Analisa strategi pemasaran member get member tabungan mudharabah dalam perspektif Syariah pada Perusahaan Daerah (PD) BPR Syariah Kota Bekasi
ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER TABUNGAN MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF SYARIAH PADA PERUSAHAAN DAERAH (PD) BPR SYARIAH KOTA BEKASI
Oleh:
ANGGORO PRIDITYO 102046125195
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/2008 M
(2)
ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER
TABUNGAN MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF SYARIAH
PADA PERUSAHAAN DAERAH (PD) BPR SYARIAH KOTA BEKASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
ANGGORO PRIDITYO
NIM. 102046125195
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Odjo Kusnara N., M.Ag Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM
NIP. 150 060 388
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER TABUNGAN MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF SYARIAH PADA PERUSAHAAN DAERAH (PD) BPR SYARIAH KOTA BEKASI telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, Maret 2008 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 150 289 264
Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (...) NIP. 150 318 308
Pembimbing I : Drs. H. Odjo Kusnara N., M.Ag (...) NIP. 150 060 388
Pembimbing II : Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM (...)
(4)
NIP. 150 210 422
(5)
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN A....Latar Belakang ... 1
B....Pem batasan dan Perumusan Masalah ... 5
C....Tuju an dan Manfaat Penelitian ... 5
D...Pene litian Terdahulu ... 7
E...Meto de Penelitian dan Teknik Penulisan ... 8
F...Siste matika Penulisan ... 10
BAB II PEMASARAN SYARIAH, TABUNGAN MUDHARABAH DAN MEMBER GET MEMBER A. Pemasaran Syariah ... 12
1. Pengertian Pemasaran ... 12
2. Konsep Dasar Pemasaran Syariah ... 13
(6)
B. Tabungan Mudharabah ... 18
1. Pengertian Tabungan ... 18
2. Pengertian Tabungan Mudharabah ... 19
C. Member Get Member (MGM) dan Direct Selling ... 21
1. Member Get Member ... 22
a. Pengertian Member Get Member ... 21
b. Sejarah Member Get Member ... 21
c. Konsep Member Get Member ... 22
d. Keunggulan dan Kelemahan Member Get Member 23 2. Direct Selling ... 25
3. Perbedaan Member Get Member dengan Direct Selling ... 26
BAB III GAMBARAN UMUM PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI DAN STRATEGI PEMASARAN MGM TABUNGAN MUDHARABAH A. Gambaran Umum PD BPRS Kota Bekasi ... 28
1. Sejarah Singkat PD BPRS Kota Bekasi ... 28
2. Dasar Hukum PD BPRS Kota Bekasi ... 29
3. Visi, Misi dan Budaya Kerja PD BPR Syariah Kota Bekasi .. 29
4. Tujuan PD BPR Syariah Kota Bekasi ... 30
5. Produk dan Layanan PD BPR Syariah Kota Bekasi ... 31
B. Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah ... 35
1. Pola Kerja Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah 36
a. Pendaftaran ... 36
b. Pola Kerja Agen MGM ... 37
c. Presentasi MGM ... 39
2. Bonus pada Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 40
(7)
a.Mukafaah Jasa ... 40
b.Mukafaah Dana ... 43
c.Sistem Pemberian Bonus ... 44
3. Tujuan Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 45
4. Manfaat Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 46
5. Pendapat DPS PD BPRS Kota Bekasi terhadap Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah ... 47
BAB IV ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER TABUNGAN MUDHARABAH PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI DALAM PERSPEKTIF SYARIAH A. Analisa Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah dalam Perspektif Syariah... 49
1. Pendapat Para Ulama mengenai Ji’alah ... 51
2. Analisa Pola Kerja Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 56
a. Analisa Akad ... 56
b. Analisa Pola Kerja Agen MGM ... 57
c. Berakhirnya Keanggotaan Agen MGM ... 60
3. Analisa Bonus pada Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 61
a. Analisa Mukafaah Jasa ... 61
b. Analisa Mukafaah Dana ... 63
c. Analisa Sumber Dana Bonus... 65
d. Analisa Sistem Pemberian Bonus... 67
4. Analisa Metode Promosi pada Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 68
(8)
B. Aspek Positif dan Negatif Strategi Pemasaran MGM Tabungan
Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi ... 77
1. Aspek Positif ... 77
2. Aspek Negatif... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan bank syariah di Indonesia secara formal, dimulai sejak lahir Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Selain memberi dasar hukum bagi keberadaan bank syariah, regulasi tersebut juga menandai permulaan era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. 1
Namun, pertumbuhan bank syariah di Indonesia secara signifikan baru terjadi setelah pemberlakuan Undang No.10 Tahun 1998, serta Undang-Undang No.23 Tahun 1999.2 Terlebih, setelah terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang menghancurkan berbagai sendi perekonomian serta meluluh lantakkan sistem perbankan konvensional.
Pada saat perbankan konvensional terpuruk menghadapi krisis, bank syariah relatif dapat bertahan, bahkan menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini
1
Iman Hilman. dkk, Perbankan Syariah Masa Depan (Jakarta: Senayan Abadi, 2003), Cet. Pertama, h.118
2
(10)
tidak hanya membuktikan, bahwa perbankan konvensional yang didasarkan oleh sistem ekonomi kapitalis-sekuler, tidak mempunyai resistensi yang tangguh untuk menjawab segala ketidakpastian pasar. Namun juga membuktikan keunggulan nilai dan sistem yang dimiliki perbankan syariah.
Setelah terjadi krisis ekonomi, perkembangan bank syariah di Indonesia tercatat cukup pesat. Berdasarkan statisik perbankan syariah posisi November 2007, telah terdapat 3 Bank Umum Syariah, 26 Unit Usaha Syariah, serta 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia. Sementara total aset yang dimiliki perbankan syariah telah mencapai kurang lebih 33 Trilyun Rupiah, dengan pangsa pasar sebesar 1,77% dari total aset perbankan di Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Keterangan 1998 2002 2004 2006 2007*
Bank Umum Syariah 1 2 3 3 3
Unit Usaha Syariah - 6 15 20 26
BPRS 78 83 88 105 114
Sumber: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. *Posisi November 2007
Keunggulan nilai, prinsip maupun sistem yang dimiliki oleh bank syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pengembangan sektor riil di Indonesia. Salah satu hal yang dapat dijadikan indikator terhadap hal tersebut, adalah total Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bank syariah.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Indonesia posisi November 2007, total FDR bank syariah tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai 102,65%. Dengan
(11)
demikian hal tersebut tidak hanya membuktikan bahwa bank syariah memiliki sistem yang jauh lebih unggul, namun juga sekaligus menunjukkan bahwa bank syariah dapat menjalankan fungsi intermediasi secara lebih optimal.
Peran bank syariah dalam menggerakkan sektor riil tentu tidak terlepas dari peran Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), yang memiliki tujuan utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah.3 Dengan ruang lingkup yang cukup fleksibel, BPRS mampu menjangkau lapisan masyarakat yang tidak bisa atau sulit dijangkau oleh Bank Umum Syariah. Sehingga, memiliki kontribusi cukup berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat golongan lemah.
Salah satu BPRS yang terdapat di Propinsi Jawa Barat, adalah PD BPRS Kota Bekasi, yang merupakan bank syariah pertama milik Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Sebagai lembaga keuangan milik Pemerintah Daerah, PD BPRS Kota Bekasi bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi, dengan menerapkan prinsip perbankan berlandaskan syariah, serta menggerakkan pembangunan ekonomi masyarakat Kota Bekasi. 4
Dalam menghimpun dana masyarakat, PD BPRS Kota Bekasi memiliki produk penghimpunan dana yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan dana jangka panjang, yaitu produk Tabungan Mudharabah. Produk tersebut
3
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Keuangan terkait,BMI dan Takaful di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.119
4
Company Profile PD BPR Syariah Kota Bekasi, (Bekasi: PD BPR Syariah Kota Bekasi, 2007), h.3
(12)
menyasar kalangan bawah dan akar rumput sebagai target pemasaran. Strategi yang dilakukan PD BPRS Kota Bekasi dalam memasarkan produk tersebut adalah dengan meluncurkan program “MGM” yaitu Member-Get-Member.
Program Member-Get-Member (MGM) adalah salah satu strategi pemasaran
yang biasa dilakukan oleh perusahaan jasa. Program ini sering dilakukan oleh perusahaan penerbit kartu kredit, bank, asuransi, telekomunikasi, serta perusahaan yang bergerak di bidang leisure dan entertainment, seperti hotel dan kafe. Program
tersebut biasa menawarkan hadiah, kepada anggota yang bisa merekomendasikan/mereferensikan teman atau kerabatnya untuk menjadi anggota baru.
Berbeda dengan program MGM yang biasa dilakukan perusahaan jasa lain, program MGM yang dilakukan oleh BPRS Kota Bekasi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut terdapat dalam tujuan, konsep, maupun mekanisme operasional program MGM BPRS Kota Bekasi, yang tentu sudah dimodifikasi agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan pemikiran tersebut, muncul keinginan penulis untuk mengetahui lebih lanjut konsep dan implementasi strategi pemasaran
Member-Get-Member yang diterapkan oleh PD BPRS Kota Bekasi, serta analisa terhadap
strategi pemasaran tersebut dalam perspektif syariah. Permasalahan inilah yang akan dibahas dalam skripsi yang diberi judul: “ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER (MGM) TABUNGAN
(13)
MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF SYARIAH PADA PERUSAHAAN DAERAH (PD) BPR SYARIAH KOTA BEKASI”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dibatasi hanya pada strategi pemasaran Member-Get-Member (MGM) Tabungan Mudharabah, yang diterapkan
oleh PD BPRS Kota Bekasi.
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dan mekanisme strategi pemasaran Member-Get-Member
Tabungan Mudharabah pada PD BPR Syariah Kota Bekasi?
