tingkat Pendidikan : 1. SD 4. Diploma

2. SMP/Sederajat 5. Sarjana 3. SMA/Sedrajat 6. Pasca Sarjana 5. Pekerjaan : 1. PNS/ TNI/ POLRI

2. Pegawai Swasta 3. Wirausaha

4. Buruh 5. Pensiunan

6. Ibu Rumah Tangga 6. Pendapatan rata-rata/bulan

1. < Rp 500.000

2. Rp 501.000 – 1.000.000 3. Rp 1.001.000 – 1.500.000 4. Rp 1.501.000 – 2.000.000 5. > Rp 2.001.000


(3)

7. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengenal BMT Waashil Medan? 1. 1 Tahun

2. 2 Tahun 3. 3 Tahun 4. 4 Tahun

5. Lainnya...

8. Dari Mana Bapak/Ibu mengetahui tentang BMT Waashil Medan? 1. Surat Kabar/Majalah/Brosur

2. Teman/keluarga 3. Pegawai BMT 4. Lainnya……

9. Alasan Bapak/Ibu memilih BMT Waashil Medan? 1. Mudah dalam bertransaksi dan mendapatkan info 2. Keyakinan pribadi

3. Produk bervariasi

4. Tidak bertentangan dengan agama 5. Lainnya………

10. Bagaimana menurut Bapak/Ibu lokasi BMT Waashil Medan? 1. Sangat baik dan sangat strategis

2. Baik dan Strategis


(4)

5. Sangat kurang baik dan kurang strategis

11. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengenal produk Qardhul Hasan di BMT? 1. < 1,0 Tahun

2. 1,0 – 2,0 Tahun 3. 2,1 – 3,0 Tahun 4. 3,1 – 4,0 Tahun 5. > 4 Tahun

12. Alasan memilih produk Qardhul Hasan tersebut?

1. Syarat-syarat yang diajukan sangat mudah dan proses peminjaman sangat sederhana

2. Tidak ada jaminan dan tidak ada bunga

3. Ketidakmampuan meminjam ke lembaga keuangan lain misalnya bank 4. Tidak ada batasan waktu pengembalian

5. Tidak ada beban jika tidak mampu dalam pengembalian pinjaman 6. Ingin memperoleh pinjaman yang cepat

7. Biaya administrasi yang ringan 8. Ajakan/informasi dari teman/kerabat

13. Sudah berapa kali Bapak/ibu melakukan pinjaman Qardhul Hasan di BMT tersebut?

1. 1 Kali 2. 2 Kali 3. 3 Kali


(5)

4. 4 Kali

5. Lainnya...

14. Jumlah Qardhul Hasan yang Bapak/Ibu pinjam ? 1. < Rp 500.000;

2. Rp 500.000; - Rp 1.000.000; 3. Rp 1.000.000; - Rp 2.000.000; 4. Rp 2.000.000; - Rp 3.000.000; 5. > Rp 5.000.000;

15. Untuk keperluan apakah pinjaman Qardhul Hasan tersebut? 1. Menambah modal usaha

2. Membeli barang 3. Membuat usaha baru 4. Membayar utang

5. Keperluan lainnya……..

16. Bagaimana prosedur peminjaman pinjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan?

1. Sangat Mudah 2. Mudah

3. Agak Mudah 4. Agak Sukar 5. Sangat Sukar


(6)

17. Selain ke BMT, apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pinjaman Qardhul Hasan ke pihak lain?

1. Ya (sebutkan…………...) 2. Tidak

18. Apakah Bapak/Ibu pernah gagal mendapatkan pinjaman Qardhul Hasan? 1. Ya (alasan...) 2. Tidak

19. Adakah dampak yang Bapak/Ibu rasakan setelah mendapatkan pinjaman Qardhul Hasan tersebut?

1. Ya (sebutkan...) 2. Tidak

20. Dari 4 faktor di bawah ini, faktor apakah yang paling mendorong Bapak/Ibu melakukan pinjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan?

1. Syarat-syarat yang diajukan sangat mudah dan proses peminjaman sangat sederhana

2. Tidak ada jaminan dan tidak ada bunga

3. Ketidakmampuan meminjam ke lembaga keuangan lain misalnya bank 4. Tidak ada batasan waktu pengembalian

21. Dari 2 faktor di bawah ini, faktor apakah yang paling mendorong Bapak/Ibu melakukan pinjaman Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan?

1. Syarat-syarat yang diajukan sangat mudah dan proses peminjaman sangat sederhana