2.4. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non yang harus ada dalam
masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. Masyarakat adalah satu kesatuan yang
berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu.Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman disebabkan
oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya,baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu
atau kehendak sewenang-sewenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum-hukum yang telah
ditetapkan negara dan sebagainya dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama ini.
Orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua di pulau sunyi umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup
bersama dalam masyarakat, karena : a
Hasrat yang berdasar naluri kehendak di luar pengawasan akal untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak
akan memaksa ia mencari isteri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
b Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan
bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain,
Universitas Sumatera Utara
sehingga berlindung bersama-sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tenaga bersama-sama.
c Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon,
yaitu mahkluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari
pada hidup sendiri.
d
Bergson 1895 berpendapat bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan malainkan oleh karena perbedaan
yang terdapat dalam sifat, kedudukan, dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika,
yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan.
Masyarakat Indonesia memiliki truktur masyarakat yang terurai atas 2 bagian Nasution, 2003: 82:
1. Struktur horizontal
Dalam rangka memahami masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk ini perlu kiranya mengungkapkan tentang suku bangsa-suku bangsa dan gambaran
umum tentang kebudayaan, maupun agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia, yang dalam beberapa hal dapat dapat membantu memahami suasana
dari masyarakat Indonesia. a.
Suku bangsa, di Indonesia terdapat 366 suku bangsa, dengan perincian: Sumatera 49 suku bangsa, Jawa 7 suku bangsa, Kalimantan 73 suku
bangsa, Sulawesi 117 suku bangsa, Nusa Tenggara 30 suku bangsa, Maluku 41 suku bangsa, Irian Jaya 49 suku bangsa. Selain suku bangsa
Universitas Sumatera Utara
yang dibicarakan tadi, sebagian kecil orang Indonesia adalah orang- orang Tionghoa dan timur asing lainnyaKoentjaradiningrat dalam
Nasution, 2003: 83. Orang-orang Tionghoa ini digolongkan sebagai salah satu suku bangsa diantara berbagai suku bangsa di Indonesia
Nasikun dalam Nasution, 2003: 83.
b. Kebudayaan
Menurut Koentjaradiningrat kebudayaan mencakup konsep yang luas sehingga untuk kepentingan analisis, konsep kebudayaan ini perlu
dipecah lagi dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur yang terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-unsur kebudayaan
yang universal dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di dunia baik yang hidup dalam masyarakat
perkotaan yang besar dan kompleks. Unsur-unsur universal itu yang yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia
ini adalah Nasution, 2003: 83: 1.
Sistem religi dan upacara keagamaan. 2.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan. 3.
Sistem pengetahuan. 4.
Bahasa. 5.
Kesenian. 6.
Sistem mata pencaharian hidup. 7.
Sistem teknologi dan peralatan.
Universitas Sumatera Utara
Dari pembicaraan tersebut di atas dapat dipahami bahwa Indonesia merupakan masyarakat yang dengan sendirinya dapat dipahami.
Dengan demikian apabila kita mengikuti kensepsi sistem sosial, maka masyarakat Indonesia setidak-tidaknya sampai saat ini merupakan
masyarakat yang terdiri dari suku-suku bangsa.
c. Agama
Kenyataan memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia menganut agama yang beragam. Ada beberapa agama yang dianut di Indonesia.
Pada umumnya agama yang dominan di anut adalah Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Namun masih ada beberapa agama yang belum
disebutkan yang juga bisa didapati di Indonesia. 2.
Struktur vertikal Dalam membicarakan struktur vertikal atau lebih sering digunakan
pelapisan sosial, Soerjono Soekanto memulainya dari penghargaan, dalam arti bahwa bibit tumbuh atau terjadinya pelapisan social oleh karena adanya sesuatu
yang dihargai. Sesuatu itu mungkin dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, keturunan dari keluarga
terhormat. Atau dengan kata lain adanya peghargaan terhadap sesuatu tersebut mengakibatkan anggota masyarakat mengidentifikasikan dan menetapkan sesuatu
dalam posisi yang tinggi atau rendah Nasution, 2003: 89. Untuk melihat bagaimana pelapisan sosial tiga komunitas atau masyarakat
setempat tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut: a.
