Latar Belakang Masalah Pengaruh Isolasi Wilayah terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Marjandi Dolok, Desa Silou Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pedesaan di Indonesia tergolong masyarakat yang sangat jauh tertinggal, hal ini disebabkan keberedaan wilayah yang jauh dari pusat pembangunan Nasional. Bahkan hampir tidak tersentuh oleh pembangunan Nasional. Beberapa metode dan pendekatan telah dikembangkan untuk memahami masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan masalah pembangunan pedesaan. Sejak tahun 1970an para pakar banyak yang memanfaatkan metode, pendekatan, dan logika berfikir survei verifikatif dalam meriset masalah sosial masyarakat pedesaan Chambers: 9, 1996. Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal di dalam satu daerah yang sama, yang bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada masyarakat desa tradisi itu masih sangat kuat dan kental. Bahkan terkadang tradisi ini juga sangat mempengaruhi perkembangan desa, karena terlalu tinggi menjunjung kepercayaan nenek moyang mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pembaharuan desa. Di sisi lain banyak hal yang mengakibatkan sebuah desa sulit untuk mengalami pembaharuan, antara lain isolasi wilayah, yaitu desa yang wilayahnya berada jauh dari pusat ekonomi daerah, desa yang mengalami ketertinggalan di bidang pembangunan jalan dan sarana-sarana lainnya, sulitnya akses dari luar, bahkan desa yang mengalami kemiskinan dan keminiman tingkat pendidikan. Pada umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani, ini Universitas Sumatera Utara dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil pertanian yang merupakan petani-petani miskin yang mata pencahariannya di bawah garis kemiskinan. Hal ini menunjukkan kesenjangan yang sangat jauh dari masyarakat perkotaan. Studi yang banyak dilakukan sebelumnya mengenai pembangunan pedesaan biasanya lebih menyoroti perekonomian desa. Hasil-hasil yang dicapai antara lain berupa gambaran tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi, keadaan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk, tingkat produksi dan fasilitas pemasaran komoditi yang dihasilkan penduduk, dan prospek kehidupan desa pada umumnya. Dalam studi kita sekarang ini fokus perhatian diarahkan tidak pada perekonomian desa, tetapi pada manusia desa. Maka hasil pembangunna pedesaan tidak semata- mata diartikan sebagai peningkatan produksi, penyempurnaan pemasaran atau diversifikasi dalam perekonomian desa, tetapi lebih bersifat konprehensif, yang mencakup spektrum kemanusiaan yang luas. Tujuan dan hasil akhir dari pendekatan yang demikian adalah pembangunan manusia seutuhnya di pedesaan yang diartikan sebagai: ”kemajuan yang mantap dan terus menerus dalam kopndisi kehidupan yang mengandung unsur-unsur kebebasan, kebahagiaan, dan keamanan bagi seluruh anggota masyarakat” Mubyarto: 7, 1994. Unsur kehidupan yang bebas, bahagia dan aman mencakup komponen- komponen sebagai berikut: 1. Mutu kehidupan fisik. 2. Mata pencaharian. 3. Individualitas dan kebebasan memilih. Universitas Sumatera Utara 4. Pengembangan diri. 5. Perkembangan sosial-politik. Mutu kehidupan fisik yang maksudnya: kemajuan ditandai oleh adanya peningkatan mutu kehidupan fisik yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi dan pemenuhan kebutuhan fisik manusia, dan rasa aman dari gangguan- gangguuan luar lain yang bersifat fisik. Mata pencaharian yaitu: terus-menerus ada kemajuan jumlah penduduk yang semakin mudah mendapat nafkah bagi dirinya dan keluarga. Individualitas dan kebebasan memilih. Ada kenaikan dari bagian penduduk yang mampu menentukan sendiri hari depannya dan hari depan anak-anaknya, dengan sekaligus dengan kecenderungan makin berkurangnya konflik kepentingan antar individu. Dalam hal ini termasuk semakin besarnya peranan wanita dan anak-anak dalam meningkatkan mutu kehidupan sehari-hari. Pengembangan diri yaitu: ada peningkatan dari jumlah orang yang makin menyadari peranan lingkungannya, makin mengetahui bagaimana menambah keterampilannya, hak-haknya dan kesempatan-kesempatannya, dan dalam kesadarannya atas kewajiban-kewajiban dan sosial dan tanggungjawabnya. Perkembangan sosial dan politik yaitu ada pertambahan dalam jumlah orang yang semakin mampu ikut serta secara aktif dalam pengambilan putusan yang menyangkut nasib mereka. Masyarakat desa dan masyarakat