2. Bagaimana analisa terhadap strategi pemasaran Member-Get-Member
Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi dalam perspektif syariah? 3. Apakah keunggulan dan kelemahan dari strategi pemasaran
Member-Get-Member Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang persoalan-persoalan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konsep dan mekanisme strategi pemasaran
(14)
b. Untuk mengetahui bagaimana analisa terhadap strategi pemasaran
Member-Get-Member Tabungan Mudharabah dalam perspektif syariah
pada PD BPRS Kota Bekasi.
c. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari strategi pemasaran
Member-Get-Member Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi?
2. Manfaat Penelitian a. Akademis
Secara akademis, skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khazanah pustaka ilmu Ekonomi Islam. Terutama mengenai penerapan strategi pemasaran
Member-Get-Member pada bank syariah.
b. Praktis 1)Penulis
Penelitian ini adalah sebagai sarana bagi penulis untuk menerapkan ilmu ekonomi Islam secara praktis, khususnya mengenai pemasaran syariah.
2)PD BPR Syariah Kota Bekasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi PD BPR Syariah Kota Bekasi, khususnya mengenai strategi pemasaran Member-Get-Member.
(15)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut PD BPR Syariah Kota Bekasi, serta memahami secara mendalam strategi pemasaran
Member-Get-Member.
D. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pengamatan dan penelusuran yang dilakukan penulis, belum terdapat penelitian yang membahas secara khusus masalah
Member-Get-Member, terutama dalam perspektif syariah. Namun secara umum, terdapat
beberapa penelitian yang membahas masalah pemasaran dalam perspektif syariah, yaitu antara lain:
1. Ahmad Tirmidzi, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas strategi pemasaran produk asuransi syariah, dalam skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap Strategi Pemasaran Produk Asuransi Syariah di PT. Asuransi Syariah Mubarakah dan PT. Asuransi Bringin Life, tahun 2006. 2. Nurhidayati, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas tentang
strategi pemasaran Multi-Level-Marketing dalam perspektif syariah, dalam
skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Usaha Multi Level Marketing dalam Perspektif Syariah (Sebuah Analisis Terhadap PT. Ahad Net Internasional), 2003. 3. Karnasih, dari Program Studi Perbankan Syariah yang membahas mengenai
(16)
yang berjudul Usaha Multi Level Marketing ditinjau dari Sudut Pandang Ekonomi Islam (Studi Kasus pada CNI PO-B266 Pondok Gede Bekasi), 2003. 4. Lindyanti, dari Program Studi Perbankan Syariah yang juga membahas
tentang Multi-Level-Marketing dalam perspektif ekonomi Islam, dalam skripsi
yang berjudul MLM Oriflame (Suatu Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Jual Beli dan Upah Mengupah), tahun 2006.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan bagaimana konsep dan mekanisme pelaksanaan strategi pemasaran Member-Get-Member
(MGM) Tabungan Mudharabah yang diterapkan oleh PD BPRS Kota Bekasi, pada saat penelitian berlangsung.
2. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer
Data primer didapat dari pihak BPRS Kota Bekasi, yaitu berupa wawancara, catatan maupun dokumentasi terkait program
Member-Get-Member BPRS Kota Bekasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari buku-buku referensi, serta media informasi lain yang terkait dengan penelitian ini.
(17)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Untuk pengumpulan data primer, digunakan teknik wawancara yang dilakukan terhadap staf Funding Officer serta Dewan Pengawas
Syariah (DPS) BPRS Kota Bekasi. b. Observasi
Observasi dilakukan dengan melihat secara langsung pelaksanaan strategi pemasaran Member-Get-Member pada PD BPRS Kota Bekasi.
c. Studi kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini. Pengumpulan data juga dilakukan pada media informasi lain yang terkait dengan penelitian ini, baik yang berasal dari perusahaan maupun di luar perusahaan.
4. Teknik Analisa Data
Analisis dilakukan setelah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari, dan menelaah data yang didapat mengenai pelaksanaan strategi pemasaran MGM pada BPRS Kota Bekasi secara seksama. Selanjutnya dari proses analisa tersebut, penulis mengambil kesimpulan dari masalah yang bersifat umum kepada
(18)
masalah yang bersifat khusus (deduktif), dengan menggunakan fiqih muamalah sebagai alat analisis.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Untuk teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.”
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman uraian dan gambaran dalam skripsi ini, penulis membaginya menjadi lima bab, dalam tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II PEMASARAN SYARIAH, TABUNGAN MUDHARABAH DAN
MEMBER GET MEMBER (MGM)
Bab ini terdiri dari Pemasaran syariah, yang mencakup pengertian pemasaran, konsep dasar pemasaran syariah serta karakteristik pemasaran syariah. Tabungan mudharabah, yang
(19)
mencakup pengertian tabungan dan pengertian tabungan mudharabah. Member get member, yang mencakup pengertian, sejarah, konsep serta keunggulan dan kelemahan member get member. Pengertian direct selling, serta perbedaan member get member dengan direct selling.
BAB III GAMBARAN UMUM PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI DAN
STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER TABUNGAN MUDHARABAH
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum PD BPR Syariah Kota Bekasi, yang mencakup sejarah singkat, visi dan misi, tujuan, serta produk dan layanan PD BPR Syariah Kota Bekasi. Strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi, yang mencakup pola kerja, bonus, tujuan, manfaat serta pendapat DPS PD BPRS Kota Bekasi terhadap strategi pemasaran MGM.
BAB IV ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER (MGM) TABUNGAN MUDHARABAH PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI DALAM PERSPEKTIF SYARIAH
Bab ini terdiri dari analisa strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi dalam perspektif syariah, yang mencakup pendapat para ulama tentang ji’alah, analisa
(20)
pola kerja, analisa bonus, serta analisa metode promosi pada strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi. Aspek positif dan negatif strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi.
BAB V PENUTUP
Merupakan tahap akhir penulisan skripsi, yang berisi beberapa kesimpulan dan saran.
(21)
BAB II
PEMASARAN SYARIAH, TABUNGAN MUDHARABAH DAN MEMBER GET MEMBER
A. Pemasaran Syariah
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran seringkali disalahartikan sebagai kegiatan penjualan semata. Padahal pemasaran bukanlah suatu cara sederhana sekedar untuk menghasilkan penjualan saja, penjualan hanyalah satu tahap dalam proses pemasaran. Sebenarnya, kegiatan pemasaran telah dilakukan baik sebelum maupun sesudah terjadi penjualan.5
Pemasaran berasal dari kata pasar, yang dalam konteks tradisional diartikan dengan “tempat orang berjual beli”. Akan tetapi, pengertian pasar yang dimaksud di sini bukan dalam pengertian konkrit, melainkan lebih ditujukan pada pengertian abstrak. Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah sebuah proses sosial dan manajerial, dimana individu dan kelompok
5
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing (Yogyakarta: Liberty, 1981), Edisi Kedua, Cet. Ke-3, h.9
(22)
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.6
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pertukaran merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran, di mana seseorang berusaha menawarkan sejumlah nilai kepada orang lain. Dengan adanya pertukaran, berbagai macam kelompok sosial dan kelompok masyarakat lain dapat terpenuhi kebutuhannya.
Sedangkan definisi pemasaran menurut World Marketing Association (WMA), yang diajukan oleh Hermawan Kartajaya adalah sebagai berikut: “Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari satu inisiator kepada
stakeholders-nya.” (“Marketing is a strategic business discipline that directs
the process of creating, offering and changing value from one inisiator to its
stakeholders.”) 7
2. Konsep Dasar Pemasaran Syariah
M. Syakir Sula mendefinisikan pemasaran syariah (syariah marketing)
sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value, dari satu inisiator kepada stake-holders-nya,
6
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran. Penerjemah Alexander Sindoro, (Jakarta: PT Indeks, 2004), Edisi ke-9, Jilid 1, h.7
7
Hermawan Kartajaya, dkk, MarkPlus on Strategy: 12 Tahun Perjalanan MarkPlus&Co Membangun Strategi Perusahaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), Cet. Ke-4, h.11
(23)
yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam. (Syariah marketing is a strategic business discipline
that directs the process of creating, offering and changing value from one
inisiator to its stakeholders, and the whole process should be in accordance
with muamalah principles in Islam.). 8
Beliau mengungkapkan definisi tersebut, dengan merujuk terlebih dahulu pada definisi pemasaran yang disepakati pakar marketing dunia, kemudian
mendasarkan pada kaidah fiqih dalam Islam. Kaidah fiqih dalam Islam yang dimaksud yaitu:
ﺎ اﺮ
وأ
مﺮ
ﺎ ﺮ
إ
ﻬ وﺮ
ﻰ
نﻮ
ا
9 Artinya:
Kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis (syarat)
yang mereka buat, kecuali kesepakatan (syarat) yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram.
Juga kaidah fiqih yang paling dasar dalam konsep muamalah, yaitu:
ﺎﻬ ﺮ
ﻰ
د
لﺪ
نأ
إ
ﺔ ﺎ ا
ﺔ ﺎ ا
ﻰ
ﻷا
10 Artinya:
8
Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: Mizan, 2006), Cet. Ke-3, h.27
9
Ibid. 10
(24)
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan, kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kata kunci dalam konsep pemasaran syariah adalah bahwa dalam seluruh proses pemasaran, baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan
prinsip-prinsip muamalah dalam Islam.11
Dengan demikian, sepanjang hal tersebut dapat dijamin dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah tidak terjadi dalam suatu transaksi / proses bisnis, maka segala bentuk transaksi apapun dalam kegiatan pemasaran dapat dibolehkan.
3. Karakteristik Pemasaran Syariah
Pemasaran syariah memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh pemasaran konvensional. Dalam hal ini menurut M. Syakir Sula, pemasaran syariah mengacu dan bertumpu pada empat prinsip dasar (karakteristik),yaitu sebagai berikut: 12
a. Teistis (Rabbâniyyah)
11
Sofiniyah Gufron, Briefcase Book Edukasi: Profesional Syariah; Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah (Jakarta: Renaisan, 2005), Cet. Pertama, h.16
12
(25)
Salah satu ciri khas pemasaran syariah yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional adalah sifatnya yang religius (dīniyyah). Kondisi ini tercipta dari kesadaran akan nilai-nilai religius yang dipandang penting sehingga senantiasa mewarnai segala aktivitas dalam pemasaran.
