2.5. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan secara harafiah mengandung makna yang luas dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang sesuatu
ysng menjadi ciri utama pengertian. Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Sosial nomor 11 Pasal 1 ayat 1 bahwa: Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Pada ayat 2 ditekankan pula bahwa penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Batasan tersebut di atas kemudian berkembang dalam segala arah dan bersangkut paut dalam pembaharuan masyarakat yang bertujuan menanggulangi
kemiskinan, keterlantaran, dan keterbelakangan. Permasalahan di masyarakat sangat luas dan kompleks, hal tersebut mengakibatkan banyak konsepsi yang
muncul dalam setiap Negara dalam mengatasi permasalahan tersebut. Setiap Negara mempunyai pemahaman masing-masing tentang kesejahteraan, tergantung
apa yang menjadi realita dalam masyarakatnya, sejarahnya, nilai budaya, dan factor lainnya yang timbul dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
Terdapat tiga rangkaian yang hakiki dalam kesejahteraan social, yaitu: proses, tujuan, dan hasil. Sebagai proses kesejahteraan social adalah serangkaian
aktifitas yang terorganisisr yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup,
Universitas Sumatera Utara
relasi sosial serta keberfungsian sosial seorang selaras dengan norma-norma masyarakat. Dalam hal ini orang sering menyebutnya sebagai usaha kesejahteraan
sosial. Sebagai tujuannya adalah kesejahteraan sosial merupakan cita-cita, pedoman, aspirasi dan barangkali juga mitos tentang kondisi terpengaruhinya
kebutuhan material, sosial, dan spiritual. Dan yang sebagai hasilnya menurut Wickenden, kesejahteraan sosial dapat berupa peraturan-peraturan, perundang-
undangan, kebijakan, program, pelayanan, serta bantuan-bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang dianggap sebagai dasar tercapainya
kesejahteraan manusia dan berfungsinya ketertiban sosial yang lebih baik.Soeharto, 1997: 344
Dilihat dari sudut manapun, kesejahteraan sosial memang perlu demi pembelaan hak-hak, kepentingan rakyat dan keadilan sosial. Pertama, lokomotif
modernisasi, industrialisasi, serta kemajuan ekonomi yang didorong ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak selalu membawa berkah. Kedua,
kesejahteraan sosial secara hakiki merupakan piranti untuk meraih dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia serta jaminan hak warga Negara yang pada
gilirannya akan mampu menyokong atau minimalnya tidak mengganggu aktivitas pembangunan. soeharto, 1997: 345
Setiap warga masyarakat memiliki hak untuk mendapat perlindungan yang sama, dan memperoleh kesejahteraannya. Mandapat fasilitas yang merata dari
pemerintah dan ikut dalam pembangunan nasional. Dalam hal ini dinyatakan agar penanggulangan terhadap ketertinggalan dan ketidakmampuan segera dinbaharui.
Memberikan pemerataan bagi setiap warga Negara, sesuai dengan hak tiap-tiap orang demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Pemikiran