perkotaan memiliki hubungan simbiosis. Dalam hal ini masyarakat kota memiliki ketergantungan terhadap masyarakat Universitas Sumatera Utara pedesaan sebagai sumber bahan dasar. Namun yang kita perhatikan, terlalu sering masyarakat pedesaan justru mengalami tekanan dari masyarakat perkotaan, hal ini desababkan masyarakat kota yang telah memasuki sistem kapitalis modern, semetara masyarakat desa tetap tidak mengalami perubahan dari sistem sosialis. Sulitnya masyarakat desa mengalami perkembangan disebabakan tidak memiliki wawasan yang berkembang sebab taraf pendidikan yang mereka miliki pun cenderung rendah. Hal ini dominan diakibatkan karena lokasi yang terisolasi, dan sulitnya komunikasi dengan dunia luar. Terisolasi artinya terpencilnya wilayah karena jauh dari jangkauan lalu lintas sehingga menyebabkan minimnya hubungan sosial dengan pihak lain. Namun di sisi lain masyarakat desa dipaksa untuk mengikuti perkembangan sistem yang terdapat di negara ini. Jika di lihat dari kriteria miskin yang dibuat BPS maka dapat disimpulkan pada umumnya masyarakat desa adalah masyarakat miskin. Sebab pada umumnya terdapat permasalahan yang sangat kompleks pada pedesaan. Secara pendidikan, kemiskinan absolut, kesehatan, infrastruktur dan banyak hal lain dapat dinyatakan masyarakat desa mengalami ketertinggalan. Berikut kriteria miskin menurut BPS Maret 2007: 1. Pendapatan : Rp. 167.000,-bulanorang atau Rp. 5.500,- hariorang. 2. Rumah : kurang dari 8 ; lantai tanahbambu; dinding bamburumbia. 3. Jambantoilet : tidak ada. Universitas Sumatera Utara 4. Penerangan : lampu teplok minyak, tanpa listrik. 5. Sumber air : sumurair hujan. 6. Bahan bakar memasak : kayuminyak tanah. 7. Makan : 1 atau maksimum 2 kalihari. 8. Konsumsi : dagingayamsusu sebanyak 1 kaliminggu 9. Asupan kalori : 2100hari 10. Pakaian : Membeli 1 steltahun. 11. Kesehatan : tidak sanggup membayar biaya pengobatan puskesmas. 12. Pendidikan tertinggi : Sekolah Dasar. 13. Sumber penghasilan KK : Rp. 600.000,-bln. 14. Tabungan : tidak ada. Sumber: BPS Di sadur dari Batubara, 2008 Dari kriteria tersebut di atas maka penulis dapat langsung menyimpulkan bahwa lebih dari 80 masyarakat pedesaan adalah masyarakat miskin. Sebab secara strukturalpun masyarakat desa tersebut telah menjadi miskin. Masyarakat yang kehilangan hubungan dengan pengaruh-pengaruh luar, itu mengakibatkan sulitnya mengalami pembangunan ekonomi disebabkan karena keberadaan wilayah yang berada jauh dari wilayah lain yang merupakan pusat fasilitas. Kurangnya fasilitas perhubungan, sarana jalan tidak memadai, bahkan Universitas Sumatera Utara jarak tempuh yang cukup jauh dari ibu kota provinsi, kota kabupaten, kota kecamatan akan menjadi faktor penyebab bagi adanya desa terpencilterisolir. Secara umum ada fasilitas-fasilitas yang disediakan negara untuk menunjang kesejahteraan rakyatnya. Fasilitas-fasilitas umum seperti PLN Perusahaan Listrik Negara, PAM Perusahaan Air Minum, dan sarana transportasi merupakan fasilitas-fasilitas yang sangat pokok bagi masyarakat pada umumnya. Mulai dari kebutuhan akan penerangan, termasuk juga informasi dari media elektronik. Kebutuhan akan air bersih untuk MCK mandi, cuci, kakus yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kebersihan secara jasmani, dan puskesmas sebagai pusat kesehatan bagi masyarakat. Seharusnya tidak ada lagi masyarakat yang tidak mencapai tingkat kesejahteraan yang dinyatakan oleh kriteria BPS tersebut. Seperti yang banyak ditunjukkan pada penelitian-penelitian di pedesaan- pedesaan lain, baik itu yang memiliki sumber pencaharian dari pertanian maupun nonpertanian. Seperti yang terjadi di daerah Borneo yaitu Kalimantan disebut sekarang. Sebagai bagian tengah dari bangsa ini, yang tidak terlalu jauh dari ibukota Negara, ternyata masih sangat banyak mengalami kesenjangan ekonomi. Bahkan masih sangat primitive baik dari cara mereka mengobati menyakit. Peran terpenting dari cara mereka mengobati penyakit adalah pembacaan mantera; pengusiran roh jahat yang menyebabkan penyakit itu, dengan bantuan roh baik yang ditolong oleh para dayung. Orang-orang Kayan di Mendalam merupakan petani-petani ulung. Mereka terutama menanam padi dan mengenal 17 jenis padi: padi biasa dan ketan. Mereka bertanam di daerah yang kering,sebab di daerah ini hampir tidak di kenal persawahan dan tidak terdapat pengairan. Untuk bahan Universitas Sumatera Utara bakar