13
Seorang pemasar syariah akan selalu mematuhi hukum-hukum syariah, dalam aktivitas pemasaran mulai dari segmenting, targeting dan
positioning. Begitu juga dengan marketing mix-nya, dimana dalam
melakukan kegiatan tersebut senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius dan menempatkan kebesaran Allah di atas segalanya.
Selain itu, pemasaran syariah haruslah memiliki nilai (value) yang
lebih tinggi dan lebih baik. Karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya.14 Untuk itu dalam pemasaran syariah, seseorang harus senantiasa menjauhi hal-hal yang dilarang dalam syariah Islam, terutama hal-hal yang termasuk MAGHRIB (maysir, gharar, ribâ).
b. Etis (Akhlâqiyyah)
Karakterisik selanjutnya dari pemasaran syariah adalah sifatnya yang sangat mengedepankan akhlak (moral dan etika) dalam seluruh aspek
13
Ibid. 14
(26)
kegiatan pemasaran dan menjadi pedoman dalam bisnis.15 Oleh karena itu dalam pemasaran syariah, tidak dibenarkan untuk menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan finansial sebesar mungkin.
Nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama di dunia. Karena itu, sudah sepatutnya akhlak dapat menjadi panduan bagi seorang syariah marketer untuk
selalu memelihara nilai-nilai moral dan etika dalam setiap tutur kata, perilaku, dan keputusan-keputusannya.
c. Realistis (al-Wâqi’iyyah)
Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis,
anti-modernitas, dan kaku. Akan tetapi, syariah marketing adalah konsep
pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islam yang melandasinya.16
Fleksibel berarti tidak kaku dan eksklusif dalam bersikap, berpenampilan, dan bergaul. Namun tetap harus bekerja dengan profesional serta mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas. Fleksibilitas atau kelonggaran (al’afw) sengaja diberikan oleh Allah SWT agar penerapan
syariah senantiasa realistis dan dapat mengikuti perkembangan zaman.
15
Ibid., h.32 16
(27)
d. Humanistis (al-Insâniyyah)
Salah satu keistimewaan dari pemasaran syariah adalah sifatnya yang humanistis universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjagadan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah.17
Syariah Islam adalah syariah yang bersifat humanistis (insâniyyah),
yang diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa membedakan ras, warna kulit, kebangsaan maupun status. Dengan memiliki nilai-nilai humanistis, manusia dapat terkontrol dan seimbang (tawâzun). Bukan menjadi manusia yang serakah, yang menghalalkan
segala cara untuk meraih keuntungan sebesar mungkin, bukan pula menjadi manusia yang bahagia di atas penderitaan orang lain.
B. Tabungan Mudharabah
1. Pengertian Tabungan
Tabungan merupakan salah satu produk penghimpunan dana masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
17
(28)
berlaku, bahwa sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat terdiri dari simpanan giro, deposito, dan tabungan.18
Secara terminologi, tabungan atau saving adalah jumlah uang yang
ditanamkan seorang individu pada bank atau tempat lain.19 Adapun pengertian tabungan menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal I ayat 5 tentang perbankan, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.20
2. Pengertian Tabungan Mudharabah
Berdasarkan fatwa DSN No.2/DSN-MUI/IV/2000, terdapat dua jenis tabungan. Pertama, tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yakni tabungan yang berdasarkan bunga. Kedua, tabungan yang dibenarkan syariah, yakni tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha
18
Hal ini sejalan dengan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 6 Ayat (a), yang menyatakan bahwa usaha Bank Umum meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
19
Save M, Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997) Cet. Ke-2, h. 1091
20
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-5, h.74
(29)
antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal, dan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan bersama yang dituangkan dalam kontrak.21
Secara umum, mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Perbedaan utama di antara kedua
bentuk mudharabah tersebut terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. 22
Dalam tabungan mudharabah, bank syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana) dan deposan sebagai shahibul maal (pemilik dana). Sebagai
mudharib, bank syariah mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah kepada pihak lain. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan keuntungan kepada shahibul maal, sesuai dengan nisbah
yang disepakati bersama dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Adapun ketentuan umum tabungan mudharabah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No: 02/DSN-MUI/IV/2000, adalah sebagai berikut:
21
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. Pertama, h.95
22
(30)
a. Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik
dana), dan bank bertindak sebagai mudharib ( pengelola dana).
b. Dalam kapasitas sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus jelas dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah, dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.
C. Member Get Member (MGM) dan Direct Selling
1. Member Get Member
(31)
Secara etimologi, Member-Get-Member berasal dari bahasa Inggris.
Member berarti anggota,23 sedangkan get berarti mendapat, menangkap,
memberi, atau membujuk.24 Member-Get-Member mengacu pada istilah
yang lazim digunakan dalam strategi pemasaran.
Sebagai suatu konsep strategi pemasaran, Member-Get-Member
dapat diartikan sebagai, “Sebuah teknik perekrutan pelanggan atau organisasi, yaitu dengan cara menawarkan suatu insentif kepada anggota yang telah terdaftar agar mereferensikan anggota baru.” (Organization or
customer recruitment technique that offers an incentive to current
members for referring new members). 25
b. Sejarah Member Get Member
Sebagai suatu sistem pemasaran, tidak terdapat data yang pasti kapan pertama kali Member-Get-Member diterapkan sebagai strategi
pemasaran. Namun salah satu sistem pemasaran kontemporer yang juga menerapkan konsep Member-Get-Member untuk merekrut anggota baru,
23
S. Wojowasito dan Tito Wasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia (Bandung: Hasta, 1980), Cet. Ke-22, h.111
24
Ibid., h.67 25
“Member-Get-a-Member”, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari
(32)
adalah sistem Direct-Selling, yang pertama kali diterapkan oleh The
California Perfume Company, New York, Amerika Serikat, tahun 1886.26 Dalam perkembangannya, konsep Member-Get-Member tidak
hanya digunakan dalam sistem Direct-Selling, namun telah lazim
diterapkan sebagai suatu strategi pemasaran tersendiri oleh berbagai perusahaan jasa, baik perbankan, asuransi, maupun kartu kredit, dengan bermacam konsep dan bentuk yang berbeda satu sama lain.27 Seperti program Member-Get-Member yang diterapkan oleh Bank Permata,28
Standard Chartered,29 maupun Asuransi Jiwa Indolife.30 c. Konsep Member Get Member
Meskipun tidak memiliki suatu konsep dan bentuk yang baku, namun inti dari strategi pemasaran Member-Get-Member adalah suatu
perusahaan mengikutsertakan atau menjadikan pelanggan/nasabah
26
Andrias Harefa, Menapaki Jalan DS-MLM (Yogyakarta: Gradien Books, 2007), Cet. Pertama, h.5
27
Umar Idris dan Rika Theo, “Suruh Pelanggan Jualan Ah!”, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari http://www.kontan-online.com
28
“Program Member Get Member Permata Ceria”, Periode 1 Mei-31 Juli 2006, artikel diakses pada 19 Juni 2007 dari
http://www.permatabank.com/prod_layanan/produk/liabilities/permataceria.asp
29
“Priority Rewards”, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari
http://www.standardchartered.com/id/bahasa/cb/pb/rewards.html
30
“Program Member Get Member Asuransi Jiwa Indolife”, Periode 1 Maret-31 Juli 2005, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari http://www.standardchartered.com/id/bahasa/cb/pb/rewards.html
(33)
sebagai konsumen jaringan, untuk merekrut pelanggan/nasabah baru.31 Untuk itu, perusahaan menawarkan suatu insentif (bisa berupa bonus, diskon, hadiah uang maupun barang dan sebagainya) yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan/nasabah yang berhasil merekrut nasabah baru.
Sebagai sebuah konsep pemasaran kontemporer, istilah
Member-Get-Member memang belum pernah dikenal sebelumnya dalam literatur
fiqih Islam klasik. Namun secara praktik, kegiatan semacam itu (menawarkan insentif atas pelaksanaan suatu jasa tertentu) telah dilaksanakan pada zaman Rasulullah SAW dan dikenal dengan istilah
ji’âlah/ju’âlah.32
d. Keunggulan dan Kelemahan Member Get Member
Sebagai suatu strategi pemasaran, Member-Get-Member memiliki
beberapa keunggulan, yaitu antara lain:
1) Penghematan biaya marketing dan promosi. Dengan turut menjadikan nasabah sebagai marketing lepas, pemasaran dapat
31
“Member Get Member”, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari
http://www.klikhpa.com/content.php?mode=istilah&PHPSESSID=2129b048b93e9c97505e9c65dea4d 67d
32
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-2, h.265. Lihat juga Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), Juz. Ke-2, h.190
(34)
dilakukan secara lebih efisien. Dengan demikian, biaya marketing perusahaan dapat dihemat dan ditekan.
2) Kecepatan distribusi produk. Melalui Member-Get-Member, mata
rantai distribusi dapat dipotong. Sehingga suatu produk baru dapat didistribusikan ataupun disosialisasikan secara cepat dan luas kepada masyarakat.
3) Personal selling yang efektif. Hal itu karena dalam
Member-Get-Member, nasabah akan terlebih dahulu memasarkan kepada keluarga,
kerabat atau teman mereka. Dengan demikian, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk tersebut akan lebih tinggi.
4) Menambah value added suatu produk. Bonus yang ditawarkan dalam
Member-Get-Member merupakan sebuah nilai tambah suatu produk.
Dengan demikian, hal tersebut akan meningkatkan value added bagi
nasabah.
Sementara kelemahan dari strategi pemasaran Member-Get-Member
adalah sebagai berikut:
1) Dapat terjadi distorsi informasi. Kondisi tersebut terjadi jika nasabah yang menjadi marketing lepas belum sepenuhnya paham terhadap
produk yang dipasarkan. Sehingga akan memungkinkan terjadinya distorsi informasi di masyarakat terhadap produk tersebut.
