Pemasaran Syariah PEMASARAN SYARIAH, TABUNGAN MUDHARABAH

BAB II PEMASARAN SYARIAH, TABUNGAN MUDHARABAH

DAN MEMBER GET MEMBER

A. Pemasaran Syariah

1. Pengertian Pemasaran Pemasaran seringkali disalahartikan sebagai kegiatan penjualan semata. Padahal pemasaran bukanlah suatu cara sederhana sekedar untuk menghasilkan penjualan saja, penjualan hanyalah satu tahap dalam proses pemasaran. Sebenarnya, kegiatan pemasaran telah dilakukan baik sebelum maupun sesudah terjadi penjualan. 5 Pemasaran berasal dari kata pasar, yang dalam konteks tradisional diartikan dengan “tempat orang berjual beli”. Akan tetapi, pengertian pasar yang dimaksud di sini bukan dalam pengertian konkrit, melainkan lebih ditujukan pada pengertian abstrak. Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah sebuah proses sosial dan manajerial, dimana individu dan kelompok 5 Basu Swastha, Azas-Azas Marketing Yogyakarta: Liberty, 1981, Edisi Kedua, Cet. Ke-3, h.9 memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. 6 Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pertukaran merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran, di mana seseorang berusaha menawarkan sejumlah nilai kepada orang lain. Dengan adanya pertukaran, berbagai macam kelompok sosial dan kelompok masyarakat lain dapat terpenuhi kebutuhannya. Sedangkan definisi pemasaran menurut World Marketing Association WMA, yang diajukan oleh Hermawan Kartajaya adalah sebagai berikut: “Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya.” “Marketing is a strategic business discipline that directs the process of creating, offering and changing value from one inisiator to its stakeholders.” 7 2. Konsep Dasar Pemasaran Syariah M. Syakir Sula mendefinisikan pemasaran syariah syariah marketing sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value, dari satu inisiator kepada stake-holders-nya, 6 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran. Penerjemah Alexander Sindoro, Jakarta: PT Indeks, 2004, Edisi ke-9, Jilid 1, h.7 7 Hermawan Kartajaya, dkk, MarkPlus on Strategy: 12 Tahun Perjalanan MarkPlusCo Membangun Strategi Perusahaan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, Cet. Ke-4, h.11 yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam. Syariah marketing is a strategic business discipline that directs the process of creating, offering and changing value from one inisiator to its stakeholders, and the whole process should be in accordance with muamalah principles in Islam.. 8 Beliau mengungkapkan definisi tersebut, dengan merujuk terlebih dahulu pada definisi pemasaran yang disepakati pakar marketing dunia, kemudian mendasarkan pada kaidah fiqih dalam Islam. Kaidah fiqih dalam Islam yang dimaksud yaitu: ﺎ اﺮ وأ مﺮ ﺎ ﺮ إ ﻬ وﺮ ﻰ نﻮ ا 9 Artinya: Kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis syarat yang mereka buat, kecuali kesepakatan syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Juga kaidah fiqih yang paling dasar dalam konsep muamalah, yaitu: ﺎﻬ ﺮ ﻰ د لﺪ نأ إ ﺔ ﺎ ا ﺔ ﺎ ا ﻰ ﻷا 10 Artinya: 8 Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing Bandung: Mizan, 2006, Cet. Ke-3, h.27 9 Ibid. 10 Ibid. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah bisnis boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kata kunci dalam konsep pemasaran syariah adalah bahwa dalam seluruh proses pemasaran, baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai value, tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip- prinsip muamalah dalam Islam. 11 Dengan demikian, sepanjang hal tersebut dapat dijamin dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah tidak terjadi dalam suatu transaksi proses bisnis, maka segala bentuk transaksi apapun dalam kegiatan pemasaran dapat dibolehkan. 3. Karakteristik Pemasaran Syariah Pemasaran syariah memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh pemasaran konvensional. Dalam hal ini menurut M. Syakir Sula, pemasaran syariah mengacu dan bertumpu pada empat prinsip dasar karakteristik, yaitu sebagai berikut: 12 a. Teistis Rabbâniyyah 11 Sofiniyah Gufron, Briefcase Book Edukasi: Profesional Syariah; Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah Jakarta: Renaisan, 2005, Cet. Pertama, h.16 12 Kartajaya dan Sula, Syariah Marketing, h. 28 Salah satu ciri khas pemasaran syariah yang tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional adalah sifatnya yang religius d īniyyah. Kondisi ini tercipta dari kesadaran akan nilai-nilai religius yang dipandang penting sehingga senantiasa mewarnai segala aktivitas dalam pemasaran. 13 Seorang pemasar syariah akan selalu mematuhi hukum-hukum syariah, dalam aktivitas pemasaran mulai dari segmenting, targeting dan positioning. Begitu juga dengan marketing mix-nya, dimana dalam melakukan kegiatan tersebut senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai religius dan menempatkan kebesaran Allah di atas segalanya. Selain itu, pemasaran syariah haruslah memiliki nilai value yang lebih tinggi dan lebih baik. Karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya. 14 Untuk itu dalam pemasaran syariah, seseorang harus senantiasa menjauhi hal-hal yang dilarang dalam syariah Islam, terutama hal-hal yang termasuk MAGHRIB maysir, gharar, ribâ. b. Etis Akhlâqiyyah Karakterisik selanjutnya dari pemasaran syariah adalah sifatnya yang sangat mengedepankan akhlak moral dan etika dalam seluruh aspek 13 Ibid. 14 Ibid., h.30 kegiatan pemasaran dan menjadi pedoman dalam bisnis. 15 Oleh karena itu dalam pemasaran syariah, tidak dibenarkan untuk menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan finansial sebesar mungkin. Nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama di dunia. Karena itu, sudah sepatutnya akhlak dapat menjadi panduan bagi seorang syariah marketer untuk selalu memelihara nilai-nilai moral dan etika dalam setiap tutur kata, perilaku, dan keputusan-keputusannya. c. Realistis al-Wâqi’iyyah Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis, anti- modernitas, dan kaku. Akan tetapi, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islam yang melandasinya. 16 Fleksibel berarti tidak kaku dan eksklusif dalam bersikap, berpenampilan, dan bergaul. Namun tetap harus bekerja dengan profesional serta mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas. Fleksibilitas atau kelonggaran al’afw sengaja diberikan oleh Allah SWT agar penerapan syariah senantiasa realistis dan dapat mengikuti perkembangan zaman. 15 Ibid., h.32 16 Ibid., h.35 d. Humanistis al-Insâniyyah Salah satu keistimewaan dari pemasaran syariah adalah sifatnya yang humanistis universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjagadan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. 17 Syariah Islam adalah syariah yang bersifat humanistis insâniyyah, yang diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa membedakan ras, warna kulit, kebangsaan maupun status. Dengan memiliki nilai-nilai humanistis, manusia dapat terkontrol dan seimbang tawâzun. Bukan menjadi manusia yang serakah, yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan sebesar mungkin, bukan pula menjadi manusia yang bahagia di atas penderitaan orang lain.

B. Tabungan Mudharabah