pada umumnya pada awal musim kemarau kaum lelaki memotong pohon kayu dan dibiarkan hingga cukup kering oleh sinar matahari sehingga dapat dibakar. Cara mereka melihat lahan yang baik untuk pertanian juga dengan cara mendengar suara burung. Jika burung menyahut dari kanan, maka baguslah lahan tersebut. Namun jika burung tersebut menyahut dari kiri maka lahan tersebut tidak bagus Nieuwenhuis: 73, 1994. Masyarakat desa yang umumnya bermata pencaharian nonpertanian yaitu nelayan juga mengalami ketertinggalan dalam hal ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di daerah Ujungbatu yang adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan kota Jepara, yang tidak jauh jaraknya dari kota Jepara. Namun masyarakatnya yang umumnya bermata pencaharian belum mencapai tingkat kesejahteraannya. Terbukti dari jumlah para nelayan yang memiliki perahu sebagai alat untuk berlayar jauh lebih sedikit dibandingkan yang punya perahu. Maka kebanyakan dari mereka tentunya bisa sebagai buruh saja. Maka demikian jugalah jumlah ikan yang mereka dapatkan. Data yang diperoleh adalah tahun 1988, saat sebelum adanya kapal-kapal besar yang bermuara di sana. Saat itu jumlah nelayan 10.616 orang, sementara jumlah penangkapan hanya 1.632 ton. Sesungguhnya penanggulangan terhadap kemiskinan di negara ini sudah dilakukan dengan berbagai cara. Seperti juga halnya pola pembangunan regional yaitu berupa agenda khusus untuk Kawasan Timur Indonesia KTI yang dipergunakan untuk menyebut Sembilan propinsi yang terletak di sebelah timur Bali, yakni: Nusa Tenggara Barat NTB, Nusa Tenggara Timur NTT, Tim-Tim, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. Maka jelas batasan antara Barat, tengah dan timur. Namun Universitas Sumatera Utara Sulawesi Selatan sebenarnya memiliki tingkat kemajuan pembangunan nyaris setara dengan Sumatera utara yang merupakan salah satu daerah andalan KBI Sarman: 3, 2000. Dalam hal ini bisa kita lihat Sumatera Utara yang adalah daerah andalan bagi KBI masih memiliki beberapa daerah tertinggal di masa sekarang ini. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sebuah desa tertinggal bahkan terisolasi yang berada di kabupaten Simalungun. Kabupaten yang terletak antara 2,36°–3,18° LU dan 98,32°–99,35° BT, berada pada ketinggian 20–1.400 m diatas permukaan laut. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan KabupatenAsahan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dansebelah selatan dengan Kabupaten Toba Samosir. Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertempratur sedang , suhu tertinggi terdapat pada bulan juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata – rata suhu udara tertinggi pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara rata-rata perbulan 84,2 dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 87,42 dengan penguapan rata-rata 3,35mmhari. Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 Km² atau 6,12 dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 31 Kecamatan, 343 desa nagori dan 24 Kelurahan dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten antara 13 km sd 97 km. Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk oleh BPS Pemerintah Kabupaten Simalungun pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Simalungun adalah 846.329 yang terdiri dari 423.747 orang laki-laki dan 422.582 orang perempuan dengan perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan sex ratio sebesar 100,3 Universitas Sumatera Utara dan kepadatan penduduknya sebesar 192,9 jiwaKm². Luas wilayah terbesar berada di Kecamatan Raya dengan luas 335.60 Km² dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison 34.50 Km². Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bandar dengan 66.739 jiwa dan terkecil berada di Kecamatan Haranggaol Horison dengan jumlah penduduk 5.789 jiwa Saragih, 2009: 4. Salah satu indikator keberhasilan kinerja pembangunan sosial ekonomi suatu pemerintahan adalah tingkat Indeks Pembangunan Manusia IPM Human Development Index HDI yang diukur dari angka harapan hidup, tingkat melek hurup dan standar hidup layak. Pada tahun 2007 angka IPM Kabupaten Simalungun sebesar 72,09 lebih tinggi dibanding tahun 2006 71,82 atau naik 0,27. Berada pada urutan 15 dari 26 kabupatenkota di Propinsi Sumatera Utara. Produk Domestik Regional Buruh PDRB Kabupaten Simalungun pada tahun 2007 sebesar Rp 7,647 Triliun, naik sebesar Rp. 