2) Loyalitas yang rendah. Hal ini terjadi jika nasabah hanya tertarik oleh bonus yang ditawarkan dan kurang tertarik oleh produk yang
(35)
dipasarkan. Dengan demikian, dapat berdampak pada rendahnya loyalitas nasabah terhadap produk maupun perusahaan tersebut. 2. Direct Selling
a. Pengertian Direct Selling
Secara etimologi, direct-selling berasal dari bahasa Inggris. Direct
berarti segera atau langsung.33 Sedangkan Selling (sell) berarti menjual.34
Dengan demikian, direct-selling dapat diartikan dengan menjual secara
langsung.
Ada banyak definisi tentang apa yang dimaksud dengan
direct-selling. Namun dalam penelitian ini akan digunakan pengertian baku
(resmi) dari World Federation of Direct Selling Association (WFDSA).35 Dalam World of Conduct for Direct Selling, yang disetujui eksekutif
puncak WFSDA pada tanggal 18 Mei 1994, disebutkan tentang penjualan langsung (direct-selling) dengan penjelasan sebagai berikut:
Direct-selling (penjualan langsung) adalah pemasaran consumer products secara langsung kepada konsumen, umumnya di rumah penjual atau rumah orang lain, di tempat kerja (workplace) atau tempat-tempat lain yang terpisah dari lokasi tetap penjualan eceran/retail (away from permanent retail locations), dan biasanya disertai dengan penjelasan,
33
Wojowasito, Kamus Lengkap, h.43 34
Ibid., h.191 35
WFDSA merupakan suatu organisasi internasional non-pemerintah, yang mewakili industri berbasis direct-selling di dunia dan berkantor di Washington D.C., Amerika Serikat. Lihat situs WFDSA pada http://www.wfdsa.org
(36)
presentasi atau demonstrasi produk oleh seorang penjual langsung (direct seller).36
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa direct-selling adalah
salah satu cara memasarkan produk (consumers products) secara
langsung kepada pelanggan. Kelebihan dari sistem penjualan berbasis
direct-selling terletak pada pemutusan mata rantai distribusi
konvensional, penghematan biaya iklan, mengurangi biaya sales-person,
dapat membangun jaringan pemasaran tanpa batas, dapat membangun
personal franchisee, serta pemberian kesempatan kepada semua orang
untuk berbisnis mandiri.37
Direct-selling merupakan suatu sistem pemasaran yang baru dikenal
di dunia menjelang akhir abad ke-19. Di antara perusahaan yang pertama kali menggunakan sistem direct-selling adalah The California Perfume
Company yang didirikan oleh David McConnell di New York, Amerika Serikat, tahun 1886 (Nama perusahaan tersebut kemudian diubah menjadi Avon tahun 1939). 38
3. Perbedaan Member Get Member dengan Direct Selling
36
Harefa, DS-MLM, h.5 37
Pindi Kisata, Why Not MLM? (Jakarta: Gramedia, 2005), Cet. Ke-3, h.4-7 38
(37)
Meskipun memiliki persamaan sebagai sebuah sistem pemasaran, namun Member-Get-Member memiliki perbedaan yang cukup mendasar
dengan direct-selling. Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan di atas,
maka perbedaan Member-Get-Member dengan direct-selling dapat
disimpulkan antara lain sebagai berikut:
a. Member-Get-Member merupakan sebuah strategi perekrutan
pelanggan/nasabah. Adapun Direct-Selling adalah sebuah strategi
pemasaran (penjualan) barang (consumer product), yang menggunakan
konsep Member-Get-Member dalam merekrut anggota baru.39
b. Bonus/insentif yang diberikan dalam sistem Member-Get-Member
berasal sepenuhnya dari pihak perusahaan/organisasi. Sementara bonus pada sistem Direct-Selling berasal dari keuntungan jual beli barang
(omzet penjualan) yang dilakukan oleh anggota perusahaan (
Direct-Seller), bukan dari pertambahan anggota baru maupun uang pendaftaran.40
c. Perusahaan yang menggunakan sistem Direct-Selling harus terdaftar
pada asosiasi/organisasi Direct-Selling. Di Indonesia, asosiasi
39
“Member Get Member”, artikel diakses pada 18 Juni 2007 dari
http://www.klikhpa.com/content.php?mode=istilah&PHPSESSID=2129b048b93e9c97505e9c65dea4d 67d
40
Kisata, Why Not MLM?, h.27. Lihat perbedaan sistem direct-selling dengan sistem piramida atau money game, pada http://www.apli.or.id/this_page.php?id=6&hal=3&menu=Perbedaan DS-Piramida
(38)
Selling yang diakui oleh WFDSA adalah APLI (Asosiasi Penjual
Langsung Indonesia).41
41
Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) adalah lembaga yang menaungi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri penjualan langsung di Indonesia yang didirikan pada tahun 1984, serta merupakan anggota dari World Federation of Direct Selling (WFDSA). Lihat situs APLI pada http://www.apli.or.id
(39)
BAB III
GAMBARAN UMUM PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI DAN STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER
TABUNGAN MUDHARABAH
A. Gambaran Umum PD BPR Syariah Kota Bekasi 1. Sejarah Singkat PD BPR Syariah Kota Bekasi
Perusahaan Daerah (PD) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah Kota Bekasi merupakan salah satu Perusahaan Daerah milik Pemerintah Daerah Kota Bekasi, yang didirikan pada tanggal 18 September 2006.42
Dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi No.l3 Tahun 2005 dijelaskan bahwa pendirian PD BPR Syariah Kota Bekasi adalah dalam rangka memenuhi visi dan misi Kota Bekasi, termasuk untuk mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat dan pembangunan di segala bidang, dengan cara memperluas akses permodalan dengan sistem pembiayaan kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah.
Sebagai sebuah lembaga keuangan syariah, PD BPR Syariah Kota Bekasi merupakan BPRS pertama yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota
42
Company Profile PD BPR Syariah Kota Bekasi, (Bekasi: PD BPR Syariah Kota Bekasi, 2007).
(40)
Bekasi. Selain itu, PD BPR Syariah Kota Bekasi juga merupakan BPRS pertama yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, di Propinsi Jawa Barat.
2. Dasar Hukum
Landasan berdirinya PD BPR Syariah Kota Bekasi adalah Peraturan Daerah No.13 tanggal 30 Nopember 2005, “Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (PD BPR SYARIAH) Pemerintah Kota Bekasi”, serta Lembaran Daerah Kota Bekasi Tahun 2005 No.15 Seri D.
Selain memiliki dasar hukum yang kuat, PD BPR Syariah Kota Bekasi juga telah memiliki perijinan. Antara lain Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 8/62/KEP/2006 Tentang “Pemberian Izin Usaha PD Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Kota Bekasi”, serta Surat Bank Indonesia Nomor: 8/2119/D/DPbS perihal “Pemberian Izin Usaha PD BPRS Kota Bekasi.
3. Visi, Misi dan Budaya Kerja PD BPR Syariah Kota Bekasi
a. Visi PD BPR Syariah Kota Bekasi adalah “Menggerakkan Pembangunan
Ekonomi Masyarakat Kota Bekasi”.
b. Adapun misi PD BPR Syariah Kota Bekasi adalah: 1)Menjadi institusi mediasi terpercaya.
2)Mengembangkan SDI profesional, jujur, dan amanah. 3)Memperkokoh usaha-usaha masyarakat.
(41)
5)Peduli terhadap lingkungan masyarakat Kota Bekasi.
c. Budaya Kerja PD BPR Syariah Kota Bekasi
Untuk mencapai visi dan melaksanakan misinya, PD BPR Syariah Kota Bekasi berusaha membangun budaya kerja yang menjadi prinsip serta acuan dalam setiap budaya kerja perusahaan. Budaya kerja PD BPR Syariah Kota Bekasi berintikan pada enam faktor. Keenam faktor tersebut dilekatkan pada kalimat “EMPATI”, dan dapat dijabarkan sebagai: Etis, Moralis, Profesional, Amanah, Tanggap, dan Inovatif.
4. Tujuan PD BPR Syariah Kota Bekasi
Berdasarkan pasal 4 Undang No.7 Tahun 1992 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992), maksud pendirian PD BPR Syariah Kota Bekasi adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang perbankan, dengan menerapkan prinsip perbankan berlandaskan syariah. 43
43
(42)
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh PD BPRS Kota Bekasi adalah sebagai berikut:44
a. Terbentuknya suatu kegiatan usaha kecil dan mikro yang kokoh, yang dapat melahirkan stabilitas perekonomian masyarakat Bekasi
b. Terpeliharanya mutu sistem perekonomian syariah yang kini berkembang, terhadap kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang terjadi.
c. Memperoleh laba yang layak guna memberi kepercayaan masyarakat tentang peluang bisni perbankan syariah.
d. Mempertahankan eksistensinya melalui pembinaan dan pengembangan nasabah ke arah yang lebih baik.
5. Produk dan Layanan PD BPR Syariah Kota Bekasi a. Produk Penghimpunan Dana
Untuk menghimpun dana masyarakat, PD BPR Syariah Kota Bekasi meluncurkan produk penghimpunan dana, antara lain sebagai berikut:
1) TAWADU
Yaitu kepanjangan dari Tabungan Wadi’ah Umat. TAWADU adalah tabungan dengan prinsip akad wadi’ah yad adh-dhamanah (akad
titipan), dimana nasabah dapat menyetor dan menarik uang setiap saat. Setiap keuntungan yang diperoleh bank, nasabah akan mendapat sejumlah bonus yang kompetitif.
44
(43)
2) TAKASI MUDAH
Yaitu kepanjangan dari Tabungan Berjangka Kota Bekasi. TAKASI MUDAH adalah tabungan berjangka yang menerapkan akad
mudharabah antara bank dengan nasabah. Adapun nisbah bagi hasil,
disepakati bersama antara bank dengan nasabah. 3) TAJIR
Yaitu kepanjangan dari Tabungan Haji Mabrur. TAJIR merupakan tabungan dengan prinsip bagi hasil yang menggunakan akad
mudharabah. Nasabah dapat menyetor setiap saat sampai dana
tabungan yang dimiliki telah mencukupi Ongkos Naik Haji (ONH) yang ditentukan oleh pemerintah. BPRS Kota Bekasi akan membantu mencukupi ongkos haji nasabah, dengan memberikan bagi hasil sebesar 60% untuk nasabah, dan 40% untuk bank.