Masyarakat Jakarta
Universitas Sumatera Utara
Kelihatannya resepsi-resepsi resmi dijadikan pedoman untuk menelaah pelapisan social atas dasar kekuasaan. Dinyatakan bahwa kelas golongan
pengusaha tertinggi diwakili oleh mereka yang diundang untuk menghadiri resepsi kenegaraan di Istana Negara. Tercakup di sini menteri-menteri, pejabat-
pejabat tertinggi, Angkatan Bersenjata dan pemerintah sipil, tokoh-tokoh politik, kepala perwakilan asing dan akhirnya adalah tokoh-tokoh terkenal dari organisasi
buruh, wanita dan pemuda yang berafiliasi kepada partai. Di bawah elit penguasa ini adalah mereka yang selalu memenuhi pesta-pesta di perwakilan-perwakilan
asing. Antara kelompok ini dan kelompok elit tertinggi terdapat keanggotaan rangkap yang cukup besar, namun karena kehadiran pejabat militer dan sipil
tingkat rendahan inilah maka kelompok ini berada pada tingkat kedua di dalam lapisan kekuasaan. Kelompok lain yang hampir sama dan hampir setingkat
dengan kelompok ini adalah mereka yang muncul di pesta-pesta yang biasanya diselenggarakan oleh menteri-menteri atau kepala-kepala staff angkatan
bersenjata yang sering terdiri dari perwira-perwira militer. Kelompok ketiga adalah mereka yang diundang pesta yang diadakan oleh walikota atau komandan
daerah militer Jakarta. Di sini orang-orang yang menduduki posisi kekuasaan tingkat daerah berkumpul dalam komposisi yang sama elit penguasa pada tingkat
nasional Nasution, 2003: 91. Kelas ekonomi menengah jauh kurang kentara, mereka mungkin memiliki
kekayaan dari sisa-sisa masa sebelum perang, atau memiliki pendapatan yang layak dari perusahaan-perusahaan swasta, atau bahkan pegawai-pegawai
pemerintah yang berpenghasilan rendah namun pasangannya melibatkan diri dalam perdagangan secara teratur dan secara spekulatif di dalam usaha
Universitas Sumatera Utara
memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi keperluan keluarga mereka. Sementaraa pada dasar bawah lapisan ekonomi adalah buruh yang sebagian
besarnya tidak terampil, pegawai-pegawai pemerintah yang tidak termasuk kelas atas atau kelas menengah, para penjaga toko dan pedagang-pedagang kecil.
Seperti di lingkungan massyarakat di manapun, jumlah mereka jauh melampaui jumlah kelas atas dan menengah. Dengan demikian mereka secara ekonomi
memiliki arti penting sabagai konsumen dan sebagai buruh. b.
Masyarakat Kota Kecil Dalam masyarakat semacam ini sistem pelapisan sosial kekuasaan dan
prestise saling bertindih secara luas, mengikuti organisasi pemerintah daerah. Ada suatu kebiasaan yang kuat dalam masyarakat setempat ini, orang disapa bukan
dengan namanya sendiri, tetapi dengan nama jabatan yang didudukinya di dalam pemerintahan ataupun organisasi formal lainnya. Akibatnya setiap kenaikan
dalam kepangkatan formal secara tidak terelakkan diikuti oleh kenaikan status yang sama dalam kehidupan pribadi. Dengan cara begini maka organisasi
administratif dan sistem sosial sangat mempengaruhi. Pendidikan memiliki nilai sosial yang jauh lebih menonjol di kota kecil
daripada di kota besar seperti Jakarta. Pelapisan ekonomi dalam masyarakat kota kecil jauh kurang penting daripada sistem pelapisan kekuasaan dan prestise.
Dalam sistem perekonomian sederhana susah untuk membedakan kelas ekonomi teratas dengan kelas ekonomi dibawahnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat golongan menengah bercampur-baur serta tidak jelas batasnya dengan kelas bawahan. Kelas menengah dari segi ekonomi pada masa ini meliputi mereka
yang tergolong ke dalam kelas kekuasaan teratas dan menengah bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
dengan pedagang yang berhasil. Penduduk lainnya, termasuk pegawai-pegawai rendahan, pekerja-pekerja kasar, pedagang eceran,penjaga toko kecil merupakan
kelas kecil maupun kelas bawah dari kelas ekonomi Nasution, 2003: 93. Lapisan masyarakat ini akan lebih mudah membedakan lapisan atas dan
menengah dengan lapisan bawah. Tingkat pendidikan formal, tutur kata, perbendaharaan kata, tingkah laku lebih halus merupakan lambang yang
umumnya tidak dipunyai oleh masyarakat lapisan bawah.
c. Masyarakat Pedesaan