765 Milyard dibanding tahun 2006 yang berjumlah Rp 6,881 Triliun, atau meningkat 11,13. Faktor utama pendorong laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun adalah sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan yang laju pertumbuhannya mencapai 6,51. Kontribusi sektor pertanian adalah yang terbesar yakni 54,27 disusul oleh sektor industri 18,20 dan sektor jasa-jasa 11,25. PDRB perkapita Kabupaten Simalungun tahun 2007 sebesar Rp. 9.036.000 atau naik 11,07dibandingkan tahun 2006 Rp. 8,135 JutaSaragih, 2009: 4. Desa Marjandi Dolok termasuk salah satu desa yang tertinggal yang terdapat di Kecamatan Raya, yang saat ini adalah ibukota Kabupaten Simalungun. Pada umumnya masyarakat desa ini adalah bermata pencaharian bertani. Artinya jika Simalungun mengalami peningkatan di sektor Ekonomi adalah didukung kuat Universitas Sumatera Utara oleh faktor pertanian dan perkebunan, harusnya masyarakat desa Marjandi Dolok termasuk di dalamnya, namun ternyata daerah ini sangat terpencil hingga saat ini dan cukup memprihatinkan keberadaannya. Marjandi Dolok letak daerahnya terpencil, jauh dari jangkauan sarana pembangunan dan media komunikasi. Apabila kita hendak ke desa ini kita menggunakan alat transportasi dengan jalan beraspal 10 Km dari ibukota kecamatan yaitu Pamatang Raya ke Simpang Pangalbuan. Dari simpang kita naik truk yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang yang ada hanya sekali seminggu, yaitu hari sabtu dan hari-hari lain jika ada acara pesta yang melibatkan seluruh masyarakat desa. Jika tidak maka harus berjalan kaki dengan jarak tempuh sekitar 10 Km. dengan kondisi jalan berbatu dan tanah, yang tanjakan dan turunan yang sangat curam dan terjal dan sangat sempit. Di kiri kanan jalan ditemukan jurang-jurang dan bukit-bukit. Desa Marjandi Dolok dikelilingi oleh ladang-ladang penduduk. Pada umumnya masih banyak tanah yang belum digarap, dikarenakan tanah terlalu jauh dari pemukiman, dan ada tanah yang memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat. Terisolasinya Desa Marjandi Dolok juga diakibatkan penerangan yang kurang memadai. Bisa dihitung hanya ada 3-4 keluarga yang memiliki sarana penerangan di tempat tersebut melalui genset yang mereka miliki, sebab belum terdapat sarana PLN di tempat tersebut. Hal ini mengakibatkan masyarakat desa sangat jarang mendapatkan informasi, baik dari media cetak maupun media elektronik, keadaan desa yang bergerak statis, dan keadaan masyarakat yang homogen. Jika ditinjau dari segi pendidikannya yang relatif rendah, penghasilan yang cukup rendah juga, bahkan kesadaran akan pendidikan dan pentingnya kesejahteraan juga sangat Universitas Sumatera Utara rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan sesuai dengan kriteria miskin versi BPS tersebut di atas. Di desa Marjandi Dolok belum terdapat PAM Perusahaan Air Minum, yang artinya belum terdapat sumber air bersih di tempat ini. Penduduk mandi, cuci, bahkan mengambil air untuk minum pada umumnya dari sungai. Sungai yang airnya akan keruh jika datang hujan, karna air tersebut bersumber dari mata air. Hal ini menunjukkan bahwa tempat tersebut masih jauh dari standar hidup sehat jika dilihat dari sumber air yang mereka gunakan. Secara umum anak-anak desa masih banyak yang tidak pernah menggosok giginya dan ibu-ibu mereka juga tidak banyak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan kesehatan anak- anaknya. Hal ini dikarenakan di tempat tersebut juga belum terdapat puskesmas, kekurangan ekonomi dan kurangnya pengetahuan. Di sisi lain mereka sangat sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dalam hal ini bisa disimpulkan ketertinggalan dan kemelaratan desa sesungguhnya banyak disebabkan kurangnya kebijakan dan perhatian pemerintah akan daerah ini. Uraian yang telah dituliskan penulis di atas menunjukkan bahwa hingga saat ini desa Marjandi Dolok masih berada pada tataran desa tertinggal di sela-sela semakin berkembangnya era modernisasi. Bahkan saat ini pemindahan ibukota Kabupaten Simalungun ke kota Pamatang Raya, yang merupakan ibukota kecamatan dari Kecamatan Raya juga tidak memberi perubahan baru bagi desa ini. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti seberapa jauh Pengaruh Isolasi Daerah terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Marjandi Dolok, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara

I.2. Perumusan Masalah