4) TAKWA
Yaitu kepanjangan dari Tabungan Khusus Siswa. TAKWA adalah tabungan yang menerapkan akad mudharabah antara Bank dengan
nasabah. Adapun nisbah bagi hasil disepakati bersama antara bank dengan nasabah.
5) DEPO INVES
Merupakan kepanjangan dari Deposito Investasi. Yaitu deposito yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah ataupun mudharabah
(44)
hasil ditentukan sesuai kesepakatan antara BPR Syariah Kota Bekasi dengan nasabah
6) TABAH
Yaitu kepanjangan dari Tabungan Mudharabah. TABAH adalah tabungan yang menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Nasabah
dapat menyetorkan uang setiap saat, tetapi penarikannya dibatasi hanya 3 kali setahun. BPRS Kota Bekasi akan memberikan bagi hasil dari pendapatannya dengan sistem revenue sharing.
b. Produk Penyaluran Dana
Untuk menjalankan fungsi intermediasi serta membiayai kebutuhan masyarakat, PD BPRS Kota Bekasi meluncurkan produk penyaluran dana sebagai berikut:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian pembiayaan, dimana
bank membelikan barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabah sebagai modal kerja atau investasi. Nasabah akan membayar harga pembelian barang/aset tersebut, dengan ditambah mark up profit yang
disepakati dan dibayar secara diangsur. 2) Pembiayaan Istishna’
(45)
Yaitu akad jual beli (pesanan) untuk barang yang belum ada, baik secara paralel ataupun tidak. Akad ini mencakup tiga pihak, yaitu bank di satu pihak, nasabah di pihak lain, dan supplier di pihak ketiga
3) Pembiayaan Mudharabah
Akad kerjasama investasi usaha, dimana Bank bertindak sebagai penyedia modal (shahibul mal) dan nasabah sebagai pengelola usaha
(mudharib). Adapun nisbah bagi hasil disepakati bersama antara bank
dengan nasabah.
4) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara bank dengan
pengusaha, di mana pihak bank maupun pengusaha secara bersama-sama melakukan perjanjian pembagian keuntungan dan kerugian, sesuai dengan modal penyertaan/sesuai kesepakatan.
5) Pembiayaan Ijarah/IMBT (Ijarah Muntahiya Bittamlik)
Pembiayaan ijarah adalah dimana bank menyewakan suatu barang atau
aset yang dibutuhkan nasabah. Harga sewa, jenis barang, dan lama waktu ditentukan semasa akad. Nasabah akan membayar sewa barang tersebut kepada bank secara dicicil atau diangsur. Di akhir masa sewa, barang dapat tetap dimiliki bank atau dimiliki nasabah.
(46)
Selain menjalankan fungsi intermediasi kepada masyarakat, PD BPR Syariah Kota Bekasi juga menyediakan layanan yang cukup bermanfaat bagi para nasabah. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Transfer on-line dan real time antar bank (Jaringan ATM Bersama dan
ALTO)
2) Pembayaran rekening Telkom, Flexi, dan PLN
3) Pembayaran kartu kredit Citibank, HSBC, Visa, dan MasterCard 4) Pembayaran tagihan selular paska bayar.
5) Isi ulang pulsa ponsel. Dengan operator; IM3, Mentari, Simpati, AS, Bebas, Jempol, Fren, Esia
6) Pembayaran lain-lain. Seperti Prudential, ACC, Air Asia, Garuda Indonesia, serta Perusahaan Pembiayaan Astra.
B. Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi
Program Member-Get-Member (MGM) adalah sebuah strategi pemasaran
yang diterapkan oleh PD BPRS Kota Bekasi dalam memasarkan produk Tabungan Mudharabah. Strategi pemasaran tersebut diluncurkan secara resmi pada bulan Maret 2007.45
Secara umum, strategi pemasaran Member-Get-Member Tabungan
Mudharabah (MGM TABAH) PD BPRS Kota Bekasi adalah sebuah program
45
Wawancara pribadi dengan Abdul Kharis, Funding Officer PD BPRS Kota Bekasi. Bekasi. 04 September 2007
(47)
pemberian hak usaha kepada nasabah, di mana setiap nasabah yang membuka Tabungan Mudharabah dapat menjadi mitra bisnis PD BPRS Kota Bekasi serta mendapat hak usaha berupa bisnis referensi.46
Dengan demikian, konsep inti dari strategi pemasaran tersebut adalah menjadikan nasabah Tabungan Mudharabah sebagai marketing lepas sehingga
nasabah dapat ikut secara aktif memasarkan produk Tabungan Mudharabah. Hal tersebut sejalan dengan sistem direct selling atau getok tular, yang memang
digunakan sebagai acuan dalam strategi pemasaran tersebut.47
Melalui program tersebut, PD BPRS Kota Bekasi berusaha membuka seluas mungkin kesempatan bekerja kepada masyarakat terutama kepada masyarakat kalangan bawah dan akar rumput yang menjadi target pemasaran. Dengan demikian, PD BPRS Kota Bekasi turut berkontribusi dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan (seperti pengangguran dan kesulitan mencari pekerjaan) yang ada di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan visi yang dimiliki PD BPRS Kota Bekasi, yaitu “Menggerakkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kota Bekasi”.
3. Pola Kerja Strategi Pemasaran MGM TABAH BPRS Kota Bekasi
a. Pendaftaran
46
Ibid. 47
Ibid. Berdasarkan penjelasan Bapak Abdul Kharis, Funding Officer BPRS Kota Bekasi, metode “getok tular” menyerupai efek domino. Artinya, BPRS Kota Bekasi meng-“getok” seseorang untuk menjadi nasabah, nantinya orang tersebut akan “menularkan”/”menggetuk” kepada orang lain untuk menjadi nasabah. Begitu seterusnya sehingga terjadi efek domino di masyarakat.
(48)
Untuk dapat mengikuti program MGM, seseorang diharuskan membuka Tabungan Mudharabah yang dikhususkan untuk program MGM (Tabungan Mudharabah tersebut dinamakan TABAH MGM). Yaitu Tabungan Mudharabah dengan setoran awal minimal sebesar Rp.100.000,- serta biaya administrasi sebesar Rp.20.000,- 48
Selain mengisi formulir permohonan pembukaan rekening tabungan mudharabah, nasabah juga diharuskan mengisi formulir pernyataan mengenai kesediaan mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh BPRS Kota Bekasi dalam program MGM. Setelah formulir tersebut diberi cap oleh BPRS Kota Bekasi, nasabah tersebut telah secara sah terdaftar menjadi mitra bisnis BPRS Kota Bekasi dan mendapat nomor referensi (nomor keanggotaan) MGM.49 Nasabah yang mengikuti program MGM tersebut dinamakan sebagai Agen MGM PD BPRS Kota Bekasi.
Setiap agen MGM mendapatkan hak usaha berupa bisnis referensi, yaitu mereferensikan nasabah Tabungan Mudharabah (TABAH) dan berhak mendapat bonus dari BPRS Kota Bekasi atas usahanya tersebut. Dalam hal ini, keanggotaan agen MGM adalah berlaku selamanya (selama
48
Biaya administrasi tersebut digunakan untuk buku Tabungan Mudharabah, formulir MGM, kartu anggota MGM, serta beban administrasi. Biaya tersebut hanya dibayar sekali pada awal pembukaan Tabungan Mudharabah. Setelah itu, nasabah tidak lagi dikenakan biaya pendaftaran maupun biaya administrasi, baik bulanan maupun tahunan.
49
Nomor referensi digunakan sebagai acuan dalam bisnis referensi. Jika seseorang membuka Tabungan Mudharabah berdasarkan nomor referensi tersebut, maka pemilik nomor referensi dianggap telah mereferensikan nasabah secara langsung.
(49)
menjadi nasabah) dan dapat diwariskan kepada ahli waris yang telah ditetapkan nasabah.
b. Pola Kerja Agen MGM
Nasabah yang telah menjadi agen MGM tidak dibebani ataupun diberi target untuk mencari nasabah baru Tabungan Mudharabah. Sehinggga dalam hal ini, PD BPRS Kota Bekasi hanya memberikan hak usaha berupa bisnis referensi kepada nasabah. Dengan demikian, nasabah bebas menentukan pilihan apakah ia akan mereferensikan nasabah baru ataupun tidak, tanpa terkurangi haknya sedikitpun. Namun demikian, nasabah tetap mendapat bonus jika berhasil mereferensikan nasabah baru.
Mengenai pola kerja agen MGM, menurut staf Funding Officer BPRS Kota Bekasi, Abdul Kharis, agen MGM sebenarnya hanya perlu menginformasikan mengenai program MGM dan Tabungan Mudharabah kepada masyarakat. Sementara untuk penjelasan secara komprehensif, adalah pihak BPRS Kota Bekasi yang bertugas menerangkannya.
Dengan demikian, dalam mereferensikan nasabah baru Tabungan Mudharabah ada dua cara yang dapat digunakan agen MGM.50 Pertama, agen MGM cukup menginformasikan atau mereferensikan orang lain untuk membuka Tabungan Mudharabah. Untuk penjelasan secara rinci, nasabah dapat mengikuti presentasi MGM di gedung BPRS Kota Bekasi.
50
(50)
Kedua, jika yang direferensikan berjumlah banyak (seperti sekolah, pesantren, jamaah pengajian dan lain-lain), agen MGM cukup menghubungi atau memberitahu pihak BPRS Kota Bekasi. Setelah itu, staf BPRS Kota Bekasi akan datang ke tempat tersebut untuk mempresentasikan dan menjelaskan program MGM kepada masyarakat yang berminat.
