Analisa Mukafaah Jasa Analisa Bonus pada Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah

sebagaimana pendapat madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali, adalah perbuatan hukum yang bersifat sukarela. Dengan demikian, baik pihak pertama, yaitu yang menjanjikan upah atau hadiah, maupun pihak kedua, yaitu yang melaksanakan pekerjaan, dapat melakukan pembatalan. 74

3. Analisa Bonus pada Strategi Pemasaran MGM Tabungan Mudharabah

PD BPRS Kota Bekasi Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa bonus yang diberikan kepada agen MGM yang berhasil mereferensikan nasabah baru Tabungan Mudharabah dalam program MGM BPRS Kota Bekasi, dinamakan mukâfa`ah dan berupa uang. Dalam pasal ini, akan dibahas mengenai dua jenis mukâfa`ah tersebut, yakni mukâfa`ah jasa dan mukâfa`ah dana, dalam perspektif syariah.

a. Analisa Mukafaah Jasa

Secara etimologi, mukâfa`ah berasal dari bahasa Arab, yang berarti bonus atau honorarium. 75 Dalam hal ini, mukâfa`ah jasa yang diberikan 74 Ibid. Dalam hal ini, terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai waktu pembatalan ji’alah. Madzhab Maliki berpendapat bahwa ji’alah hanya dapat dibatalkan oleh pihak pertama sebelum pekerjaan dimulai oleh pihak kedua. Sedangkan madzhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat, bahwa pembatalan itu dapat dilakukan oleh salah satu pihak setiap waktu, selama pekerjaan itu belum selesai dilaksanakan, karena pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela. Namun menurut mereka, apabila pihak pertama membatalkannya sedangkan pihak kedua belum selesai melaksanakannya, maka pihak kedua harus mendapatkan imbalan yang pantas sesuai dengan volume perbuatan yang dilaksanakannya. Walaupun pekerjaan itu dilaksanakan atas dasar suka rela, tetapi kebijaksanaan perlu diperhatikan. 75 Attabik, Kamus Kontemporer, h.1799 dalam program MGM BPRS Kota Bekasi terdiri dari dua macam bonus, yakni bonus recruitment dan bonus jaringan. Bonus recruitment adalah bonus yang diberikan ketika agen MGM berhasil mereferensikan nasabah Tabungan Mudharabah secara langsung. Berdasarkan prinsip syariah, bonus recruitment tidak mengandung unsur gharar. Hal itu dikarenakan baik bentuk, jumlah maupun cara mendapatkan bonus tersebut telah ditetapkan secara jelas dalam program MGM BPRS Kota Bekasi. Dengan demikian, bonus tersebut dapat dijadikan objek bonus dalam program MGM, karena tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta ketentuan yang terdapat dalam ji’âlah. Sementara bonus jaringan dalam program MGM, adalah bonus yang jumlah dan cara mendapatkannya belum jelas dan pasti. Hal itu disebabkan pemberian bonus jaringan digantungkandisandarkan pada hasil referensi usaha nasabah yang direferensikan jaringan yang terbentukdownline oleh agen MGM. Sehingga dalam konteks ini, terjadi ketidakpastian uncertainty pemberian bonus jaringan. Karena meskipun agen MGM berhasil mereferensikan nasabah baru downline sebanyak mungkin, namun belum tentu downline tersebut berhasil mereferensikan nasabah baru. Oleh karena itu, meskipun jumlah bonus jaringan untuk tiap level telah ditetapkan secara jelas, namun tetap telah terjadi ketidakpastian apakah downline agen MGM dapat mereferensikan nasabah atau tidak. Sehingga dalam hal ini, bonus jaringan menjadi tidak pasti. Jika dianalisa lebih lanjut, terjadinya ketidakpastian dalam bonus jaringan, disebabkan adanya dua kemungkinan probability yang dapat terjadi dengan hasil yang berbeda-beda. Yaitu apakah downline agen MGM berhasil mereferensikan nasabah atau tidak. Selain itu, bonus jaringan juga tidak dapat memperlihatkan proses dan keuntungan yang akan diperoleh agen MGM, karena cara mendapatkan bonus jaringan tidak bergantung kepada usaha agen MGM, melainkan disandarkan pada hasil usaha downline jaringan agen MGM yang tidak dapat terukur. Dengan kata lain, bonus jaringan adalah sesuatu yang belum pasti didapat. Dalam istilah fiqih, kondisi tersebut dinamakan gharartaghrir. Gharar adalah situasi di mana terjadi ketidaksempurnaan informasi incomplete information karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi uncertainty to both parties. 76 Dari sudut pandang bisnis, gharar tidak dapat memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan laba yang akan diperoleh. Dalam hal ini, proses dan hasil dari bisnis yang dilakukan tidak bergantung kepada 76 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Edisi Ke-3, Cet. Ke-4, h.32 keahlian, kepiawaian dan kesadaran pelaku, melainkan digantungkan pada sesuatau atau pihak luar yang tidak terukur. 77 Dengan demikian, bonus jaringan tidak dapat dijadikan objek upah dalam ji’âlah karena bersifat tidak pasti mengandung gharar. Oleh karena itu, jika bonus jaringan dijadikan objek upah dalam program MGM BPRS Kota Bekasi, maka hal tersebut adalah bertentangan dengan ketentuan ji’âlah serta prinsip syariah.

b. Analisa Mukafaah Dana