Sesuai ketentuan yang telah disepakati dalam program MGM BPRS Kota Bekasi dalam mereferensikan nasabah, agen MGM diharuskan menggunakan cara-cara yang sesuai syariah. Selain itu, agen MGM juga tidak dibenarkan untuk membuat keterangan atau gambar apapun, selain dari keterangan ataupun brosur resmi yang dikeluarkan BPRS Kota Bekasi. c. Presentasi MGM
Sesuai dengan sistem direct-selling yang digunakan sebagai acuan,
program MGM BPRS Kota Bekasi juga melakukan presentasi kepada nasabah. Penjelasan mengenai program MGM dilakukan oleh staf BPRS Kota Bekasi melalui presentasi MGM. Dalam presentasi tersebut dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan program MGM termasuk prosedur, pola kerja, bonus, serta hak dan kewajiban nasabah dalam program MGM.
Dalam presentasi tersebut juga dijelaskan tentang bank syariah beserta produk-produknya, kondisi perekonomian umat Islam, potensi ZIS umat Islam yang sangat besar, serta motivasi untuk bekerja dan berusaha. Untuk pelaksanaan reguler, presentasi tersebut diadakan setiap hari Senin, pukul
(51)
16.00 bertempat di gedung BPRS Kota Bekasi. Sedangkan jika peminatnya banyak, staf BPRS Kota Bekasi akan mendatangi lokasi nasabah untuk melakukan presentasi, setelah terlebih dahulu dihubungi oleh agen MGM.51
4. Bonus Pada Strategi Pemasaran MGM TABAH BPRS Kota Bekasi
Dalam program MGM BPRS Kota Bekasi, bonus yang diberikan kepada agen MGM dinamakan mukâfa`ah (pemberian karena ada prestasi yang
diraih) dan berupa uang. 52 Dalam hal ini, terdapat dua macam mukâfa`ah.
Pertama, Mukâfa`ah jasa (terdiri dari bonus recruitment dan bonus
jaringan). Yaitu pemberian imbalan berkaitan dengan jasa yang timbul dari hasil referensi nasabah kepada seseorang, untuk menabung di BPR Syariah Kota Bekasi. Kedua, Mukâfa`ah dana (bonus uang belanja bulanan). Yaitu
pemberian imbalan berkaitan dengan total saldo tabungan, yang berhasil dihimpun dari referensi nasabah tersebut.
a. Mukafaah Jasa
1) Bonus Recruitment
Bonus recruitment adalah bonus yang didapat jika agen MGM
berhasil mereferensikan nasabah baru Tabungan Mudharabah secara langsung. Adapun sumber dana dan cara mendapatkan bonus
recruitment adalah sebagai berikut:
51
Wawancara pribadi dengan Abdul Kharis, Funding Officer PD BPRS Kota Bekasi. Bekasi. 04 September 2007. Dalam hal ini, presentasi MGM BPRS Kota Bekasi bersifat terbuka dan tidak dipungut biaya. Dalam arti tidak hanya nasabah Tabungan Mudharabah yang dapat mengikutinya, namun semua lapisan masyarakat dapat mengikuti presentasi tersebut, tanpa dipungut biaya apapun
52
(52)
(a) Sumber Dana
Sumber dana pembayaran bonus recruitment berasal dari biaya
administrasi, yang dibayar nasabah pada awal pendaftaran program MGM, dan tidak berasal dari nisbah bagi hasil nasabah Tabungan
Mudharabah
(b) Cara Mendapatkan Bonus Recruitment
Untuk bonus recruitment, setiap agen MGM yang
mereferensikan langsung seseorang untuk membuka Tabungan Mudharabah akan mendapat mukâfa`ah Jasa sebesar Rp.2.500,- per
nasabah yang direferensikan. Dengan demikian, jika ia dapat mereferensikan sepuluh orang, maka akan didapat mukâfa`ah jasa
sebesar Rp. 25.000,- (10 x Rp. 2.500,-).
Setiap nasabah baru Tabungan Mudharabah yang direferensikan secara langsung oleh agen MGM, dikategorikan sebagai level 1 (satu). Dalam bonus recruitment, agen MGM tidak dibatasi dalam
mereferensikan nasabah baru, sehingga ia dapat mereferensikan sebanyak mungkin nasabah baru Tabungan Mudharabah secara langsung. 2) Bonus Jaringan
Bonus jaringan adalah bonus yang didapat jika nasabah yang direferensikan (jaringan yang terbentuk oleh agen MGM) berhasil mereferensikan nasabah baru. Adapun sumber dana dan cara mendapatkan bonus jaringan adalah sebagai berikut:
(53)
(a) Sumber Dana
Sumber dana pembayaran bonus jaringan sama seperti sumber dana bonus recruitment, yaitu berasal dari biaya administrasi yang
dibayar nasabah pada awal pendaftaran program MGM.
(b) Cara Mendapatkan Bonus Jaringan
Bonus jaringan diberikan berdasarkan level suatu jaringan yang dibangun oleh nasabah dalam program MGM BPRS Kota Bekasi. Sebagai contoh A (nasabah Tabungan Mudharabah) mereferensikan B secara langsung. Maka B dikategorikan level 1A. Jika B berhasil mereferensikan C, maka C disebut level 2A. Begitu seterusnya hingga tercapai lima level (level jaringan nasabah dibatasi hanya sampai lima level).53
Adapun jumlah pemberian bonus jaringan kepada agen MGM untuk tiap level adalah sebagai berikut: Level 1 mukâfa`ah jasanya
sebesar Rp.2.500,-. Level 2 sebesar Rp.2.000,-. Level 3 sebesar Rp.1.500,-. Level 4 sebesar Rp. 1.000,- serta Level 5 sebesar Rp.500,- per nasabah.
53
Sebagai contoh, level jaringan agen MGM A hanya sampai F (A mereferensikan B. B mereferensikan C. C mereferensikan D. D mereferensikan E. E mereferensikan F). Jaringan yang terbentuk setelah F, sudah tidak lagi menjadi milik agen MGM A
(54)
Dalam menjelaskan jumlah penghitungan bonus yang bisa didapat dalam program MGM kepada nasabah, PD BPRS Kota Bekasi mempresentasikannya dalam bentuk tabel, dengan menggunakan asumsi bahwa setiap nasabah dalam program MGM mereferensikan sepuluh orang. Dengan demikian, jumlah perhitungan bonus jaringan berdasarkan asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Perhitungan Bonus Jaringan
Level 1 mereferensikan @10 nasabah Rp. 2000 x 100 orang = Rp. 200.000,-
Level 2 mereferensikan @10 nasabah Rp. 1.500 x 1.000 orang = Rp 1.500.000,- Level 3 mereferensikan @10 nasabah Rp. 1.000 x 10.000 orang = Rp. 10.000.000,- Level 4 mereferensikan @10 nasabah Rp. 500 x 100.000 orang = Rp. 50.000.000,-
Jumlah Total Bonus Jaringan Rp. 61.700.000,-
Sumber: Presentasi Program MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi
b. Mukafaah Dana (bonus uang belanja bulanan)
Mukâfa`ah dana adalah bonus yang diberikan kepada agen MGM
berdasarkan jumlah pengendapan saldo tabungan yang berada dalam jaringannya yang disebut sebagai bonus uang belanja bulanan. Adapun sumber dan cara mendapatkan mukâfa`ah dana adalah sebagai berikut:
(55)
Untuk pembayaran mukâfa`ah dana, sumber dana tidak berasal
dari nisbah bagi hasil nasabah Tabungan Mudharabah dan tidak
mengurangi hak nasabah sebagai deposan. Melainkan bersumber dari biaya operasional tenaga kerja atau marketing BPRS Kota Bekasi.
Besar mukâfa`ah dana ditentukan dari Total Saldo Tabungan Mudharabah (TABAH) yang mengendap yang berada dalam jaringan nasabah, sebesar 0,08% per bulan atau 1% p.a.
2) Cara Mendapatkan Mukafaah Dana
Dalam mempresentasikan perhitungan bonus, BPRS Kota Bekasi menggunakan asumsi dalam perhitungan bonus dana. Jika diasumsikan masing-masing nasabah memiliki baki debet sebesar Rp.500.000,- maka mukâfa`ah dana yang diterima nasabah setiap bulan adalah
sebesar Rp.4.886.665,- Rincian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Perhitungan Mukâfa`ah Dana (Bonus Uang Belanja Bulanan)
Total Saldo TABAH level 1 Rp. 5.000.000,- x 0,30% : 12 = Rp. 1.250,-
Total Saldo TABAH level 2 Rp. 50.000.000,- x 0,25% : 12 = Rp. 10.416,- Total Saldo TABAH level 3 Rp. 500.000.000,- x 0,20% : 12 = Rp. 83.333,- Total Saldo TABAH level 4 Rp. 5.000.000.000,- x 0,15% : 12 = Rp. 625.000,- Total Saldo TABAH level 5 Rp. 50.000.000.000,- x 0,10% : 12 = Rp. 4.166.666,-
Jumlah Total Bonus Dana Rp. 4.886.665,-
(56)
c. Sistem Pemberian Bonus Pada Program MGM BPRS Kota Bekasi
Bonus atau mukâfa`ah yang telah didapat nasabah dalam program
MGM diberikan dalam bentuk uang. Dalam hal ini, bonus tersebut akan dikirim melalui pihak BPRS Kota Bekasi ke dalam rekening nasabah yang bersangkutan. Sesuai kesepakatan di awal, biaya yang timbul dari pengiriman tersebut menjadi tanggungan nasabah.
Dalam pemberian bonus, BPRS Kota Bekasi tidak menerapkan sistem tutup poin atau flushing54 serta tidak menggunakan sistem undian. Dengan
demikian, bonus atau mukâfa`ah yang telah menjadi hak agen MGM akan
diterima secara utuh dan tidak akan hangus atau hilang.
5. Tujuan Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah
Tujuan utama strategi pemasaran MGM adalah untuk memotivasi masyarakat menabung Tabungan Mudharabah. Selain itu, Program MGM juga bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan seluas mungkin sehingga masyarakat dapat menjadi mitra usaha BPRS Kota Bekasi hanya dengan menjadi nasabah Tabungan Mudharabah.55
54
Sistem tutup poin atau flushing, adalah metode perhitungan bonus yang terdapat dalam sistem MGM/MLM konvensional. Dengan sistem tersebut, bonus yang telah menjadi hak nasabah dapat hangus jika nasabah tidak berhasil memenuhi target referensi/penjualan yang telah ditetapkan, ataupun berdasarkan waktu yang ditentukan perusahaan.
(57)
Hal tersebut dilatar belakangi oleh masalah ketenagakerjaan, terutama masalah pengangguran dan kesulitan mencari pekerjaan, yang ada di masyarakat. Dengan membuka seluas mungkin lapangan kerja, BPRS Kota Bekasi turut berkonribusi dalam membuka lapangan pekerjaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf perekonomian masyarakat. Hal ini tentu sejalan dengan visi BPRS Kota Bekasi, yaitu “Menggerakkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kota Bekasi”. Melalui Program MGM, BPRS Kota Bekasi juga bertujuan untuk menggali Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di masyarakat. Dalam hal ini, nasabah Tabungan Mudharabah (agen MGM) yang berprestasi dalam program MGM dapat diangkat menjadi karyawan tetap BPRS Kota Bekasi.56
Melalui program MGM, BPRS Kota Bekasi berusaha menciptakan jaringan antar nasabah. Dengan jaringan tersebut, BPRS Kota Bekasi berusaha membangun Jejaring Ekonomi Syariah (JES) yang bertujuan untuk menciptakan akses pasar bagi para nasabah/customer di berbagai sektor usaha,
dengan BPRS Kota Bekasi sebagai fasilitator.57 Melalui JES, BPRS Kota
55
Wawancara pribadi dengan Abdul Kharis, Funding Officer PD BPRS Kota Bekasi. Bekasi. 04 September 2007
56
Dalam rencana jangka panjang, BPRS Kota Bekasi akan membuka kantor cabang dan kantor kas pada setiap Kecamatan dan Kelurahan di Kota Bekasi. Untuk itu, nasabah yang berprestasi dalam program MGM dapat diangkat menjadi karyawan BPRS Kota Bekasi, dengan syarat usianya di bawah 35 tahun, sesuai ketentuan dari Pemda Kota Bekasi. Jika usianya lebih dari 35 tahun, nasabah dapat memberikannya kepada ahli waris.
57
Wawancara pribadi dengan Abdul Kharis, Funding Officer PD BPRS Kota Bekasi. Bekasi. 04 September 2007
(58)
Bekasi berusaha mempertemukan antar para pengusaha (termasuk nasabah Tabungan Mudharabah) dengan pengusaha lainnya, sehingga diharapkan dapat terjalin kerjasama usaha antar pengusaha di berbagai sektor perekonomian.
6. Manfaat Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi
a. Manfaat Bagi PD BPRS Kota Bekasi
Manfaat yang diperoleh PD BPRS Kota Bekasi dari strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah, antara lain sebagai berikut:
1)Dapat memotivasi dan mengajak masyarakat menabung Tabungan Mudharabah dengan cepat.
2)Menghemat biaya marketing dan promosi (menciptakan efisiensi). 3)Dapat menggali Sumber Daya Manusia (SDM) potensial di
masyarakat.
b. Manfaat Secara Umum
Adapun dampak sosial dari program MGM BPRS Kota Bekasi bagi masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1)Membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya di masyarakat.
2)Memberikan penghasilan tambahan kepada nasabah, selain dari nisbah bagi hasil Tabungan Mudharabah.
(59)
4)Sosialisasi bank syariah, terutama kepada masyarakat kalangan bawah dan akar rumput.
7. Pendapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) BPRS Kota Bekasi
Strategi Pemasaran MGM TABAH yang diterapkan oleh BPRS Kota Bekasi telah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) BPRS Kota Bekasi, pada hari Kamis, 16 November 2006. Dalam hal ini, DPS mengeluarkan pendapat syar’i tentang Strategi Marketing Penghimpunan Tabungan Mudharabah BPRS Kota Bekasi.
Dalam pendapat syari’i tersebut, DPS berpendapat bahwa Tabungan Mudharabah (TABAH) pada BPRS Kota Bekasi adalah produk tabungan yang sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 012/DSN/-MUI/IV/2000 tentang tabungan, sehingga dapat dipasarkan karena memiliki landasan dasar yang kuat. 58
DPS BPRS Kota Bekasi juga berpendapat bahwa strategi marketing penghimpunan Tabungan Mudharabah (TABAH) yang dilakukan oleh BPRS Kota Bekasi, adalah upaya untuk mengajak dan memotivasi masyarakat untuk giat menabung dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an, surat al-Hasyr (59), ayat 18.
58
Pendapat Syar’i Dewan Pengawas Syariah PD BPRS Kota Bekasi tentang “Strategi Marketing Penghimpunan Tabungan Mudharabah PD BPRS Kota Bekasi”. 16 November 2006.
(60)
Sehingga dalam hal ini, DPS BPRS Kota Bekasi berpendapat bahwa strategi pemasaran Tabungan Mudharabah yang dilakukan oleh BPRS Kota Bekasi adalah tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan dapat dipasarkan. Yang menjadi pertimbangan hal tersebut adalah karena cara mendapatkan mukafa’ah jasa dan dana, serta sumber dana pembayaran beban mukafaah dalam strategi tersebut keduanya jelas dan sama sekali tidak mengurangi hak-hak nasabah sebagai deposan.59
59
(61)
BAB IV
ANALISA STRATEGI PEMASARAN MEMBER GET MEMBER TABUNGAN MUDHARABAH PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI
DALAM PERSPEKTIF SYARIAH
A. Analisa Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah PD BPR Syariah Kota Bekasi
Di antara ciri lembaga atau perusahaan yang baik, adalah yang berorientasi pada empat hal, yaitu: inovasi, efisiensi, servis dan responsibilitas. Namun dalam lembaga atau perusahaan syariah, selain berorientasi pada keempat hal tersebut perusahaan syariah juga tetap harus bertumpu pada empat prinsip dasar syariah
marketing, yaitu: rabbâniyyah, akhlâqiyyah, wâqi’iyyah dan insâniyyah.60
Dengan demikian, nilai-nilai syariah dalam sebuah perusahaan syariah akan menjadi kâffah (menyeluruh).
Sebagai bank syariah pertama milik Pemerintah Daerah Kota Bekasi, PD BPRS Kota Bekasi berupaya melakukan inovasi serta efisiensi dalam memasarkan produk tabungan syariah kepada masyarakat, namun dengan tetap berorientasi pada visi menggerakkan perekonomian masyarakat Kota Bekasi. Untuk itulah PD BPRS Kota Bekasi menerapkan strategi pemasaran
Member-Get-Member untuk produk Tabungan Mudharabah.
60
Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: Mizan, 2006), Cet. Ke-3, h.28
(62)
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa
Member-Get-Member merupakan sebuah strategi pemasaran dengan menjadikan nasabah
sebagai marketing lepas. Namun dalam konteks ini, program MGM yang diterapkan oleh BPRS Kota Bekasi merupakan gabungan antara konsep perekrutan dalam Member-Get-Member (menjadikan nasabah sebagai marketing
lepas dengan menawarkan bonus) dengan konsep jaringan dalam Direct-Selling
(adanya downline dan bonus jaringan).61
Dengan demikian selain mengakomodasi aspek pemasaran produk syariah, strategi tersebut juga didasarkan pada visi dan misi PD BPRS Kota Bekasi untuk menggerakkan perekonomian masyarakat Kota Bekasi, yaitu dalam membuka lapangan kerja seluas mungkin. Hal itu jelas terlihat dari segmentasi yang menjadi target pemasaran produk Tabungan Mudharabah, yaitu masyarakat kalangan bawah dan akar rumput, yang merupakan masyarakat golongan ekonomi lemah.
Secara umum, program MGM Tabungan Mudharabah adalah sebuah program pemberian hak usaha kepada nasabah. Dengan mengikuti program MGM, nasabah Tabungan Mudharabah mendapatkan hak usaha (marketing
lepas/menjadi agen MGM) untuk mereferensikan nasabah Tabungan
Mudharabah. Untuk itu, BPRS Kota Bekasi menjanjikan pemberian bonus
61
Selain mendapat bonus recruitment karena mereferensikan nasabah secara langsung (recruitment horizontal), agen MGM juga mendapat bonus jaringan dari hasil usaha referensi downline
(nasabah yang direferensikan) yang dibatasi hingga lima level (recruitment vertikal terbatas). Lihat penjelasan mengenai sistem recruitment dalam direct-selling, pada Andrias Harefa, Menapaki Jalan DS-MLM (Yogyakarta: Gradien Books, 2007), h.26
(63)
(mukâfa`ah jasa dan dana) kepada nasabah yang berhasil mereferensikan nasabah
baru Tabungan Mudharabah.
Dalam perspektif fiqih muamalah, program MGM yang dilaksanakan oleh BPRS Kota Bekasi tersebut adalah termasuk ke dalam ji’âlah/ju’âlah. Untuk itu
dalam sub bab ini akan dianalisa strategi pemasaran MGM Tabungan Mudharabah dengan menggunakan prinsip ji’âlah/ju’âlah sebagai alat analisa.
1.Pendapat Para Ulama Mengenai Ji’alah
Secara etimologi, ji’âlah berasal dari bahasa Arab, yang berarti upah,
hadiah, persen atau komisi.62 Ji’âlah juga dapat berarti upah atas suatu
prestasi, baik prestasi itu tercapai karena sesuatu tugas tertentu yang diberikan kepadanya, atau prestasi karena ketangkasan yang ditunjukannya dalam suatu perlombaan.63
Adapun secara terminologi fiqih, ji’âlah berarti suatu iltizâm (tanggung
jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa, yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.64
62
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t.th), Cet. Ke-8, h.6777
63
Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3, h.45 64
“Ji’alah.” Dalam Abdul Aziz Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Vol.III. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997: h.817-820. Menurut Ibnu Rusyd, ji’alah adalah ijarah (pemberian
(64)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ji’âlah menurut
rumusan-rumusan yang dikemukakan dalam kitab-kitab fiqih klasik lebih tertuju kepada bentuk usaha melakukan suatu aktivitas atas tawaran dari seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini, orang yang melaksanakannya akan diberi imbalan bila ia berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Adapun mengenai kebolehan ji’âlah, terdapat perbedaan pendapat di
antara para ulama. Dalam hal ini, Madzhab Hanafi berpendapat bahwa
ji’âlah tidak dibolehkan. Alasannya karena dalam ji’âlah terdapat unsur
gharar (yaitu spekulasi atau untung-untungan) yang dilarang dalam Islam.
Hal itu disebabkan di dalam ji’âlah terdapat ketidaktegasan dari segi batas
waktu penyelesaian pekerjaan atau cara dan bentuk pekerjaannya.65
Sementara madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali berpendapat bahwa
ji’âlah boleh dilakukan karena hal tersebut merupakan salah satu cara untuk
memenuhi keperluan manusia, sebagaimana halnya dengan ijârah dan
upah/menyewa) atas suatu manfaat yang tidak diketahui secara pasti hasilnya. Lihat Ibnu Rusyd,
Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid (Beirut: Dar al-Fikr, 1995) Juz. Ke-2, h.190 65
Ibid. Senada dengan Imam Hanafi, Ibnu Hazm, dalam kitabnya al-Mahalli, juga tidak memperbolehkan pelaksanaan ji’alah. Lihat Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Kairo: Dar al-Fikr, 1996), Cet. Ke-20, Juz. Ke-3, h.252
(65)
mudârabah.66 Adapun yang menjadi landasan hukum bagi para ulama yang
membolehkan ji’âlah, adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah dalam al-Qur’an surat Yusuf (12) ayat 72:
...
ز
ﺎ أو
ﺮ
ءﺂ
و
ﻚ ا
عاﻮ
ﺪ
اﻮ ﺎ
)
ﻮ
/
72:12
(
Artinya:
“...Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.
Ayat di atas menjelaskan praktek ji’âlah, yakni janji pemberian
upah (bahan makanan seberat beban unta) bagi siapa saja yang dapat mengembalikan piala raja. Sementara perkataan “Dan aku menjamin terhadapnya.” Adalah termasuk dhimân dan kafâlah.67
b. Dalam hadis yang dibawakan oleh Abu Sa’id al-Khudriy, diceritakan bahwasanya para sahabat pernah menerima hadiah atau upah berupa seekor kambing dengan cara ji’âlah, karena salah seorang di antara
66
Ibid. Menurut Sayyid Sabiq, ji’âlah diperbolehkan lantaran amat diperlukan pada kondisi-kondisi tertentu. Lihat Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Kairo: Dar al-Fikr, 1996), Cet. Ke-20, Juz. Ke-3, h.252
67
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah. Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Juz. Ke-2, Cet. Pertama, h.871
(1)
Jawaban:
1. Program MGM adalah sebuah program dimana setiap nasabah yang membuka Tabungan Mudharabah akan menjadi mitra bisnis BPRS Kota Bekasi dan mendapat kesempatan memperoleh bonus dari bisnis referensi. Metode pemasaran yang digunakan adalah metode Direct Selling atau Member Get Member (MGM). Metode tersebut adalah sebuah metode Getuk Tular. Artinya, kita “getuk”seseorang untuk menjadi nasabah, nantinya orang tersebut akan “menularkan” kepada orang lain, dan begitu seterusnya. 2. Program MGM dilatarbelakangi oleh keefektifan promosi melalui mulut ke
mulut. Dengan menjadikan nasabah sebagai marketing lepas, maka akan terjadi promosi dari mulut ke mulut, sehingga pemasaran Tabungan Mudharabah dapat berjalan efektif. Selain itu program MGM juga dilatarbelakangi oleh masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran dan kesulitan mencari pekerjaan, sehingga melalui program MGM, BPRS Kota Bekasi berusaha menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya dengan cara memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi mitra bisnis BPRS Kota Bekasi. dengan demikian, BPRS Kota Bekasi turut berkontribusi dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan.
3. Yang menjadi target pemasaran dari program MGM adalah masyarakat kalangan bawah dan akar rumput. Hal tersebut bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada segmen tersebut, serta memberikan penghasilan tambahan bagi nasabah Tabungan Mudharabah, sehingga dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
4. Program MGM adalah bisnis referensi, dimana nasabah yang mengikuti program MGM merupakan mitra bisnis BPRS Kota Bekasi dan dinamakan sebagai agen MGM. Untuk dapat mengikuti program MGM, seseorang harus membuka tabungan mudharabah (TABAH), dengan setoran awal minimal
(2)
Rp.100.000,- ditambah biaya administrasi Rp.20.000,-. Setelah itu, tinggal memberitahu siapa saja (mereferensikan) untuk membuka TABAH, maka ia akan mendapatkan bonus recruitment (jasa), dan bonus berdasarkan total saldo yang mengendap (dana). Dalam mengajak orang lain untuk membuka TABAH, ada dua cara. Pertama, ia dapat memberitahu orang lain agar datang mengikuti presentasi MGM, yang diadakan setiap hari senin jam 16.00, di BPRS Kota Bekasi. Kedua, jika orang yang diajak berjumlah banyak, ia cukup menghubungi BPRS Kota Bekasi, kemudian salah satu staf kami akan datang ke tempat tersebut, dan mempresentasikan program ini. Presentasi ini tidak dipungut biaya, dan siapa saja dapat ikut. Dalam jangka panjang, BPRS Kota Bekasi akan mendirikan kantor cabang di tiap Kecamatan dan kantor kas di tiap Kelurahan. Oleh karena itu dalam program ini, jika seseorang dapat berprestasi mengajak banyak nasabah, maka ia dapat diangkat (direkomendasikan) sebagai karyawan BPRS Kota Bekasi pada kantor cabang/kas, namun dengan catatan usianya di bawah 35 tahun, karena itu aturan dari Pemda. Disamping mendapat gaji tetap, ia tetap mendapat bonus dari program MGM (jasa dan dana).
5. Mukafaah jasa (bonus recruitment dan jaringan) dan mukafaah dana (bonus uang belanja bulanan). Mukafaah jasa berasal dari biaya administrasi sebesar Rp.20.000 per nasabah (formulir+kartu anggota+buku tabungan+administrasi). Sementara Mukafaah dana berasal dari biaya operasional tenaga kerja BPRS, yang besarnya ditentukan dari total saldo Tabah yang mengendap, sebesar 0,08% per bulan atau 1% p.a.
6. Program MGM ini jelas kehalalannya, karena telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) BPRS Kota Bekasi. Pada MGM BPRS Kota Bekasi, intinya adalah mengajak orang menabung. bonus dalam program ini berupa mukafa’ah uang dan tidak ada target referensi. Selain itu dalam pemberian bonus, tidak ada sistem tutup poin, sehingga poin yang telah dikumpulkan tidak akan hangus. Tidak seperti MLM/MGM lain yang dapat hangus, sehingga dapat membuat seseorang terzalimi. MGM ini juga bukan bersifat undian, tetapi berdasarkan usaha seseorang. Semakin besar usahanya, semakin besar pula mukafa’ah yang didapat. Dengan demikian, MGM ini tidak menawarkan angan-angan, tetapi kerja nyata. Selain itu, program MGM ini belaku selamanya (selama menjadi nasabah), sehingga keanggotaan MGM juga dapat diwariskan
(3)
7. Manfaat program MGM bagi BPRS Kota Bekasi, adalah dapat dengan cepat mengajak nasabah baru tabungan mudharabah. Dengan menjadikan nasabah sebagai marketing lepas, biaya marketing dan promosi BPRS Kota Bekasi juga dapat dihemat dan ditekan, sehingga dapat tercipta efisiensi. Keuntungan lain adalah dapat menggali sumber daya potensial di masyarakat. Sementara dampak sosial dari program MGM secara umum adalah terbukanya lapangan kerja seluas-luasnya, serta memberikan penghasilan tambahan bagi nasabah, sehingga dapat berdampak pada peningkatan taraf perekonomian masyarakat. Selain itu juga dapat mensosialisasikan bank syariah, serta dapat dibangun Jejaring Ekonomi Syariah (JES) melalui jaringan yang terbentuk dari program MGM. Melalui JES, BPRS Kota Bekasi berusaha menciptakan akses pasar bagi para customer di berbagai sektor usaha, dengan BPRS Kota Bekasi sebagai fasilitator. Hal tersebut dilakukan dengan mempertemukan para pengusaha dengan pengusaha lainnya, sehingga diharapkan dapat terjalin kerjasama usaha antar pengusaha di berbagai bidang
8. Respon masyarakat cukup positif. Hal itu bisa dilihat dari jumlah nasabah TABAH yang telah mencapat 252 orang, hanya dalam jangka waktu 5 bulan sejak diluncurkan pada Maret 2007. Sementara jumlah dana yang berhasil dihimpun telah mencapai Rp.70.158.382,-
Pewawancara, Funding Officer
PD BPRS Kota Bekasi,
(4)
(5)
STRUKTUR ORGANISASI DAN SUSUNAN PENGURUS PD BPR SYARIAH KOTA BEKASI
Dewan Komisaris:
Komisaris Utama : Tjandra Utama Efendi Anggota Komisaris : Suwarli
Bambang Heru Suhartono Dewan Pengawas Syariah:
Ketua DPS : KH. Ahmad Kusyaeri Anggota DPS : KH. B. Burhanudin Direksi:
Direktur Utama : Nur Syamsudin Buchori
Direktur : Suhendar
Kabag Marketing : Syahrif Andy
Lending Officer : Affin Diantara
Welly Sanjaya
Dian Lestari
Hassan Sidik
Funding Officer : M. Asmawi
Abdul Kharis
Kabag Operasional : Hesti Sunnah
Legal : Datusila Yandi Information Technology : Rully Iskandar
Customer Service : Nadia Nur Rossiva Teller : Ima Rachmayanti
Umum : Nita Rochmatin
Asep Darmadi
Agung Hariyadi
Selamat Dedi
Bambang Lulus S.
Dewan
P
K
(6)
Bagan Struktur